KH Abdul Qoyyum Mansur saat memberikan mauidhah
hasanah dalam haul ke-15 KH Amin Sholeh di depan masjid An Nur Bangsri
Jepara, Sabtu (29/7/2017) malam menjelaskan perbedaan ulama zaman dulu dan
sekarang.
Kepada ribuan jamaah yang hadir kiai yang akrab disapa
Gus Qoyyum itu menceritakan tentang sahabat Ali yang diutus Nabi menjadi
seorang hakim di Yaman. Dengan tegas Ali hendak menolak amanah itu.
“Saya kuatir tidak mampu berbuat adil dan bijaksana
kanjeng Nabi,” begitu pernyataan Ali sebagaimana ditirukan Gus Qoyyum, putra KH
Mansur Kholil ini.
Mendengar pernyataan itu lantas Nabi mendoakan Ali
agar teguh hatinya dan kuat serta mendapat hidayah dari Allah swt. Hal itu
menjadi salah satu perbedaan ulama dulu dan sekarang.
Kiai asal Lasem (Rembang) itu juga menjelaskan
perbedaan yang lain. Dijelaskan Gus Qoyyum bahwa kiai zaman kuno menghakimi,
ulama mengadili bukan malah diadili.
Adalah Ibnu Daqiqil Id, kiai yang ini satu ampuh. Keramat
dia kata pengasuh pesantren An-Nur Lasem Rembang itu muncul saat di pengadilan.
Alkisah ada seorang yang mencuri sapi di Mesir. Si pencuri tidak lantas
mengaku. Karenanya Ibnu Daqiq menyumpah si pencuri tersebut.
“Jika Anda tidak mengaku demi Allah kepalamu akan
keluar tanduk,” begitu sumpah Ibnu Daqiq, lanjutnya.
Singkat cerita, si pencuri keluarlah tanduk di
kepalanya. Karena Ibnu Daqiqil Id dianggap ketinggian keramatnya maka Izzudin
bin Abdussalam mencopot Ibnu menjadi seorang hakim. Cerita ini kata Gus Qoyyum
sebagaimana diceritakan Yusuf Annabhani.
Gus Qoyyum menambahkan ulama zaman dulu dinamis, peka
dan hati-hati. Dicontohkannya, saat Haul di Sapuro Pekalongan ulama dan kiai
marah lantaran majelis maulid disponsori “rokok”. Termasuk di sana ada Sayyid
Alawi Al Maliki, Kiai Ali Maksum juga dengan kiai-kiai yang lain.
Contoh lain juga dikemukakannya, saat Paulus hendak
datang ke Indonesia, Kiai Ali Maksum membuat surat untuk Presiden Soeharto.
Sekilas tentang surat itu, kiai tidak tanggung jawab jika terjadi apa-apa.
Ulama zaman dulu, kata kiai yang menurut cerita tidak
tamat SD itu terkenal wirainya tidak omong-omong thok, (asal bicara,
red). Gus Qoyyum menyebut Mbah Masduki (Lasem) adalah penjual batik, Mbah Ali
Maksum jualan di pasar Jombang, Sayyid Alawi jualan permata, serta Mbah Ahmad
Zaini Dahlan ialah penjaga warung.
Karenanya Gus Qoyyum mengajak kepada jamaah utamanya
kepada ulama agar ada pertimbangan sebelum berbuat. Itu dilakukan tandasnya agar
ulama tidak mudah terkena fitnah.
H.A. Muhaimin Iskandar ketua umum Partai Kebangkitan
Bangsa (PKB) malam itu didaulat membacakan manaqib KH Amin Sholeh selaku
pendiri pesantren Hasyim Asyari Bangsri Jepara.
Selain pengajian umum Haul ke-15 KH Amin Sholeh juga
diisi dengan ziarah ke makam pendiri, bahtsul masail, tahtimul quran serta
pemutaran dan diskusi film “Jalan Dakwah Pesantren”. (sm)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar