Permainan Sepak Bola Api, Wujud Menjaga Hawa Nafsu - Soeara Moeria

Breaking

Jumat, 19 Juni 2015

Permainan Sepak Bola Api, Wujud Menjaga Hawa Nafsu


Semarang, soearamoeria.com
Dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan  puluhan mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang yang tergabung dalam Keluarga Mahasiswa Jepara Semarang (KMJS) menggelar atraksi sepak bola api di lapangan futsal kampus setempat, Selasa (16/6/15) malam.

Kegiatan sepak bola api ini digelar menyambut datangnya bulan suci Ramadhan yang jatuh Kamis 18 Juni.

Pembina KMJS sekaligus koordinator kegiatan, Akhmad Soim menuturkan  kegiatan sepak bola api sebagai perwujudan dari tradisi pawai obor yang ada di Kabupaten Jepara. Mahasiswa asal Kabupaten Jepara biasanya di kampung halaman menyambut Ramadhan dengan pesta obor namun di Kota Semarang mereka menyambut dengan pesta sepak bola api.

“Sepak bola api ini kami ibaratkan seperti hawa nafsu. Kita harus mampu mengendalikan api ini, seperti saat main. Saat Ramadhan, kita harus mampu mengendalikan hawa nafsu,” kata Soim.

Pesta sepak bola api digelar sejak pukul 19.00 WIB. Sebagai bahan atraksi, dua tim sepak bola bermain menggunakan bola api yang terbuat dari serat buah kelapa. Serat direndam menggunakan minyak tanah selama 24 jam sehingga bisa menghasilkan bulatan api secara sempurna.

Dalam atraksi ini, ada dua tim yang "berduel" dengan menamakan diri tim Banaspati dan Gatoloco. Dua tim ini sama-sama memainkan bola api menggunakan sarung dan tanpa alas kaki. Satu tim terdiri lima orang pemain satu di antaranya sebagai kiper.

“Tim tadi bermain imbang 2-2. Akhirnya diadakan adu penalti, hingga skornya menjadi 5-3 untuk kemenangan Banaspati,” tambahnya.

Salah satu pemain bola api dan ketua KMJS UIN Walisongo Handika mengatakan sebelum main kami gelar doa khusus. Mental kita juga harus siap, karena menendang bola tidak seperti biasanya.

“Atraksi sepak bola api butuh persiapan lebih agar saat bermain tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Sebelum bermain pihaknya telah menyiapkan mental dan fisik,” paparnya.

Menurutnya menendang bola api rasanya biasa saja. Tak ada bekas luka dua kaki usai mereka bermain. Yang terlihat, dua kaki mereka mulai kehitaman, namun tak ada bekas luka yang amat serius.

“Rasanya biasa saja. Ya, kalau nendangnya kurang pas memang agak sakit panas sedikit,” imbuhnya.

Selain atraksi, pawai obor juga digelar di sela-sela sepak bola api. Mereka dengan seksama menyemburkan api melalui minyak tanah yang disemburkan keluar. (qim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar