Ucapan Menunjukkan Kepribadian - Soeara Moeria

Breaking

Kamis, 07 Maret 2024

Ucapan Menunjukkan Kepribadian

Jangan salah ucap. (Foto: kompas.com)

Oleh : Maftuhan, Pengelola Taman Baca Rumah Kreatif di Bologarang Penawangan Grobogan


Setiap manusia boleh berpendapat apa saja yang terpenting adalah ada standar yang diikuti. Sebab dengan adanya ikut menunjukkan ada standar yang ditokohkan. Berbicara dengan siapa saja perlu ada etika. Ketika bicara dengan atasan dan dengan bawahan juga beda. Dari segi logat dan sopan santunnya.


Apalagi sekarang menjelang ramadan, apa saja yang kita ucapkan akan terlihat dari setiap ucapan kita. Ketika ucapan kita dianggap baik bagi yang mendengarkan, maka akan baik pula penilaian bagi mereka. Namun, jika ucapan kita dianggap tidak baik bagi mereka, maka sudah bisa dilihat dari cara kita berbicara dengan bahasa tubuh.


Dengan adanya bulan suci Ramadan, mari kita tingkatkan kebaikan kita dan jangan sampai sifat keburukan kita muncul di bulan suci.


Sebab, dengan datangnya bulan suci dalam waktu sebelas bulan lainnya akan terhapus dosa kita yang ada hubungannya dengan Tuhan. Dan dosa hubungan dengan manusia kita bisa saling maaf ketika lebaran.


Di Samping itu, maaf tidak hanya di bulan lebaran saja. Tiap kali kita melakukan kesalahan segera untuk minta maaf yang bersangkutan.


Kisah

Di suatu hari ada cerita tentang Uza dengan Tia, kisahnya tentang "ucapan" karena yang saya bahas ucapan. Jadi tidak jauh dari lisan yang tak bertulang. Ketika Uza sedang berjalan di sebuah pasar tradisional, melihat-lihat ada sesuatu yang diinginkan, namun tidak jadi. Jalan lurus lagi tidak jadi lagi.


Hingga kesekian kali ada seseorang yang curiga, kenapa melihat dengan tatapan tajam. Apa mungkin ingin beli takut, atau tidak suka.


Setelah sampai di tempat agak sepi, ditanya seorang penjual lele. Nak, ingin apa? Di sini ada lele segar, bisa dibuat masak untuk makan sekeluarga. Apalagi hajatan, kata penjual tua itu dengan mengharap dibeli.


Setelah ada tawaran Uza lalu terdiam sejenak, lalu ingin membelinya, akhirnya dibeli satu kantong plastik dan cukup untuk sekeluarga. Akhirnya di pasar tradisional hanya beli lele saja dan tidak beli yang lain, karena uza tidak pernah ke pasar sebelumnya.


Melihat suasana baru di pasar ternyata ada ucapan yang serba ada. Ada yang bahasanya kasar dan halus. Namun, dari pelajaran ucapan di pasar tradisional. Uza selama jalan mengelilingi pasar banyak hikmah yang diambil. Pasar adalah titik dimana banyak orang berkumpul untuk perdagangan dan memberikan pelajaran yang berarti.


Dari penjual yang selalu menawarkan ketika setiap orang lewat, ada juga penjual yang milih calon pembeli. Dari sana bisa tahu dari ucapan penjualnya walaupun jualan kitab dan emas. (07)

1 komentar: