Menyongsong Sekolah Lima Hari - Soeara Moeria

Breaking

Rabu, 13 Mei 2015

Menyongsong Sekolah Lima Hari


Oleh: Ahmad Miftahul Ulum*)

Wacana Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo menimbulkan pro dan kontra yang diperbincangkan publik. Sekolah lima hari merupakan trobosan sistem baru yang akan dijalankan di wilayah Jawa Tengah. Ini akan memberikan sambutan positif maupun negatif dari  orang tua murid dan pakar pendidikan.

Patut berbangga dengan sambutan yang baik sebagai orang tua akan mendapatkan waktu yang lebih lama dengan anak. Untuk berkumpul bersama disela-sela kesibukannya. Keharmonisan akan terjalin dengan baik antara orang tua dengan  anak. Sehingga terciptanya kelurga bahagia. Perlu kita ingat bahwa pendidikan yang paling baik adalah lingkungan keluarga, karena mereka dari mulai dini sudah bersama-sama dalam lingkungan keluarganya masing-masing. Dan beragam pendidikan yang baik diperoleh dari orang tua.

Memanfaatkan waktu tersebut bisa dilakukan mengajak anak beredukasi dengan alam, bagaimana memperkenalkan dan mencintai alam. Selain itu, berkunjung ke tempat sejarah yang mengandung nilai pelajaran yang bermanfaat. Seperti kita ketahui, pendidikan sekarang lebih mengedepankan ujian nasional saja. Kurang memperhatikan sejarah bangsa. Setidaknya dapat memberikan pengalaman dan pendidikan dalam menyongsong cita-cita kedepannya. Dengan progam ini anak akan terkurangi beban mentalnya, setelah lima hari bekerja keras menghadapi kepenatan dengan mengerjakan tumpukan LKS di tempat belajarnya.

Dalam kenyataannya, anak tetap masuk enam hari. Kalau saja dalam lima hari, guru memberikan pekerjaan untuk mengetes kemampuan siswa. Apabila dalam lima hari tersebut, ada mata pelajaran yang nilainya kurang. Untuk memperbaikinya siswa diberikan remidi pada hari keenam. Apabila murid sudah terpenuhi semua, diperkenankan berlibur dengan keluarga. Ini akan memacu anak untuk belajar secara serius dan sungguh. Dengan harapan tidak ada mata pelajaran yang mengulang. Sebaiknya progam ini dijalankan dengan baik.

Beredukasi
Sebenarnya banyak tempat yang mempunyai nilai edukasi yang tinggi, semisal saja di Kudus ada Museum kretek. Sejarah munculnya kretek dengan jelas baik penemu dan penerusnya. Dilengkapi dengan arsip berupa foto, cengkeh, tembakau, klobot (Serabut Jagung) dan alat yang dipergunakan untuk membuat rokoknya.

Ada Menara Kudus peninggalan Sunan Kudus, Sunan Muria, Pemakaman Sosrokatono, adik dari R.A Kartini, Situs Pati Ayam yang berupa fosil gajah purba, manusia purba dan penemuan lainnya. Tidak kalah mengasyikkan berkunjung ketempat pembudidayaan Parijoto yang bertempat di Pegunungan Muria.

Di Jepara, ada Museum Kartini. Sosok perempuan asli Jepara yang tersohor dengan emansipasi wanita pada zaman penjajahan. Namanya sampai sekarang dikenang oleh semua orang, bahkan kelahirannya diperingati setiap tahunnya, tepatnya 21 April. Tidak hanya itu, ada Ratu Kalinyamat dan Ratu Shima. Tiga perempuan sosok Jepara yang tangguh.

Di Kabupaten Rembang  ada tempat persemayaman Kartini yang sering dikunjungi penziarah dari pelosok tanah air. Baik hari biasa maupu pada waktu peringatan kelahirannya. Bisa pula berwisata ke tepi laut sembari menikmati hamparan pohon mangrove yang berjajar rapi.

Di Kabupaten Pati dapat belajar dengan bagaimana pola bertani yang baik. Banyak hasil pertanian kota tersebut sangat melimpah. Tidak salah mendapatkan julukan Kota Minatani.  Realitasnya, sebagai orang tua harus memberikan teladan yang baik kepada pertanian. Tanpa petani tidak bisa makan, maka tanamkanlah bertani sejak dini. Yang semakin hari lahan pertanian terus berkurang. Dengan berdirinya tempat pemungkiman dan pabrik dengan gedung menjulang tinggi.

Beberapa contoh beberapa kota di Jawa Tengah menyimpan edukasi yang ekonomis, namun mengandung manfaat yang perlu diberikan kepada anak. Supaya anak tidak belajar dari kelas saja, akan tetapi lingkungan adalah tempat pembelajaran yang baik. Nyata tanpa teori, anak langsung terjun belajar.

Sebaliknya, adanya wacana di atas sebagai orang tua harus waspada kepada anak. Untuk terus memantau anak dalam tingkah lakunya. Jangan sampai waktu tersebut dimanfaatkan anak untuk hal yang kurang ada manfaatnya. Apabila hal tersebut terjadi akan menimbulkan kesan negatif, karena pergaulan bebas anak sekarang sangat membahayakan, karena pengaruh dari lingkungan yang negatif. Jangan hanya membiarkan mereka pergi kesana kemari tanpa seizin orang tua.

Upaya Ganjar dalam menggagas sekolah lima hari sebaiknya disambut dengan baik, bagaimanapun keputusannya harus kita hormati dengan lapang dada. Semoga pendidikan kita lebih baik lagi.

*) Guru SMK Fadlun Nafis Bangsri Jepara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar