Ibu, Madrasah Pertama Hingga Pemuliaannya - Soeara Moeria

Breaking

Jumat, 22 Desember 2023

Ibu, Madrasah Pertama Hingga Pemuliaannya

Ibu, madrasah pertama bagi anak. (Foto: lampung.nu.or.id)

Oleh : Lailiyatun Nafisah, alumnus Sekolah Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 


 “al umm madrsatul ula idza a'dadtaha sya'ban thayyial 'araq” 

Ibu adalah madrasah pertama, apabila engkau mempersiapkannya maka engkau telah mempersiapkan generasi terbaik (Hafiz Ibrahim)


Pendidikan menjadi salah satu aspek penting dari kehidupan. Berbagai persoalan yang terjadi, seperti penurunan moral, kesenjangan sosial, pengangguran dan lainnya, erat kaitannya dengan peran pendidikan. Peran pendidikan sangat menentukan bagaimana kehidupan dari lingkup kecil (keluarga) hingga besar (masyarakat, Negara) berjalan dengan baik sebagaimana semestinya.

 

Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya. Upaya pendidikan ini bisa dilakukan mulai dari lingkup terkecil, seperti keluarga.


Keluarga menjadi tempat pertama pendidikan itu ada. Sebagai dasar tumbuh dan berkembangnya anak, keluarga menjadi titik penentuan bagaimana karakter anak terbentuk dan dibentuk. Simpelnya, anak sejak lahir akan merekam, melihat dan menjadikan kebiasaan yang dilakukan oleh anggota keluarga lainnya. Dalam hal ini, orang tua tidak sekedar menjadi sosok yang mampu menasehati dan menegur anak saja. Namun, juga menjadi role model atau tauladan untuk anak, terutama seorang ibu.


Slogan “Ibu adalah madrasah pertama untuk anak” nampaknya perlu untuk direfleksikan kembali di hari Ibu. Mengambil maqalah dari penyair ternama Hafiz Ibrahim, yang berbunyi al umm madrasatul ula idza a'dadtaha sya'ban thayyial 'araq”. Artinya, ibu adalah madrasah pertama, apabila engkau mempersiapkannya maka engkau telah mempersiapkan generasi terbaik. Menjadi seorang ibu pun memerlukan kematangan baik secara fisik maupun mental. Dalam era sekarang dikenal dengan “Ilmu parenting”


Maqalah tersebut bermakna mendalam, betapa pengaruh Ibu sangat besar terhadap tumbuh berkembangnya anak, terutama dalam hal karakter atau moral. Oleh karenanya, menjadi sosok ibu yang berkualitas dan memahami parenting dari segi agama dan zaman, juga penting demi melahirkan dan membentuk karakter yang berkualitas pada generasi selanjutnya. 


Definisi Ibu madrasah pertama juga mengandung makna bahwa pendidikan anak terbentuk tidak hanya sejak dilahirkan ke dunia, namun semenjak berada dalam kandungan. Pendidikan ini terbentuk dari interaksi anak yang berada dalam kandungan dengan sekitar. 


Selain itu juga, kondisi jasmani dan rohani kedua orang tua dapat mempengaruhi calon bayi yang akan dilahirkan oleh seorang ibu dapat saja terjadi. Kesadaran adanya pengaruh besar terhadap anak, sehingga selama kehamilan, untuk kedua orang tua, terutama ibu agar tidak melakukan hal-hal yang buruk, seperti mengolok-ngolok, melukai hati orang lain. 


Dalam pepatah jawa dikenal “Sing moyoki bakal nemplok”, dikhawatirkan apa yang diucapkan akan kembali ke anak kelak, maka selalu memiliki pikiran yang positif dan melakukan hal-hal yang positif adalah bagian dari mendidik anak semenjak masih dalam kandungan.


Surga di Telapak Kaki Ibu

Peran seorang ibu sangat besar dalam melahirkan generasi-generasi yang utuh. Perjuangan seorang ibu tidak bisa terbantahkan, mulai dari mengandung, melahirkan, mendidik, merawat hingga menghantarkan pada mimpi-mimpi yang dibawa masing-masing anak. Dengan tanpa mengurangi pengakuan hebatnya posisi seorang ayah sedikitpun, perlu diakui bagaimana peran seorang Ibu. 


Dengan penuh cinta, tanpa pamrih, tanpa mengenal lelah, seorang Ibu selalu mengupayakan yang terbaik untuk anak-anaknya. Begitu penting untuk selalu menghormati, patuh kepada kedua orang tua, karena tanpa doa dan usaha kedua orang tua, seorang anak tidak bisa mendapatkan kenyamanan bahkan meraih hal-hal yang dimimpikan.


Lalu bagaimana dengan makna “surga di bawah telapak kaki ibu?”. Apabila dikaitkan dengan kehidupan akhirat, maka surga digambarkan sebagai tempat yang nyaman, indah, tempat kekal di akhirat, di mana semua kebutuhan tercukupi, bahkan di dalamnya terdapat banyak hal yang belum pernah dilihat, didengar dan difikirkan oleh manusia. Surga merupakan tempat balasan dari Allah untuk hamba Nya yang bertaqwa.


Untuk mendapatkan surga, maka salah satu cara yang harus dilakukan adalah berbakti kepada Ibu. Islam memerintah untuk memberikan penghormatan kepada seorang Ibu. Dengan berbakti kepada Ibu, maka Allah akan memberikan hidayah dan maghfirah-Nya kepada kita. Maka, durhaka kepada kedua orang tua, terutama ibu sama saja tidak ingin mendapatkan surga.


Apabila dikaitkan dengan kehidupan di dunia, maka surga bisa kontekskan dengan kebahagiaan dan keberhasilan. Dalam melangkah dan mengambil keputusan, seorang anak perlu untuk terus mendapatkan ridla orang tua, terutama Ibu. Keridlaan ini yang akan menghantarkan pada kesuksesan seorang anak. Sehingga yang terjadi adalah kerjasama baik di dunia maupun di akhirat. Seorang ibu mengkualitaskan diri demi membentuk karakter mental anak yang kuat dan seorang anak menghormati, memuliakan Ibu untuk mendapatkan kebahagiaan dan keberhasilan baik di dunia maupun akhirat. Selamat Hari Ibu, untuk semua Ibu. (02)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar