Ilustrasi: gurusiana |
Putri
“Ayo kita mainkan!”
“Aku akan menjadi putri pastinya dengan pangeran yang tampan.”
Menaiki tahta dalam kerajaan
Putri berjalan dengan anggun memasuki pelataran istana
“Bukankah ini menyenangkan? Apalagi jika menggandeng Pangeran tampan. Begitukah Ayah?”
Raja tersenyum dengan membelai lembut anak rambut putri semata wayang.
Teriakan mengintrupsi
“Sebentar, aku akan bermain kembali menjadi ibu. Atau kita mengganti menjadi wanita yang sukses?”
Aku akan sangat bahagia jika sudah dewasa.
***
Masih Putri
“Aku akan menggendongmu”
“Aku akan menidurkanmu dalam pangkuanku”
“Aku akan…. Aku akan…Ya benar…. Aku akan melakukan banyak hal untuku Putriku.”
Duri kecil bak pedang yang menancap
Kerikil bak batu letusan gunung berapi
Gertakan bak gemuruh geluduk dihari berhujan lebat
Terasa sulit
Satu air mati menetes, hancur sudah bak diluluhlantahkan tsunami
“Jangan cepat besar ya nak, Ayah masih belum sanggup” elus lembut Raja
***
Sakit
Sayapnya patah
Tangisnya pecah
Dunia tampak mematahkan langkah
“Kamu akan tumbuh besar.” Sang Ratu memberi pepatah
Semoga kuat dan tumbuh merekah
Istana tempat yang nyaman, bukan hanya itu
Tempat penuh belaian
Dunia tak akan membelaimu melainkan akan memukul, berteriak hingga membantingmu
“Tak apa, kamu akan tumbuh besar” kalimat yang sama
***
Sekali Lagi
“Perketat penjagaan” titah Raja
Bukan, tapi bagaimana
Dentuman masih dan akan terus terdengar
Kecil-kecil bak melihat bintang di atas atap
“Indah sekali bukan, Ayah?”
Putri masih putih
Raja terus memandangi putri, tanganya bergerak mengelus lebut pipinya, tersenyum kecut
“Masih banyak, masih ada yang lebih besar. Putri Raja harus siap bukan?”
“Aku akan siap Ayah. Namun aku akan bermain lagi dengan teman-temanku.”
Belum siap. Hanya belum bukan?
Senyum itu harus ada. Bintak tak sekecil itu jika dilihat dengan dekat
Bahkan ia berbahaya, jika terjatuh
***
Longgor Tahta?
Bahagia datang pada kali kedua
Akan lebih sempurna bukan? Jika kali kedua bisa membenahi
Namun, mereka tak perasa
Putri sedang berada di tengah Samudra gelap
“Aku takut. Tolong aku.”
Mereka tak tau jika putrinya masih belum mengerti
“Biarkan saja, sudah melewati.”
Bahkan, apapun itu Putri tak tahu menahu
---------
Saskia Hasri Sholekah, mahasiswi Fakultas Ilmu Budaya Prodi Sastra Indonesia Universitas Diponegoro Semarang. (01)