Pimpinan Anak Cabang (PAC) GP Ansor Mayong
Jepara menyelenggarakan Ngabuburit Kebangsaan; Pancasila Rumah Kita (Guyup
Rukun Agawe Sentosa) yang berlangsung di pendopo kecamatan Mayong Jepara, Ahad
(18/06/17) kemarin.
Sebagai pembicara dalam kesempatan itu K. Mughis
(MWCNU Mayong), AKP Budi (Kapolsek Mayong), Pendeta Prabantyas (Gereja Elsadai
Mayong), Rini Padmini (Camat Mayong), Theresiana (Gereja Santo Johanes B) dan
Khamid (Danramil Mayong).
Di akhir ngabuburit di isi tausiyah kebangsaan oleh KH
Hayatun Abdullah Hadziq, Ketua PCNU Jepara. Dalam kegiatan yang ditutup dengan
buka bersama itu juga dihadiri unsur Banom NU Mayong yang meliputi MWCNU, IPNU,
IPPNU, Fatayat dan Ansor.
K Mughis selaku Ketua MWCNU Mayong yang diberi
kesempatan pertama untuk berbicara menyatakan saat ini memang ada kelompok yang
ragu bahwa Pancasila sudah tidak relevan lagi. Padahal sejatinya menurut kiai
muda dari Mayong ini Pancasila merupakan implementasi dari beberapa agama.
Pada sila pertama, ketuhanan yang maha Esa, lanjut
Mughis sejalan dengan hubungan hamba dengan sang khaliq (Tuhannya, red). “Pada
sila kedua kemanusiaan, ini sejalan dengan hablun minannas (hubungan
sesama manusia),” terangnya kepada hadirin yang memadati pendopo.
Sila ketiga persatuan cocok dengan ukhuwah
islamiyah (persaudaraan sesama agama) juga ada ukhuwah insaniyah
(persaudaraan seluruh umat manusia).
Adapun sila ke empat kerakyatan di dalam Islam ada
prinsip syuro (bermusyawarah) dan sila kelima keadilan, tegas Kiai
Mughis islam mengajarkan keadilan. Alhasil, karena itu ia menegaskan
tidak ada alasan untuk mengganti Pancasila dengan dasar yang lain.
Peran Ulama dan Founding Father
Dalam kegiatan yang dibuka dengan menyanyikan lagu
Indonesia Raya dan Subbanul Wathan, AKP Budi selaku Kapolsek Mayong
mengatakan Pancasila ada karena diperjuangkan oleh pahlawan.
“Dasar Pancasila tidak lepas dari peran sesepuh NU
yang merancang dan menyusunnya sebagai dasar Negara. Sehingga pancasila masih
relevan sampai sekarang,” papar Budi.
Hal lain ditambahkan Pendeta Prabantyas. Menurut
pendeta dari gereja Elsadai Mayong Pancasila adalah produk dulu, kini dan masa
depan dari para pemimpin bangsa karena khidmahnya untuk bangsa.
Para founding father menyatukan bermacam-macam
agama untuk satu visi misi bangsa. Sebagai pemeluk agama Kristen, ia menyakini
bahwa al kitab tidak berlawanan dengan pancasila.
Pendeta yang pernah menjelajah ke Jerman, Inggris dan
Hongkong ini mengaku bahwa tidak ada dasar Negara di sana seperti Negara
Indonesia. “Keberagaman yang plural. Menghormati satu dengan yang lain.
Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu jua,” bebernya.
Berbagi Peran
Selaku Camat Mayong Rini Padmini menyebutkan ancaman
yang akan merongrong keutuhan NKRI semakin tampak. Karena itu Bu Camat Mayong
itu mengajak seluruh elemen masyarakat bergandeng tangan guyup rukun.
Untuk menghadapi ancaman itu harus diwujudnyatakan
dari hal yang terkecil. “Info semakin deras kita harus bijak memfilter setiap
informasi yang masuk. Kita juga harus berperan sesuai dengan tugas
masing-masing tujuannya untuk mempertahankan NKRI. Itu thok (saja, red)”
harap Rini.
Theresiana perwakilan dari gereja Santo Johanes B
mengimbau kepada masyarakat untuk tetap solid bersatu padu menjaga keutuhan
nilai-nilai Pancasila. Danramil Mayong, Khamid mengungkapkan jika sudah tahu,
paham, jaga!
“Ada kelompok yang ingin mengubah dasar Pancasila tapi
tidak bisa,” tandas Khamid.
Oleh karena itu ia mengajak agar dasar Negara
ditularkan untuk masyarakat dan digali lebih mendalam lagi.
Sementara itu KH Hayatun Abdullah Hadziq Ketua PCNU
Jepara dalam tausiyah kebangsaannya bertanya tentang pentingnya kegiatan
tersebut.
“Setuju tidak Anda dengan forum-forum seperti ini?”
“Setuju!” begitu jawaban hadirin dalam event ngabuburit ini.
Pihaknya sebelum ada kegiatan tersebut juga sudah
melakukan hal serupa. “Saya pernah “khutbah” dalam perayaan natal di GITJ
Jepara,” urainya.
Sehingga yang dilakukannya tidak hanya untuk NU juga
untuk masyarakat luas. (sm)