
Jepara, soearamoeria.com-Museum
Kartini dibangun 31 Maret 1975. Diprakarsai
Bupati Jepara pertama, Suwarno Joyo Mardoyo, S.H. (1973-1976).
Pembangunan museum tersebut didanai dari proyek bantuan presiden Indonesia kedua, Soeharto. Museum Kartini diresmikan 21 April 1977 Bupati
Jepara yang waktu dipimpin Sudikto, S.H. (1976-1981).
Nama museum diambil
dari nama pahlawan wanita kelahiran Jepara, pahlawan kemerdekaan sekaligus
pejuang emansipasi wanita, Raden Ajeng Kartini.
Museum Kartini terletak di desa Panggang,
Kecamatan Kota Jepara. Tepatnya di sebelah utara alun-alun Kabupaten Jepara. Museum
Kartini terbagi menjadi 4 ruangan besar yakni ruang
Kartini, Sosrokartono, Jepara Kuno dan Kerajinan.
Didalam ruang Kartini tersimpan benda-benda
bersejarah peninggalan RA Kartini. Catatan riwayat perjalanan hidup beliau juga
terdapat di sana. Mulai dari kisah kelahirannya di Mayong 21 April 1879,
silsilah keluarga beliau, serta lukisan dan karya-karya RA Kartini semasa
hidupnya.
Karya-karya tersebut berupa tulisan kata-kata
mutiara dan curahan hati RA Kartini yang kemudian dirangkum menjadi sebuah buku
yang berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang”.
Selain menulis, RA Kartini juga pernah membuat
motif batik. Sayangnya motif batik karya RA Kartini, sekarang tidak
dikembangkan lagi. Karakter seni dan budaya Jepara yang lebih kental dengan
seni ukir kayu adalah salah satu alasan batik karya RA Kartini tidak ada yang
mewarisi.
Sementara ruang Sosrokartono menyimpan barang-barang
peninggalan kakak kandung RA Kartini tersebut. Benda-benda tersebut didatangkan
langsung dari Bandung setelah beliau meninggal. Di ruangan tersebut terdapat
ruang tamu, ruang meditasi radio tempo dulu serta benda-benda antik lainnya.
Ruang ketiga, ruang Jepara Kuno, menyimpan
benda-benda kuno bersejarah yang ditemukan di wilayah kabupaten Jepara. Diantaranya adalah pistol, pedang, guci dan
piring keramik yang ditemukan di dasar laut. Selain itu terdapat pula jambangan
atau tempat mandi anak kecil zaman dahulu yang ditemukan di desa Bangsri.
Yang paling menakjubkan di ruangan itu adalah keberadaan Ikan Jaka Tua. Ikan tersebut ditemukan di
Karimunjawa tahun 1989. Ikan yang berukuran tinggi 2 meter, lebar 4
meter dan panjang 12 meter tersebut terdampar di pantai Karimunjawa dalam keadaan mati.
Ruangan terakhir di Museum Kartini adalah ruang
kerajinan. Ruangan itu menyimpan contoh-contoh kerajinan yang ada di kabupaten Jepara. Diantaranya ada alat penangkap ikan
tradisonal, lukisan RA Kartini dari kulit kerang dan tempurung kelapa yang dibuat khusus oleh para mahasiswa Universitas
Negeri Semarang (UNNES). Selain itu beberapa barang-barang karya seni ukir dari
desa Tahunan dan Mulyoharjo juga banyak ditemukan di sana.
Keberadaan Museum Kartini tidak hanya sekedar sebagai obyek wisata, tempat menyimpan benda-benda antik bersejarah. Lebih dari
itu sebuah museum hakikatnya adalah salah satu media pembelajaran, dimana
dari sana kita akan dapat belajar dan mengenal lebih jauh tentang sejarah dan
budaya negeri sendiri sehingga akan tumbuh nasionalisme dan kecintaan kita pada
bangsa Indonesia secara utuh.
Namun sangat disayangkan, sebagaimana yang
terjadi dibanyak museum di Indonesia, dimana keberadaannya kurang mendapat
perhatian dari masyarakat. Di Museum Kartini, yang meski tiket masuknya hanya
Rp 1.500 tetapi bisa dikatakan sepi pengunjung.
Mayoritas pengunjung adalah para pelajar.
Mungkin perlu ada terobosan-terobosan dari pihak-pihak terkait agar masyarakat
tertarik untuk berkunjung ke sana, karena bagaimana pun juga Museum Kartini adalah salah satu aset dan potensi kabupaten Jepara yang harus terus kita lestarikan, sebagai
wujud mencintai Jepara dan meneladani RA Kartini. (Siska-Indri/qim)
artikel anda sangat menarik,terimakasih..
BalasHapusST3 Telkom
ya, sama-sama. semoga bermanfaat
Hapusya, sama-sama.
BalasHapus