Hari–hari ini pasangan Tamsir dan Aslihah
warga desa Kedungmutih RT.02 RW.02 kecamatan Wedung kabupaten Demak kalut
pikirannya. Anaknya Wahatik (20) yang bekerja sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW)
di Malasyia selama 2 tahun menderita karena ulah nakal agensi. Meski
kontrakannya telah habis selama dua tahun gaji tak pernah dikirimkan dan kabar pun
tidak ada.
“Selama 2 tahun ini hanya kirim surat tiga
kali, tidak pernah kirim kabar lewat HP. Yang menyedihkan surat terakhir
mengatakan ia kena masalah karena Paspornya disita agensi. Sehingga majikannya
tidak bisa memulangkan dia,“ kata Aslihah (55) dengan mata berkaca-kaca.
Aslihah yang didampingi suaminya Tamsir
mengatakan dulunya Wahatik pernah bekerja sebagai TKW di Abu Dhabi. Ketika itu
lancar-lancar saja baik kabar maupun kiriman gaji. Usai bekerja di Abu Dhabi ia
ingin mencoba kerja lagi ke luar negeri yang tidak begitu jauh. Malasyia
menjadi tujuan untuk mengadu nasib kembali.
Awalnya Aslihah tidak mengizinkan anaknya
kerja di Malaysia karena ia mendengar Malayaia tidak aman untuk TKW. Namun
Wahatik tetap bersikeras untuk bekerja ke Malasyia ini semua demi ekonomi
keluarga. Akhirnya ia pun mengizinkan anak ke 7 dari 10 anaknya kerja di
Malasyia.
“Tiga bulan pertama ia kirim surat, 6 bulan
ia kirim surat lagi dan terakhir 1 tahun yang lalu kirim surat yang
isinya menyedihkan karena ia ditipu agensinya, gaji tidak diberikan dan
paspornya disita,“ tambah Aslihah.
Dalam surat terakhirnya itu Wahatik meminta
pertolongan kepada keluarganya agar bisa memulangkan dirinya dari Malaysia. “Piye Mak anakmu njaluk mulih tapi ora iso. Piye
carane anakmu gen iso Mulih?” tulis Wahatik di surat yang dikirimkan kepada
orang tuanya.
Dalam surat itu Wahatik juga meminta tolong
kepada keluarganya untuk menghubungi PT yang memberangkatkan dia agar ia bisa
pulang. Ia menghubungi nomor HP agensi di Malaysia juga tidak diangkat.
Sehingga ia di Malaysia kerja tidak bersemangat. Padahal Majikannya baik namun
ia tidak bisa menolong apa-apa karena paspor Wahatik disita oleh agen.
“Kangge
keluargaku aku njaluk maaf sing akeh, nak aku wis nyusahake panjenengan
sekeluarga. Matur nuwun sing akeh nak penjenengan saged nulung kulo. Sing tak
jaluk siji aku Wahatik pengin mulih, aku njaluk mulih tulung usahaake anakmu
iso mulih,“ itulah penggalan surat Wahatik yang membuat Aslihah
menangis setiap hari jika teringat anaknya.
Aslihah dan Tamsir selaku orang tua Wahatik
berharap anaknya yang sedang mendapatkan musibah di Malasyia mendapatkan
pertolongan agar bisa pulang ke Demak. Sebagai buruh yang penghasilannya tidak
seberapa ia tidak bisa mengurus masalah anaknya itu. Selain itu ia juga tidak
tahu harus ke mana mengadukan hal ini.
Tamsir hanya berdoa agar ada anaknya
bisa segera pulang kembali. Ia juga berharap PT yang memberangkatkan anaknya
bertanggung jawab dalam masalah ini. Terakhir anaknya berkirim surat dengan
alamat 71 Kampung Melayu, Padang Besar, Perlis 02100 Malaysia.
“Dulu kerja di Abu Dabi tidak seperti ini,
setiap waktu surat lancar dan kiriman gaji juga dikirim. Saya dulu mencegah ia
ke Malasyia karena di sana gawat. Ia memaksa ingin membantu keluarga. Ya jadinya
begini kabar berita tidak ada, gaji belum di bayar pulang pun sulit,“ keluh
Tamsir.
Penulis:
Fatkhul Muin
Sumber:
kabarseputarmuria.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar