Kain tenun Troso masuk rekor dunia. |
Jepara, soearamoeria.com - Kelompok Sadar
Wisata (Pokdarwis) desa Troso kecamatan Pecangaan kabupaten Jepara berhasil
memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (Muri) dunia dengan membikin Tenun Troso
motif nusantara terpanjang sepanjang 217.4 meter.
Piagam penghargaan
Muri diberikan usai atraksi pemajangan dan pengukuran di desa Troso, Sabtu
(15/07/2017) kemarin. Pihak Muri yang diwakili Sri Widayati selaku Eksekutif
Manajer Muri memberikan piagam kepada Universitas Muria Kudus (UMK), Bupati
Jepara dan Pokdarwis Troso.
“Dengan ini kain
tenun Troso motif nusantara sepanjang 217.4 meter dengan 20 motif masuk muri
sebagai rekor dunia,” kata Sri sembari disambut tepuk tangan hadirin.
Sebelum rekor
tersebut tahun 2014 lalu ada rekor serupa di Pontianak kain tenun sepanjang 161
meter.
Abdul Jamal selaku
ketua panitia kepada awak media menjelaskan untuk membuat tenun ratusan meter,
pihaknya butuh waktu 3 bulan. “Untuk pengerjaannya kami ada 7 pekerja, kerjanya
lembur siang - malam. Setiap hari target 1 – 5 meter,” jelasnya.
Jamal yang juga
Carik desa Troso itu menambahkan tenun sepanjang ratusan meter itu terdiri dari
20 motif nusantara. Prosesnya dengan menggunakan tenun ikat tradisional,
benangnya diikat dengan tali rafia.
Dalam kegiatan
Troso Festival 2017 yang disupport UMK dan Jaminan Kredit Indonesia (Jamkrindo)
itu, H. Noor Ahmad, Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI menyebut Troso sebagai desa
yang potensial.
“Desa yang
potensial tidak hanya tenunnya juga budayanya. Secara tidak langsung masyarakat
Troso akan cerdas secara intelektualnya,” puji dia.
Karena kegiatan
tersebut sudah menjadi agenda tahunan, ia berjanji kedepan akan mendatangkan
Menteri Pariwisata. Mantan Rektor Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang
itu meyakini 10 – 20 tahun yang akan datang ekonomi desa Troso terus berkembang
juga akan lahir intelektual tidak hanya di daerah sendiri tetapi juga di Jawa
Tengah.
Bupati Jepara,
Ahmad Marzuqi dalam sambutannya berharap tenun Troso tiji tibeh. “Mukti
siji mukti kabeh,” doanya.
Festival Troso urai
Marzuqi merupakan momen syukur atas karya luhur yang diberikan Allah. “Meski
desa lain juga ikut produksi misalnya ada Sowan Lor, Sowan Kidul maupun
Kaliombo tetapi yang tersohor tetap nama tenun Troso,” pungkas Marzuqi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar