Banyuwangi,
soearamoeria.com-Sebagai
santri saat ini harus segera berbuat khususnya meneruskan tradisi menulis yang
dulu pernah digelorakan para kiai. Ulama sekaliber Imam Nawawi Al Bantani,
Syekh Ihsan Jampes dan masih banyak yang lain merupakan sosok-sosok yang
mempopulerkan dunia tulis-menulis.
“Kita
harus tunjukkan kepada dunia kalau kita bisa apa saja,” pinta M. Faizi kiai
muda asal Madura saat menyampaikan orasi budaya di pengujung kegiatan Liburan
Sastra di Pesantren (LSdP) #13 yang berlangsung di pesantren Mukhtar Syafaat 1
Blokagung Tegalsari Banyuwangi, Ahad (03/01) lalu.
Menurut
lelaki yang kerap disapa Ra Faizi ini sebagai santri harus mampu melawan
pandangan masyarakat yang mengatakan santri sebagai kaum sarungan, terbelakang
maupun kaum gudik.
Berkenaan
dengan maraknya teknologi santri dituntut tidak asal pilih. Ia berpesan jangan asal
membagi web-web yang tidak jelas sanadnya tanpa mengetahui lebih dalam isinya.
Paparan
yang dia lontarkan kepada santri lantaran dirinya prihatin tradisi yang sudah
mengakar ratusan tahun itu akan sirna. Sehingga penyair produktif ini
mengapresiasi komunitas Matapena.
“Matapena
merupakan wadah untuk menggairahkan tradisi literasi,” ungkap lelaki yang
pernah turut serta dalam Jakarta-Berlin Arts Festival ini.
Meski
musim gadget Ra Faizi mewanti-wanti agar santri tidak menjadi korban kejamnya
teknologi itu. “Pengalaman santri, kisah ajaib, khas dan unik harus ditulis.
Begitu juga dengan sikap toleransi jangan sampai tidak ditulis,” harap pemilik
blog www.m-faizi.blogspot.co.id.
Jadi Produsen
Terpisah,
M. Sururi Arumbani, Pemimpin Redaksi TV9 menyampaikan santri harus bergerak
menjadi “produsen” bukan “konsumen. Hal ini penting dilakukan rangking portal
Aswaja sebagaimana data Alexa Rank Indonesia per Desember 2015 semacam nu.or.id
masih menempati urutan ke-10. Sedangkan 9 besar lain masih dikuasai website
“minhum”.
“Ini
pekerjaan yang tidak mudah untuk menaikkan rangking portal Aswaja,” lanjutnya
yang memaparkan stadium general “Mengapa Santri Harus Melek Media?”, Kamis
(31/12).
Jika
portal-portal “minhum” membidahkan serta menyirikkan amaliah NU. “Kita mesti
sebaliknya membuat konten maulid, manaqib dan tradisi-tradisi ada dalil dan
hujjahnya,” kata lelaki asal Rembang Jawa Tengah ini.
Dalam
kegiatan yang juga dihadiri D. Zawawi Imron ini Sururi mengimbau santri membuat
konten apa pun yang kreatif juga “provokatif”. Hal ini ialah ikhtiar santri back to pesantren. “Menulis harus
menjadi aktivitas santri,” harapnya dalam kegiatan yang berlangsung 4 hari ini.
Senada
dengan Ra Faizi, Wakil Ketua LTNNU Jawa Timur ini juga mengetengahkan karya
tulis asli para kiai harus diabadikan. “Santri tidak menulis tidak keren,”
pantik Sururi.
Sementara
itu, Isma Kazee, Ketua Komunitas Matapena Yogyakarta menguraikan dalam kegiatan
LSdP #13 ini berbeda dengan tahun sebelumnya. Karena kegiatan diakhiri dengan
unjuk karya yang berupa blog, buletin dan film dokumenter. (qim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar