Pancasila Masih Relevan, Tak Ada Alasan Mengganti Dasar Negara yang Lain - Soeara Moeria

Breaking

Senin, 19 Juni 2017

Pancasila Masih Relevan, Tak Ada Alasan Mengganti Dasar Negara yang Lain

Jepara, SoearaMoeria.Com
Pimpinan Anak Cabang (PAC) GP Ansor Mayong Jepara menyelenggarakan Ngabuburit Kebangsaan; Pancasila Rumah Kita (Guyup Rukun Agawe Sentosa) yang berlangsung di pendopo kecamatan Mayong Jepara, Ahad (18/06/17) kemarin.

Sebagai pembicara dalam kesempatan itu K. Mughis (MWCNU Mayong), AKP Budi (Kapolsek Mayong), Pendeta Prabantyas (Gereja Elsadai Mayong), Rini Padmini (Camat Mayong), Theresiana (Gereja Santo Johanes B) dan Khamid (Danramil Mayong).

Di akhir ngabuburit di isi tausiyah kebangsaan oleh KH Hayatun Abdullah Hadziq, Ketua PCNU Jepara. Dalam kegiatan yang ditutup dengan buka bersama itu juga dihadiri unsur Banom NU Mayong yang meliputi MWCNU, IPNU, IPPNU, Fatayat dan Ansor.

K Mughis selaku Ketua MWCNU Mayong yang diberi kesempatan pertama untuk berbicara menyatakan saat ini memang ada kelompok yang ragu bahwa Pancasila sudah tidak relevan lagi. Padahal sejatinya menurut kiai muda dari Mayong ini Pancasila merupakan implementasi dari beberapa agama.

Pada sila pertama, ketuhanan yang maha Esa, lanjut Mughis sejalan dengan hubungan hamba dengan sang khaliq (Tuhannya, red). “Pada sila kedua kemanusiaan, ini sejalan dengan hablun minannas (hubungan sesama manusia),” terangnya kepada hadirin yang memadati pendopo.

Sila ketiga persatuan cocok dengan ukhuwah islamiyah (persaudaraan sesama agama) juga ada ukhuwah insaniyah (persaudaraan seluruh umat manusia).

Adapun sila ke empat kerakyatan di dalam Islam ada prinsip syuro (bermusyawarah) dan sila kelima keadilan, tegas Kiai Mughis islam mengajarkan keadilan. Alhasil, karena itu ia menegaskan tidak ada alasan untuk mengganti Pancasila dengan dasar yang lain.

Peran Ulama dan Founding Father
Dalam kegiatan yang dibuka dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Subbanul Wathan, AKP Budi selaku Kapolsek Mayong mengatakan Pancasila ada karena diperjuangkan oleh pahlawan.

“Dasar Pancasila tidak lepas dari peran sesepuh NU yang merancang dan menyusunnya sebagai dasar Negara. Sehingga pancasila masih relevan sampai sekarang,” papar Budi.

Hal lain ditambahkan Pendeta Prabantyas. Menurut pendeta dari gereja Elsadai Mayong Pancasila adalah produk dulu, kini dan masa depan dari para pemimpin bangsa karena khidmahnya untuk bangsa.

Para founding father menyatukan bermacam-macam agama untuk satu visi misi bangsa. Sebagai pemeluk agama Kristen, ia menyakini bahwa al kitab tidak berlawanan dengan pancasila.

Pendeta yang pernah menjelajah ke Jerman, Inggris dan Hongkong ini mengaku bahwa tidak ada dasar Negara di sana seperti Negara Indonesia. “Keberagaman yang plural. Menghormati satu dengan yang lain. Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu jua,” bebernya.

Berbagi Peran
Selaku Camat Mayong Rini Padmini menyebutkan ancaman yang akan merongrong keutuhan NKRI semakin tampak. Karena itu Bu Camat Mayong itu mengajak seluruh elemen masyarakat bergandeng tangan guyup rukun.

Untuk menghadapi ancaman itu harus diwujudnyatakan dari hal yang terkecil. “Info semakin deras kita harus bijak memfilter setiap informasi yang masuk. Kita juga harus berperan sesuai dengan tugas masing-masing tujuannya untuk mempertahankan NKRI. Itu thok (saja, red)” harap Rini.

Theresiana perwakilan dari gereja Santo Johanes B mengimbau kepada masyarakat untuk tetap solid bersatu padu menjaga keutuhan nilai-nilai Pancasila. Danramil Mayong, Khamid mengungkapkan jika sudah tahu, paham, jaga!
“Ada kelompok yang ingin mengubah dasar Pancasila tapi tidak bisa,” tandas Khamid.

Oleh karena itu ia mengajak agar dasar Negara ditularkan untuk masyarakat dan digali lebih mendalam lagi.

Sementara itu KH Hayatun Abdullah Hadziq Ketua PCNU Jepara dalam tausiyah kebangsaannya bertanya tentang pentingnya kegiatan tersebut.

“Setuju tidak Anda dengan forum-forum seperti ini?” “Setuju!” begitu jawaban hadirin dalam event ngabuburit ini.

Pihaknya sebelum ada kegiatan tersebut juga sudah melakukan hal serupa. “Saya pernah “khutbah” dalam perayaan natal di GITJ Jepara,” urainya.


Sehingga yang dilakukannya tidak hanya untuk NU juga untuk masyarakat luas. (sm)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar