Mengajak
orang menuju kebaikan tidak serta merta dengan jalan kekerasan. Dengan cara
yang santun tentu imbasnya orang diajak akan tambah simpati. Itu jalan dakwah yang
dipilih Ketua Umum PP Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi), Zastrow
Al-Ngatawi bersama grup music rock akulturatif Ki Ageng Ganjur sejak akhir 90an
lalu.
Ia
bersama grup musik yang bermarkas di Yogyakarta telah pentas keliling dunia
misalnya Amerika, Jepang, Qatar dan Abu Dabi. Sabtu (25/4/15) malam pihaknya
berkesempatan tampil di Unisnu Jepara dalam Gelar Budaya memperingati Dies
Natalies ke-2 kampus NU tersebut.
Dalam
kesempatan ini Zastrow mementaskan nada dan dakwah. Sebelum maupun dan sesudah
tembang lelaki asal Pati menafsirkan lagu-lagu yang dibawakan grup musiknya. Misalnya
tembang qasidah burdah yang dibawakan vokalis Tutik dan Kristi.
“Qasidah
Burdah ini diciptakan oleh Imam Busiri. Meski ia buta tetapi tetap cinta kepada
Nabi Muhammad,” jelasnya usai lagu Shalawat Nariyah dan Qasidah Burdah
dilantunkan.
Strategi Dakwah
Menurut
dia kedua lagu tersebut merupakan khazanah Islam Nusantara yang harus
dilestarikan. Ia menambahkan tembang maupun shalawat merupakan strategi dakwah.
Hal
itu sebagaimana Sunan Kalijaga dengan tembang populernya Lir-Ilir. Lagu yang
menurut pendapat lain ialah karangan Sunan Ampel dan dipopulerkan Sunan
Kalijaga lanjut dia diksinya sesuai dengan imaji rakyat jelata.
Lagu
Lir-Ilir merupakan manifestasi dari pelaksanaan rukun Islam yang diibaratkan
pohon belimbing yang memiliki 5 sisi.
Menyanyi
lanjutnya dalam kaidah fiqih memang dilarang. Tetapi lebih dari itu ia
menjelaskan jika fiqih belum menemukan solusi maka bisa ditempuh dengan jalur
ushul fiqih. Apalagi ada sebuah hadits ada yang menerangkan untuk memberikan
penjelasan dan pengetahuan sesuai dengan kadar kemampuan.
Dari
itu, lelaki 48 tahun ini menambahkan pembahasan hukum harus sesuai dengan illatnya. Alat musik bagi dia tidak
salah apa-apa. Persoalannya bagaimana alat musik itu digunakan pemusiknya?
“Jika
musik yang kita bawakan tidak membawa madlarat apa-apa dalam ilmu ushul fiqih
sesuai dengan mafhum mukhalafahnya maka diperbolehkan. Ini sesuai yang
dilakukan Sunan Kalijaga dan Habib Luthfi," tandasnya.
Malam itu Ki Ageng Ganjur membawakan
beberapa tembang di antaranya Shalawat Nariyah, Qasidah Burdah, Lir-Ilir, Ya
Bartotin, Padang Bulan, Ya Badnun, Astaghfirullah, Harga Diri, Bongkar dan
masih banyak lagi. (qim)