Gus Dur Mencintai Pembencinya - Soeara Moeria

Breaking

Senin, 02 Januari 2017

Gus Dur Mencintai Pembencinya


Foto : Google

Jepara, soearamoeria.com
KH Abdurrahman Wahid telah wafat 7 tahun silam, 30 Desember 2009, namun kharismanya masih tetap terasa hingga kini. Setiap tahun, selalu dilaksanakan haul untuk mengenang serta mendoakannya.

Tidak hanya oleh keluarga, namun juga oleh masyarakat umum, khususnya warga nahdliyin. Begitu juga dengan PCNU Jepara pun turut memperingati haul Gusdur di Gedung NU, Jl. Pemuda No. 51 Jepara, Kamis (29/12/16) malam.

Bertajuk “Ngaji Gus Dur ” acara tersebut dihadiri oleh para pengurus PCNU Jepara, terdiri dari Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah, serta perwakilan dari Badan Otonom, Lembaga, utusan MWC NU se Kabupaten Jepara, beberapa tamu undangan, dan ratusan warga nahdliyin dari berbagai usia.

Dengan mengangkat tema “Menebar Damai, Menuai Rahmat”, acara dihelat sederhana. Ratusan jamaah yang hadir secara hikmat mengikuti seluruh rangkaian acara awal hingga akhir.

Hadir untuk memberikan tausyiah, KH. Muadz Thohir dari Kajen. Kiai Muadz banyak bercerita tentang kehidupan Gus Dur , mulai dari cerita yang lucu, unik hingga serius. Bagi Kiai Muadz, sosok Gus Dur sudah sangat akrab, karena sejak 1993 ia senantiasa mendampingi Gus Dur saat berkunjung di wilayah Jawa Tengah.

“Gus Dur niku tiyang ingkang shalih, nek waline embuh, amergo la ya’riful wali illal wali,” ujar Kiai Muadz mengawali ceritanya tentang Gus Dur.

Kiai Muadz menceritakan bahwa banyak para tokoh yang membenci Gus Dur, namun setelah Gus Dur wafat, dan melihat makamnya seperti sekarang, tidak ada lagi yang berani berkomentar.

“Para pembenci Gus Dur tidak lagi dapat berkomentar setelah melihat makam Gus Dur yang selalu ramai dan bahkan menjadi alternatif ziarah masyarakat ke makam walisongo, bahkan ada yang menyebut makam Gus Dur menjadi makam wali ke sepuluh yang diziarahi,” kisahnya.

“Yang saya amati…,” lanjut Kiai Muadz bercerita, “meniru Gus Dur itu angil tenan, Gus Dur itu diapiki orang ya biasa saja, jika dibenci orang, yang membenci malah disukai bahkan ditolong”.

Kiai Muadz memberikan kesaksian bahwa Gus Dur sangat menghormati Kiai sepuh NU. yang paling dihormati adalah KH Abdullah Salam Kajen dan KH Sahal Mahfudh. Kiai Muadz menceritakan bahwa mata Gus Dur pernah akan dioperasi. Gus Dur mengutus Kiai Muadz untuk meminta izin kepada Kiai Abdullah Salam. Saat minta izin, Kiai Abdullah Salam memberikan jawaban yang aneh, “nikmat sakmono gedhene kok dibuwak”. Jawaban itu lalu disampaikan kepada Gus Dur. Mendengar jawaban seperti itu, Gus Dur akhirnya mengurungkan operasi mata yang telah direncanakan sebelumnya.

Selama satu jam, Kiai Muadz bercerita banyak tentang Gus Dur. Ia berharap cerita-cerita itu dapat menginspirasi para generasi muda, khususnya pada Gusdurian agar melanjutkan perjuangan Gus Dur.

Acara diakhiri dengan makan bersama seluruh jamaah yang hadir. Dengan model makan “kepungan”, membuat suasana malam itu semakin akrab.

Para hadirin membentuk kelompok-kelompok kecil untuk memakan sajian hidangan yang disediakan panitia dalam satu nampan (tampah). Tiada sekat usia maupun strata sosial, dengan penuh harmoni, mereka makan bersama dan saling berbagi. (*)

Source : NU Jepara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar