Jepara, soearamoeria.com-Tarian sufi Jepara yang terinspirasi dari KH Amin Maulana
Budi Harjono pengasuh pesantren Al-Ishlah Semarang sudah mulai dirintis sejak
2010 silam. Tarian ala Rumi yang berada di pesantren Nailun Najah desa Kriyan
kecamatan Kalinyamatan personil intinya 15an orang.
Karena makin inten diundang pentas untuk acara pengajian,
budaya maupun kenegaraan baik itu di kota
sendiri, luar kota maupun luar
negeri hal itu membuat pemuda yang sedang dirundung “masalah” turut gabung
didalamnya.
Setidaknya ada sekitar 20an yang masih latihan. “Seringnya
kami diundang pentas sempat menggaet anak-anak muda untuk bergabung. Mereka rata-rata
adalah pemuda yang terjerat minuman keras,” kata Abdur Rohman, Ahad (20/1).
Hal itu sempat mendapat kritik dari para tetangga karena
pihaknya ngopeni anak-anak bermasalah. Tetapi Gus Maman yakin
ajakan-ajakan ke arah positif secara intens tersebut lambat laun akan mengubah
diri mereka sendiri meski tanpa diingatkan.
Ia menyatakan jika saat ini mereka kebetulan masih sering
minum dengan intensitas latihan rutin saben malam Jum’at setidaknya kelak akan
mengubah perilaku buruknya. “Bisa jadi mereka akan sadar-sadar sendiri karena
mereka adalah penari sufi,” terang Gus Maman lulusan UIN Jogjakarta .
Kenapa mesti mereka yang bermasalah? Gus Maman menambahkan
pihaknya berharap mereka semakin rajin ngaji muaranya adalah diajak untuk
mengikuti ajaran tasawuf dan tarekat.
Tarian sufi menurut Gus Maman merupakan simbol daripada
kematian. Sebab tarian yang dipopulerkan oleh Jalaludin Rumi ini lanjutnya
seorang penari memakai peci panjang yang diibaratkan batu nisan dan kostum
longgarnya menyerupai kain kafan.
Seorang penari yang menari melawan arah jarum jam tambahnya saat
memutar benae-benar sadar dan selalu ingat kepada Allah. Adabnya, sebelum
menari sambungnya diawali dengan wudlu kemudian tawasul minimal kepada Nabi
Muhammad SAW, Abu Bakar dan Syekh Rumi. Kemudian saat berputar selalu berdzikir
kepada Allah. (Syaiful Mustaqim)