Jepara,
soearamoeria.com
Kenapa
Islam Nusantara saat ini lagi diperbincangkan? Begitu pertanyaan yang
dilontarkan Rumadi, Ketua Umum Lakpesdam PBNU saat berbicara dalam Seminar
Nasional yang diadakan Lakpesdam PCNU Jepara, Ahad (13/03) pagi.
Pertanyaan
itu ia lontarkan lantaran 2008 saat aktif di Jurnal Tasywirul Afkar, jurnal
tersebut menulis edisi khusus tentang Islam Nusantara. “Toh tidak ada apa-apa.
Tidak ada yang mencibir,” ingatnya kepada ratusan hadirin yang memadati aula
lantai 2, gedung NU, Jalan Pemuda 51.
Periode
2012-2013 STAINU Jakarta membuka program studi Islam Nusantara juga tidak ada
persoalan. Tetapi saat Islam Nusantara dijadikan tema dalam Muktamar NU ke-33
baru marak diperbincangkan.
Menurut
lelaki asal Jepara ini Islam Nusantara ada yang mengapresiasi banyak juga yang
mencaci maki. Akademisi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini menyebut
sebagaimana mereka mengejeknya. Ada yang menganggap anti arab, kedok baru JIL yang
kini berganti nama Jamaah Islam Nusantara (JIN) dan masih banyak sebutan lain.
Bagi
mereka yang tidak sepakat Islam Nusantara, hal negatif terus digencarkan.
Pengikut Islam Nusantara jika mati tidak dikain kafani tetapi tetapi dikafani
dengan kain batik. Begitu pula dengan pembacaan al-qur’an langgam Jawa menurut
mereka merupakan satu langkah untuk mengganti al-qur’an dengan bahasa local.
Perkembangan Global
Pada
2100 mendatang tren perkembangan umat Islam mengalami kenaikan. Tetapi Islam
yang model apa? Saat ini Islam di Eropa berkembang pesat. Tetapi di kawasan
seperti di Newyork perempuan yang berjilbab malah dicecar. Di Timur Tengah,
warga yang mengungsi diteror oleh ISIS. Di Jerman ada gerakan anti Islam dan
masih banyak lagi. Ini yang dikatakan Rumadi sebagai Islam Phobia.
Jika
konflik di Timur Tengah yang berkembang ialah konflik politik. Maka jika
ditarik ke Indonesia ada yang berupaya mengaitkannya dengan konflik teologi.
Pada
sisi ini peneliti di Wahid Institute 2010-2013 ini mengingatkan pada abad 15
atau era Walisongo Islam masuk di bumi Nusantara tidak melalui jalur kekerasan.
Prosentase 87% pengikut Islam di Indonesia tidak melalui proses tanpa darah meski
aliran dan ideologinya berbeda-beda. Sehingga Islam Nusantara dalam konteks
menjalankan 3 manhaj; dakwah, siyasah dan ijtimaiyah.
Sementara
itu, KH. M. Aniq Muhammadun pengasuh pesantren Manbaul Ulum Pati menjelaskan
Islam Nusantara sebenarnya istilah yang tidak perlu dipermasalahkan.
Sebab
dalam dunia pesantren ada yang namanya majaz
bilhadzfi. Jadi Islam Nusantara adalah kepanjangan dari Islam yang
diaplikasikan dalam kehidupan Bergama di bumi Nusantara. (qim)
Mereka yang meributkan Islam Nusantara tidak baca hasil Bahtsul Masail nya di Malang. Bacalah bray: Bahtsul Masail tentang Islam Nusantara
ReplyDeleteyo kang. tak wacane
Deletebinguuung....
ReplyDeletebingung kenapa?
Delete