Pendidikan
di Indonesia harus berakar pada budaya. Hal ini sejalan dengan cita-cita Ki
Hajar Dewantara bahwa pendidikan berakar budaya misalnya agama yang tujuannya
untuk keselamatan dan kebahagiaan masyarakat. Keselamatan merupakan doa yang
menjadi cerminan sebuah agama.
Hal
itu dikemukakan Darmaningtyas, pakar pendidikan dalam Seminar Nasional “Melestarikan Nilai-nilai Budaya dalam
Pendidikan” yang diadakan BEM FKIP Universitas Muria Kudus (UMK)
berlangsung di audit UMK, Selasa (24/2).
Pendidikan
berbasis budaya telah dicontohkan Negara India yang kualitas pendidikannya.
Hampir 30% dokter di Amerika dan pegawai Microsoft merupakan lulusan dari
negeri Barata.
Begitu
pula dengan Jepang meski pada abad 16-17 negara ini dijajah Eropa, namun mereka
memanfaatkan ilmu yang dibawa Eropa. Karena itu, pendidikan disana bisa kuat
lantaran mengukuhkan nilai-nilai budaya.
Melihat
kondisi itu, lelaki kelahiran Gunung Kidul Yogyakarta itu prihatin dengan kondisi
pendidikan negara Indonesia. Indonesia sebut dia merupakan negara yang kaya
akan SDM namun kualitas pendidikannya lemah sehingga Indonesia menjadi bangsa
yang minder.
“Kita
ini bangsa yang dijajah Eropa dan Timur Tengah. Kita terlalu arabisasi dan
kebarat-baratan tetapi kultur kita masih sangat lemah,” tegas Direktur Institut
Studi Transportasi (Instran).
Ia
mengimbau pendidikan di Indonesia seharusnya menumbuhkan kesadaran kritis. Sebab
kenyataannya, pendidikan Indonesia 60% soal adminstratif. Standarnya baku hanya
mengajar dan mengoreksi.
Padahal
di era Ki Hajar Dewantara dengan Taman Siswa-nya sekolah disebut Perguruan yang
berarti tempat para guru. Gurunya disebut pangon.
Selain transfer ilmu pengetahun guru dituntut untuk ngemong muridnya.
Sebab
itu pendidikan harus menggabungkan ilmu dan budaya sehingga akan menumbuhkan
tingkat produktivitas dalam berkarir.
India
dan Jepang memang unggul dalam pendidikannya karena tetap mempertahankan
budaya. Di Taiwan, juga, setiap tahun menyerap 17 juta wisatawan karena
wisatanya menggabungkan eksotika alam dan budaya. Sedangkan Indonesia hanya
mampu menyerap wisatawan separonya 8-9 juta per tahun meski wisatanya beraneka
ragam. Sekali lagi jika pendidikan di Indonesia ingin unggul harus tetap nguri-nguri spirit budaya. (qim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar