Jepara, soearamoeria.com-Nahdliyyin
kabupaten Jepara, Kamis (4/9) malam berduka. Lantaran Rais Syuriah PCNU kabupaten
Jepara, KH Ahmad Kholil pukul 20.40 wib menghembuskan nafas terakhir di RS
Telogorejo Semarang. Duka tersebut membawa kesedihan bagi umat umumnya dan
khususnya bagi para santri.
Saat NU Online menyambangi kediamannya pukul
22.30 wib jenazah pengasuh pesantren Al-Falah desa Bakalan kecamatan
Kalinyamatan kabupaten Jepara belum dipulangkan. Namun di pesantren yang lokasinya
berada di Jalan Raya Gotri Welahan tampak ratusan jamaah mengerumuni kediamannya.
Tak
hanya masyarakat 500 santri putra-putri mukim sudah tak sabar menanti kehadiran
jenazah almarhum. Kurang lebih 1.5 jam perjalanan keluarga dan mobil jenazah
dari Semarang ke Jepara. Sampai di pesantren, ratusan santri yang sudah
berjubel di pesantren meluapkan isak tangis dan terharu atas kepergian kyai ke
rahmatullah.
Sampai
dikediamannya, ratusan pentakziyah yang hadir menyalatkan dan membacakan tahlil
untuk kepergian almarhum. Jum’at (5/9) pagi kyai kharismatik kelahiran Jepara 1
Juli 1942 itu dikebumikan di makam Syaikhona desa Bakalan berjarak 300 meter
dari kompleks pesantren. Setidaknya, 23 kali almarhum dishalatkan di aula pesantren
dan masjid Baitus Salam desa Bakalan.
Dimata Santri
Menurut
pandangan santri, suami dari Nyai Sholihatun itu merupakan sosok yang alim dan
amil. Hal itu sebagaimana diuraikan Ansori. “Kyai Kholil jika menyuruh memberi
tauladan terlebih dahulu,” kenangnya.
Kealiman
perintis pesantren Al-Falah itu juga ditunjukkan dalam kehati-hatiannya dalam
berbicara. Santri yang menetap 11 tahun itu menyebutkan setiap perkataan yang
diucapkan kyai mendasar karena akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.
Hal
lain disampaikan Badiul Hadi. Menurut mantan aktivis Lakpesdam NU Jepara itu
Kyai Kholil sosok santun dan bijaksana. Ia menyontohkan saat Mukercab NU kyai
tidak lantas memutuskan suatu hal namun pernyataan-pernyataan dari peserta
musyawarah ditampung. Kesepakatan lanjutnya, berdasar hasil musyawah yang
didasari menghormati orang lain.
Ansori
menambahkan lelaki yang wafat di usia 72 tahun itu diamanati sejumlah tanggung
jawab semisal Mursyid Thariqah, Rais Syuriah PCNU, Dewan Pembina Yaptinu,
Baznas Jepara dan Dewan Mufti Indonesia.
Kyai
yang mengaji dengan KH Muslim (Jepara) hal syariat, KH Muslih (Mranggen) bab
thariqah dan qur’an dengan KH Arwani (Kudus) lanjut santri asal desa Batu Kali
itu telah menyusun kitab semisal Sabilul Huda berisi amaliah NU dan Qolbil Qur’an
isinya intisari qur’an.
Hal
lain yang patut diapresiasi tatkala kyai memperoleh penghargaan dari IAIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta bidang toleransi agama. “Waktu itu, kyai mendirikan masjid
di tengah-tengah pemukiman nasrani desa Samigaluh Kulon Progo Yogyakarta,” jelas
Ansori.
Kini,
almarhum meninggalkan istri Nyai Sholihatun dan 1 putri Nurul Hikmah (2). Kyai
juga mewariskan beberapa unit di Yayasan Al-Falah Kalinyamatan diantaranya pesantren
putra-putri, balai pengobatan, koperasi, madrasah diniyyah, tarbiyah thoriqoh
qodiriyah wanaqsabandiyah, Madrasah Ibtidaiyyah Terpadu, wajar dikdas, kejarpaket
dan ma’had ali. (Syaiful Mustaqim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar