Ilustrasi: Google |
Oleh: Muhammad Alkar
Catur pindah
sekolah. Ayahnya, tentara dan ditugaskan di kota Ukir, Jepara. Catur bersekolah
di SD Negeri Tahunan, sentra ukiran.
Catur mendapat teman-teman
baru, Saiful, Adi, dan Ashari. Mereka baik, rajin sekolah, dan mengaji. Juga bekerja sebagai
pengukir.
Sepulang sekolah Saiful
mengajak Catur mampir ke rumahnya. Ashari dan Adi menemani. Di depan rumah ada meja dan
peralatan mengukir, terdiri dari satu stel tatah
(alat pahat) dan ganden (semacam palu besar terbuat dari kayu). Saiful mengambil
komponen kursi yang hendak ditatahnya. Tatah
yang tajam dipukul ganden. Tatah menggores kayu. Tatah
seolah menari mengikuti motif yang
digambar di atas kayu. Tak lama sebentuk
kayu telah berhasil diukir.
"Bagus banget
ukirannya," komentar Catur. ”Aku
ingin bisa mengukir!”
* * *
Catur belajar
mengukir. Dok-dok-dok prok. Tatah dipukul
ganden, mengukir kayu. Karena kurang hati-hati
ganden meleset dan mengenai tangannya. Catur meringis kesakitan. Saiful yang membimbingnya tersenyum dan menasihati. “Hati-hati bro.”
Catur tak jera. Ia
belajar menggunakan tatah dan ganden. Teryata enggak semudah
yang dilihat. Minggu pagi ini Catur sedang menatah motif daun, ketika tatah yang dipukulnya meleset.“Aduh” Catur
meringis, kesakitan. Jemari yang terserempet tatah, terluka dan mengucurkan darah. Saiful buru-buru mengobati dan memperbannya. “Hati-hati bro,
untung lukanya tak dalam, jadi gak perlu ke rumah sakit nih.”
Catur
mengangguk, meringis menahan perih. Beberapa hari ia tak bisa belajar mengukir.
* * *
Pemkab Jepara dalam rangka
memperingati Hari Pendidikan Nasional mengadakan lomba
mengukir tingkat SD, SMP/MTs, SMA/SMK/MA,
dan umum.
Catur dan kawan-kawan
pun ikutan. Seminggu kemudian, saat upacara
bendera hari Senin, Kepala Sekolah mengabarkan pengumuman penting.
“Anak-anakku
tercinta ada kabar gembira. Bahwa wakil
dari sekolah ini yang mengikuti lomba
mengukir mendapatkan juara. Bapak bangga karena
kalian mau melestarikan tradisi ukir ciri khas kota Jepara. Bapak akan
memberi piagam dan uang pembinaan, selain hadiah dari panitia lomba. Catur
Muhammad, siswa kelas V A
mendapat juara harapan 1
lomba mengukir tingkat SD. Ayo maju ke depan!”
Semuanya bangga
atas prestasi yang diraihnya. Sejak saat
itu Catur mendapat julukan baru: Pengukir Cilik!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar