Dr. Mahir Hasan (Suriah): Negara Muslim "Hancur" Karena Tak Cinta Tanah Air - Soeara Moeria

Breaking

Minggu, 22 Januari 2017

Dr. Mahir Hasan (Suriah): Negara Muslim "Hancur" Karena Tak Cinta Tanah Air

Kudus, soearamoeria.com
Golongan Ahlus sunnah wal jamaah (Aswaja) merupakan representasi dari Islam moderat zaman dahulu dan sekarang. Pernyataan itu dikemukakan Dr Mahir Hasan Al Munajjid, cendekiawan muslim Syiria saat menyampaikan Halaqah Quraniyyah di Masjid Darul Ilmi Universitas Muria Kudus (UMK), Jumat (20/01/17) pagi.

Dalam halaqah bertajuk “Pesan Damai dan Cinta Tanah Air dalam Kajian Al Quran” itu Dr Mahir menyatakan lantaran golongan ini ada di tengah-tengah. Tidak membela Syiah maupun Khawarij.

“Kelompok Syiah menuhankan Ali, Khawarij adalah kelompok yang benci Sayyidina Ali. Sedangkan Aswaja adalah kelompok mayoritas yang setia kepada Hasan bin Muawiyah,” terang Mahir sebagaimana uraiannya diterjemahkan Gus Nasih dari Aswaja Center.

Dalam kegiatan yang diikuti oleh puluhan peserta itu dosen Jamiah Imam Syafii Cianjur berbicara menggunakan bahasa Arab. Gus Nasih sebagai penerjemah sesi pertama sedangkan Dr. Faiz penerjemah sesi kedua.

Dijelaskan lagi Dr Mahir, waktu itu kelompok Syiah sangat menuhankan Ali. Sementara kelompok Khawarij sangat memusuhi Ali juga banyak sahabat yang dibantainya secara tidak logis.

Dosen kelahiran Syiria tahun 1971 itu membeberkan, kelompok Khawarij terdiri dari orang yang keras hatinya karena hidup di padang pasir. Alih-alih ketika salah satu kelompok ini mendatangi Rasul. Etika yang tidak digunakannya tidak sopan sampai-sampai memegang kerah baju Nabi. Sehingga kelompok ini disebut qaswatul qalbi, keras hatinya.

Masih menurutnya, sumber perpecahan ialah ketika sahabat Umar wafat. Ketika pintu fitnah terbuka mereka saling mengkafirkan dan menyesatkan.

Otoritas Jamaah
Doktor jebolan jamiah Umu Darman tahun 2011 itu menegaskan jika ingin selamat tetaplah berpegang teguh kepada jamaah. Karena kebenaran itu menyertai jamaah (mayoritas).

Dikatakannya di dalam al quran sudah dijelaskan agar mengikuti jamaatil muslimin. Begitu juga di hadits agar berpegang teguh kepada jamaah. “Jamaah adalah representasi kebenaran,” imbuh Dr Mahir.

Orang-orang yang ada di luar lingkaran aswaja tidak boleh asal dikafirkan. Karena sebagaimana yang diajarkan Nabi, sitirnya tidak boleh dikafirkan. Karena mereka juga sesama muslim.

Sebagai kelompok mayoritas, pngikut Aswaja juga perlu waspada utamanya kelompok minoritas. “Mereka bekerjasama dengan dengan Negara luar untuk memberangus Aswaja dari muka bumi ini,” ingatnya.

Hubbul Wathan; Cinta Tanah Air
Menurut pengajar qiraah di Jamiah Imam Syafii itu banyak Negara Islam yang hancur itu akibat ulah rakyatnya sendiri. Mereka sebutnya tidak mengenal hubbul wathan, cinta tanah air.

Cinta kepada tanah air lanjutnya dilakukan dengan cara setiap unsur masyarakat menjaga tanah air agar jangan sampai merusak dan merobohkan tanah airnya sendiri.

Abdullah bin Umar paparnya merupakan sosok yang mencintai tanah air. Meski Negaranya sedang gonjang-ganjing tetapi beliau tidak berontak. Maka, ketika kita mengalami masa pemerintahan yang dalim tidak boleh serta merta khuruj, memerangi pemerintah.

Dengan kudeta ia meyakini akan terjadi kekacauan yang semakin besar. “Satu hakim yang fasik akan memunculkan darar yang besar,” jelasnya.

Jika penguasa dilengsengkan maka yang lain akan main hakim sendiri. “Kita patuh dengan aturan pemerintah saja,” pungkasnya.

Itu yang diajarkan oleh Abdullah bin Umar. Di samping itu urai Dr Mahir cinta tanah air juga harus mengedepankan majelis ilmu. Duduk bersama saling berdiskusi untuk menuntaskan berbagai problem. Tentu sebutnya ialah ilmu yang bersumber dari Ulama. Karena pungkas dia konteks hubbul wathan adalah peran ilmu dan juga Ulama. (sm)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar