Penulis Lepas Hingga Akhir Hayat - Soeara Moeria

Breaking

Sabtu, 31 Januari 2015

Penulis Lepas Hingga Akhir Hayat


Jepara, soearamoeria.com
Empat belas tahun lalu saat Kartika berusia 30 tahun sudah memfokuskan menekuni tulis-menulis. Pilihan itu lantaran dirinya enggan menjadi buruh perusahaan. Menjadi buruh bagi lelaki yang lahir di Jakarta 11 Januari ini merasa kurang nyaman. Sebab harus bekerja ekstra keras di bawah tekanan pimpinan.

Usai memilih opsi penulis lepas lelaki bernama Kartika Catur Pelita ini tidak langsung mengunduh hasilnya. Semuanya dilaluinya dengan proses kreatif.

Sejak masih duduk di bangku SD kebetulan ayahnya yang menjadi anggota TNI langganan koran. Dari situ ia mulai demen dengan membaca. Hampir semua media yang waktu itu masih eksis dibacanya.

Misalnya Kartika, Suara Merdeka, Angkatan Bersenjata, Kartini, Bahari, Si Kuncung, Tom-tom, Kawanku, Bobo, Tom-tom dan Adinda.

Kartika kecil pun makin doyan membaca. Beranjak ke SMP putra pasangan Soejaiz dan Siti Rohani ini bisa dibilang kutu buku. Sebab ia rajin membaca buku di perpustakaan sekolahnya. Majalah Anita Cemerlang serta Hai dilahapnya.

Dari kegemaran membaca cerpen remaja di kedua majalah tersebut lambat laun mulai tertarik menulis. Cerpen “Ombak di Langit Biru Masih Bernyanyi” yang pernah ditelurkannya masih membekas hingga saat ini.

Naskah cerpen yang ditulis SMP ini belum hoki. Bagi dia hal ini menjadi jalan menjadi penulis. Saat ini ada ratusan karya berupa cerpen, puisi dan artikel sudah diterbitkan di media.

Sebut saja Republika, Nova, Suara Pembaruan, Suara Merdeka, Kedaulatan Rakyat, Minggu Pagi, Koran Merapi, Bangka Post, Inilah Koran Jabar, Metro Riau, Koran Madura, Koran Muria, Annida dan Kartini.

Mulanya naskah pertama yang dimuat ketika membuat profil adiknya dan dimuat di halaman Yunior (Suara Merdeka). Selain menulis untuk media lelaki 44 tahun ini novelnya “Perjaka” sudah diterbitkan.

“Naskah sudah saya kirim ke penerbit tahun 2003 baru diterbitkan tahun 2011 lalu,” ingatnya pada soearamoeria.com

Saat ini dirinya menarget jumlah tulisan. “Kalo tahun 2014 ada 40 naskah dimuat tahun ini harus lebih dari itu,” imbuhnya.

Bagi ketua Akademi Menulis Jepara (AMJ) menulis merupakan sebuah kebutuhan. Tak salah jika ia tak susah untuk mencari ide. Sebab idenya berasal dari pengalaman orang, imajinasi, pengamatan maupun dari mimpi.

Untuk mengawali menulis terlebih dahulu ia awali dengan membuat draf, coretan baru dipindah di komputer. Dari proses ini Kartika jarang mengalami mood maupun tidak. Kapan pun bisa menulis.

Kepada penulis pemula ia berpesan agar terus berlatih. “Menulis itu 1 % dari bakat sisianya dari latihan,” jelas anak keempat dari delapan bersaudara ini.

Berikutnya penulis harus punya mental. Mental pejuang. Mental pemberani. Terakhir harus punya modal misalnya mempunyai buku bacaan.

Karena sudah terlanjur nyemplung di dunia tulis-menulis ia pun tidak tahu sampai kapan “pena” yang ia “goreskan” akan berhenti. “Selama raga masih di kandung badan InsyaAllah saya akan tetap menulis dan menulis,” pungkasnya. (Syaiful Mustaqim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar