Menelusuri Jejak RA Kartini dari Museum Kartini Jepara - Soeara Moeria

Breaking

Minggu, 16 Juni 2013

Menelusuri Jejak RA Kartini dari Museum Kartini Jepara



Jepara, soearamoeria.com-Museum Kartini dibangun 31 Maret 1975. Diprakarsai Bupati Jepara pertama, Suwarno Joyo Mardoyo, S.H. (1973-1976). Pembangunan museum tersebut didanai dari proyek bantuan presiden Indonesia kedua, SoehartoMuseum Kartini diresmikan 21 April 1977 Bupati Jepara yang waktu dipimpin Sudikto, S.H. (1976-1981).


Nama museum diambil dari nama pahlawan wanita kelahiran Jepara, pahlawan kemerdekaan sekaligus pejuang emansipasi wanita, Raden Ajeng Kartini.


Museum Kartini terletak di desa Panggang, Kecamatan Kota Jepara. Tepatnya di sebelah utara alun-alun Kabupaten Jepara. Museum Kartini terbagi menjadi 4 ruangan besar yakni ruang Kartini, Sosrokartono, Jepara Kuno dan Kerajinan.

Didalam ruang Kartini tersimpan benda-benda bersejarah peninggalan RA Kartini. Catatan riwayat perjalanan hidup beliau juga terdapat di sana. Mulai dari kisah kelahirannya di Mayong 21 April 1879, silsilah keluarga beliau, serta lukisan dan karya-karya RA Kartini semasa hidupnya.

Karya-karya tersebut berupa tulisan kata-kata mutiara dan curahan hati RA Kartini yang kemudian dirangkum menjadi sebuah buku yang berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang”.


Selain menulis, RA Kartini juga pernah membuat motif batik. Sayangnya motif batik karya RA Kartini, sekarang tidak dikembangkan lagi. Karakter seni dan budaya Jepara yang lebih kental dengan seni ukir kayu adalah salah satu alasan batik karya RA Kartini tidak ada yang mewarisi.

Sementara ruang Sosrokartono menyimpan barang-barang peninggalan kakak kandung RA Kartini tersebut. Benda-benda tersebut didatangkan langsung dari Bandung setelah beliau meninggal. Di ruangan tersebut terdapat ruang tamu, ruang meditasi radio tempo dulu serta benda-benda antik lainnya.

Ruang ketiga, ruang Jepara Kuno, menyimpan benda-benda kuno bersejarah yang ditemukan di wilayah kabupaten Jepara. Diantaranya adalah pistol, pedang, guci dan piring keramik yang ditemukan di dasar laut. Selain itu terdapat pula jambangan atau tempat mandi anak kecil zaman dahulu yang ditemukan di desa Bangsri.

Yang paling menakjubkan di ruangan itu adalah keberadaan Ikan Jaka Tua. Ikan tersebut ditemukan di Karimunjawa tahun 1989. Ikan yang berukuran tinggi 2 meter, lebar 4 meter dan panjang 12 meter tersebut terdampar di pantai Karimunjawa dalam keadaan mati.

Ruangan terakhir di Museum Kartini adalah ruang kerajinan. Ruangan itu menyimpan contoh-contoh kerajinan yang ada di kabupaten Jepara. Diantaranya ada alat penangkap ikan tradisonal, lukisan RA Kartini dari kulit kerang dan tempurung kelapa yang dibuat khusus oleh para mahasiswa Universitas Negeri Semarang (UNNES). Selain itu beberapa barang-barang karya seni ukir dari desa Tahunan dan Mulyoharjo juga banyak ditemukan di sana.

Keberadaan Museum Kartini tidak hanya sekedar sebagai obyek wisata, tempat menyimpan benda-benda antik bersejarah. Lebih dari itu sebuah museum hakikatnya  adalah salah satu media pembelajaran, dimana dari sana kita akan dapat belajar dan mengenal lebih jauh tentang sejarah dan budaya negeri sendiri sehingga akan tumbuh nasionalisme dan kecintaan kita pada bangsa Indonesia secara utuh.

Namun sangat disayangkan, sebagaimana yang terjadi dibanyak museum di Indonesia, dimana keberadaannya kurang mendapat perhatian dari masyarakat. Di Museum Kartini, yang meski tiket masuknya hanya Rp 1.500 tetapi bisa dikatakan sepi pengunjung.

Mayoritas pengunjung adalah para pelajar. Mungkin perlu ada terobosan-terobosan dari pihak-pihak terkait agar masyarakat tertarik untuk berkunjung ke sana, karena bagaimana pun juga Museum Kartini adalah salah satu aset dan potensi kabupaten Jepara yang harus terus kita lestarikan, sebagai wujud mencintai Jepara dan meneladani RA Kartini. (Siska-Indri/qim)

4 komentar: