Jepara, soearamoeria.com
Pesanan salah satu jenis konveksi berupa kaos untuk keperluan sekolah biasanya ramai pada saat akan tahun ajaran baru. Tetapi hal itu tidak berlaku bagi M Abdul Somad (28) pemilik usaha Muna Indo Group (MIG) yang bergerak dibidang konveksi, sablon dan cetak yang menekuni usahanya sejak 2010 lalu di kediamannya di desa Bangsri RT.01 RW.01 kecamatan Bangsri.
Pesanan salah satu jenis konveksi berupa kaos untuk keperluan sekolah biasanya ramai pada saat akan tahun ajaran baru. Tetapi hal itu tidak berlaku bagi M Abdul Somad (28) pemilik usaha Muna Indo Group (MIG) yang bergerak dibidang konveksi, sablon dan cetak yang menekuni usahanya sejak 2010 lalu di kediamannya di desa Bangsri RT.01 RW.01 kecamatan Bangsri.
Somad, lelaki berperawakan kurus tidak memulai usahanya di
rumah. Sejak 2002 silam ia mengawali karirnya saat kuliah di IAIN Walisongo Semarang. Waktu itu
lulusan SMKN 2 Jepara ini fokus bidang sablon. Lambat laun dirinya mulai
tertarik dengan konveksi tahun 2007. Sehingga boleh dikata usaha yang digeluti
hingga saat ini merupakan terusan dari usahanya ketika masih menempuh
perkuliahan.
Sejak mulai dibuka di rumah, usahanya tidak lantas ramai. Butuh
waktu sekitar 6 bulan untuk beradaptasi. Ia pun tidak hanya berpangku tangan. Waktu
itu dirinya mempublikasikan usahanya stand by di warnet milik kakaknya
di ruko Bangsri. Dari situ lalu lalang pelanggan warnet mulai tertarik untuk
memesan meski 1-2 pemesan.
Promosi lain ia tempuh dengan mendatangi sekolah-sekolah,
teman-teman dan kerjasama dengan tukang sablon. “Awal mula saya mendatangi
sekolah-sekolah, mengajak teman-teman yang berminat dan bekerjasama dengan
sablon. Intinya kerjasama yang saya lakukan saling menguntungkan,” paparnya.
Dari promosi itu pesanan mulai mengalir dari seragam, kaos
event, klub, olahraga dan futsal. Pemesan berasal dari Bangsri, Mlonggo,
Kembang, Keling, Kalinyamatan dan Semarang.
Harga yang ia tawarkan mulai Rp.8.000-50.000.
Anak ke-6 dari 9 bersaudara ini menerima paling sedikit 10
dan paling banyak 3000 biji. Di MIG ia tidak sendiri tapi ditemani 5 pekerja; 3
pekerja tetap, 2 perempuan tukang jahit 1 laki-laki tukang sablon dan 2 orang
lagi pekerja lepas.
Dalam setiap pemesanan Somad mengaku memperoleh laba sekitar
3 juta untuk pesanan diatas 1000 biji. Dibawah itu dirinya hanya mendapatkan 200.000
per-pesanan. Berkaitan dengan harga kain yang mengalami naik-turun putra
pasangan M Sodiq Ihsan (alm)-Mustarihah tidak begitu khawatir.
Menurutnya harga kain naik turunnya sekitar Rp.1.000-2.000.
Yang paling tinggi naiknya jenis kain cotton, kadang-kadang naik hingga
Rp.10.000. Meski demikian dirinya yang mengambil bahan kain dari Mayong, Kudus
dan Semarang
tidak menaikkan harga pesanan. Tetap.
Di kemudian hari lelaki kelahiran Jepara 10 Juli 1984 ini
mendambakan punya toko kain kaos sendiri. Meski cita-citanya tak kunjung
tercapai apa yang telah peroleh saat ini, disyukurinya. Harapannya rasa syukur
itu kelak akan mengabulkan cita-citanya. (sm)