Kok Gemetar Sih? - Soeara Moeria

Breaking

Selasa, 06 Oktober 2015

Kok Gemetar Sih?


Oleh Kartika Catur  Pelita

Usianya sebelas tahun. Sebaya usiaku. Tinggi tubuhnya  sama dengan tubuh aku. Kulitku putih, kulit dia sawo matang. Tapi badannya lebih berisi daripada aku yang  kerempeng.
      
Namanya Gentar. Kami, teman-temannya sering mengolok-oloknya dengan menyanyikan lagu  perjuangan Maju Tak Gentar. Tapi liriknya kami ubah. Dengarkanlah.
     
”Maju tak gentar. Gentar maju ke depan.”
      
”Maju tak gentar. Mengapa Gentar gemetar?”
     
Ya, kau harus tahu, Gentar  sering gemetar kalau harus maju ke depan kelas. Entah mengapa?

* * *
Pak Guru Saiful menyuruh Gentar maju ke depan kelas.
     
Di tempat duduknya Gentar merasa takut. Keringat sebesar biji jagung menetes di keningnya.
    
”Ada apa, Tar? Dipanggil Pak Guru, tuh,” bisikku. Oya, Gentar adalah teman sebangkuku.
    
”Aku takut...,” Gentar berdesis.
    
”Ngapain sih takut? Paling juga disuruh ngerjain soal Matematika itu.
    
”Iya.”
    
”Kamu bisa mengerjakan soal itu, kan?”
     
”Bisa. Tapi...”
   
”Gentar. Cepat maju ke depan! Kerjakan soal no. 3!”
      
Gentar takut-takut maju ke depan. Gentar mencoba mengerjakan soal. Tapi karena didera rasa takut dan gemetar Gentar gagal mengerjakan soal.  Gentar hanya berdiri di depan kelas tanpa menyentuhkan kapur ke papan tulis.
     
Pak Guru Saiful menghela nafas  sabar. Menyuruh Gentar kembali ke tempat duduknya.

                                                       * * *
    
Aku memandang Gentar kasihan.
   
”Mengapa sih, Tar...kamu suka gemetar?”
   
”Entahlah. Aku tiba-tiba merasa takut, tubuhku lalu gemetar....”
   
”Seperti barusan?”
   
Gentar mengangguk.
   
”Padahal soal matematikanya mudah,” gumamku.
   
”Iya sih. Di buku aku bisa mengerjakannya. Tapi ketika harus mengerjakan di papan tulis, aku gemetar. Takut. Konsentrasiku buyar. Aku gagal mengerjakannya.
   
Gentar mengeluh.

* * *
     
Suatu hari Pak Guru Saiful memberi  kami tugas  membaca karangan di depan kelas.
    
”Kalian menulis cerita tentang liburan semester kemarin. Kalau kalian pergi ke satu tempat- misalnya tempat wisata, ceritakan di mana tempat itu, bagaimana  perjalanan kalian ke sana, kesan-kesan kalian selama berada di tempat itu.
     
Kalau kalian berada di rumah  saja sewaktu liburan, ceritakan apa saja kegiatan kalian selama mengisi liburan. Misalnya kalian belajar memasak.  Menemani ayah mancing di sungai atau laut, berkebun bersama. Terserah  pada kegiatan kalian masing-masing.
    
Kamu murid kelas VB mengangguk-angguk
   
Hari ini kami maju satu persatu ke depan  kelas. Membacakan  cerita selama liburan. Ketika giliran Gentar maju ke depan kelas, timbullah masalah. Si Gentar bediri di depan kelas deangn tubuh gemetar. Bukannya bercerita, si Gentar malah sepert patung  gemetar.
        
Teman-teman yang melihatnya tertawa. Gentar wajahnya merah padam. Malu. Bahkan hampir menangis.
        
”Sudahlah Gentar kamu kembali ke bangkumu.  Pak Guru Saiful  memang seorang guru yang bijaksana.

* * *
        
Aku memandang Gentar kasihan.
        
Apakah gemetar merupakan penyakit, Don?”
        
Aku menggeleng. ” Entahlah. Mungkin tidak.”
       
”Tapi mengapa aku selalu gemetar bila maju ke depan kelas. Bila aku berkumpul bersama kalian, santai seperti saat ini. Lihat nih aku baik-baik saja. Aku bisa lancar bercerita. Tak gemetar.”
       
”Mungkin kamu gemetar karena merasa takut, Tar. Kupikir kamu harus bisa menghilangkan  rasa takutmu bila guru menyruhmu maju ke depan kelas.”
       
”Tapi bagaimna caranya?”
       
”Mungkin salah satunya dengan menganggap orang yang berada di depanmu tak ada. Anggap saja kamu berdiri di depan pohon. Atau kau anggap kami hanya patung yang berdiri di depanmu.”
       
Gentar mengangguk mendengar penuturanku.
      
”Atau kamu bisa  menanyakannya pada Ayah dan Ibumu, Tar. Orang dewasa lebih banyak pengalaman daripada kita. Mungkin mereka lebih tahu apa yang harus kau lakukan agar tak gemetar bila maju ke depan kelas.”
        
”Ya,  aku kan menanyakannya pada mereka. Mungkin orang tuaku akan membawaku ke dokter.”
         
Gentar sesaat merenung memikirkan dirinya yang suka gemetar, takut.
         
Aku pun diam-diam merasa gemetar di hati   memikirkan  Gentar! Inilah sepotong  kisah tentang temanku bernama  Gentar. Yang suka gemetar bila maju ke depan keals. Bagaimana dengan kamu?

* * *

 Kota Ukir, 11 Mei 2015




Tidak ada komentar:

Posting Komentar