Mendidik Anak dari Hati - Soeara Moeria

Breaking

Sabtu, 13 Januari 2024

Mendidik Anak dari Hati

Mendidik anak sepenuh hati. (Foto: bicara wanita)

Oleh : Maftuhan, Pengelola Taman Baca Rumah Kreatif Bologarang Penawangan Grobogan


Sekolah merupakan tanggung jawab kita bersama untuk anak-anak, karena yang mendidik sejatinya orang tua. Namun dengan kesibukannya dititipkan kepada lembaga pendidikan yang dipercaya. Pendidikan paling awal adalah pendidikan ibu, dalam keluarga pendidikan yang paling pengaruh bisa membaca, menulis, berhitung dan tahu akhlak adalah dari ibu.


Jangan sampai akhlak kepada orang tua tidak tertata, sebab dengan akhlak kepada orang tua kurang baik akan menjadikan keburukan pada dirinya dan orang di lingkungannya. Dengan pendidikan akhlak anak bisa mengerti apa arti akhlak sebenarnya, jangan sampai anak sejak dini tidak tahu arti akhlak.


Dalam kehidupan sehari-hari anak pasti suka bermain dengan teman-temannya. Apalagi ada permainan baru, sangat disayangkan jika anak selalu bermain tanpa ada batasan. Sebab, dengan pembatasan anak bermain akan ada pembagian waktu kapan belajar, kapan bermain.


Dorongan Orang Tua

Belajar anak tidak jauh dari orang tuanya terutama dari ibu, dengan sentuhan kasih sayang ibu yang diberikan berupa ilmu atau sikap ibu sendiri menjadikan tingkah anak tidak jauh. Karakter ibu akan ditiru anak, dengan demikian pembelajaran anak dengan tidak sadar sudah dibimbing oleh ibu dari dalam hati. Jika lingkungan itu sebagai belajar Yang kedua.


Walaupun di lingkungan bergaul anak yang tidak baik, namun ketika kasih sayang ibu akan sangat mempengaruhi. Apalagi di lingkungan sudah baik, maka pendidikan anak terbiasa dalam keluarga baik dan di lingkungan tambah baik. Akan sangat berkaitan dan mendukung kecerdasan anak.


Anak belajar dengan sungguh-sungguh akan menjadikan pandai sesuai dengan teori, namun dengan tidak adanya doa dari orang tua dan guru tidak akan masuk dalam hati. Apalagi tidak belajar dan tidak ada doa di setiap lafal setelah sholat. Semua anak itu cerdas, unik, pintar. Tidak ada anak yang bodoh adanya malas.


Maka dari itu mari kita perangi kemalasan dengan belajar. Belajar itu tidak hanya di sekolah. Tetapi belajar itu bisa dimana saja dan kapan saja.


Seperti yang penulis lakukan belajar di Taman Baca Rumah Kreatif dengan anak-anak dengan agenda yang tidak sesuai, namun bisa terlaksana bagian dari sekolah alam, dolanan tradisional, dan read aloud.


Sekolah alam dengan belajar di alam bebas yang notabennya banyak pohon di lereng hutan sekitar rumah. Bermain tradisional tanpa menghilangkan edukasi asal usul adanya permainan tradisional diantaranya egrang, gopak sodor dan Sunda Manda.


Read aloud sebagai tunjangan pengetahuan anak untuk membaca keras di hadapan temannya serta memahami isi buku. (06)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar