Pendidikan Anak, Tanggung Jawab Keluarga atau Sekolah? - Soeara Moeria

Breaking

Jumat, 17 November 2023

Pendidikan Anak, Tanggung Jawab Keluarga atau Sekolah?

Ilustrasi: Wyeth Nutrition
Oleh: Irna Maifatur Rohmah, alumnus UIN Prof KH Saifuddin Zuhri Purwokerto


Anak merupakan salah satu rezeki yang Tuhan berikan kepada pasangan insan yang sah secara hukum baik agama maupun negara. Kehadiran anak menjadi pelengkap sebagian besar keluarga dan dinantikan keberadaannya. Segala hal selalu diberikan diusahakan demi anak semata. Tak jarang kebahagiaan anak dinomorsatukan melebihi kebutuhan orang tua. Hal ini kembali lagi pada orang tua yang menghendaki kehadiran anak, bukan sebaliknya. Rasa itu menjadi salah satu dasar orang tua untuk memenuhi keinginan anak, bukan hanya sekadar kebutuhan.


Orang tua yang baik memang akan memenuhi segala hal yang dibutuhkan anak. Itu menjadi salah satu bahasa kasih sayang orang tua pada anak tanpa perlu mengatakan I love you tiap hari. Dengan menyediakan kebutuhan saja menjadi simbol rasa kasih sayang tersebut. Namun, tidak semua orang tua memahami apa yang memang dibutuhkan atau hanya keinginan semata. Tak jarang orang tua saking sayangnya pada anak sampai memberikan segala yang diminta anak tanpa menyeleksi mana yang memang dibutuhkan dan mana yang hanya sekadar pemuas nafsu. 


Sedangkan anak belum memahami detail-detail seperti itu dan masih sangat mudah digoyangkan oleh nafsu. Di sinilah peran vital orang tua menarik ulur kehendak anak. Karakter, moral, sopan santun, sikap menghargai, sikap sosial, dan nilai-nilai lain yang dibutuhkan dalam menjalankan peran sebagai makhluk sosial harus ditanamkan sedini mungkin.


Seperti ungkapan dalam islam, “Ibu adalah madrasah pertama bagi anak”. Dengan kata lain pendidikan tidak hanya menjadi tanggung jawab sekolah namun lingkungan keluarga juga harus mendukung bahkan pondasi pertama ada di keluarga. Sehingga muncul ungkapan lagi, untuk menentukan seperti anakmu ditentukan sedari kamu memilihi perempuan yang akan kamu jadikan istri.


Namun, beberapa waktu ke belakang, terjadi hal yang sangat disayangkan dari keluarga pejabat di negeri ini. Tindak kekerasan yang dilakukan oleh dua anak pemegang kekuasaan di negeri ini yang mengakibatkan salah satunya terpaksa dilarikan ke rumah sakit. Bahkan korban yang masih termasuk anak di bawah umur koma.


Setelah diusut, pemicu kejadian tersebut merupakan masalah asmara yang memicu amarah pelaku sehingga tega melakukan pemukulan dan penendangan terhadap korban di bagian kepala dan perut. Masalah yang mungkin bisa dikomunikasikan dengan baik malah mengakibatkan korban dan harus diusut lewat jalur hukum.


Jika hal seperti ini sudah terjadi, siapa yang disalahkan? Karakter, sikap serta nilai sosial sudah sepantasnya mereka kantongi mengingat mereka sudah mengenyam pendidikan di sekolah dan keluarga pun harus terlibat di dalamnya.


Keluarga merupakan pengendali utama anak yang masih labil secara emosi. Kehidupan anak pun lebih intens dengan keluarga dan waktu yang dihabiskan lebih banyak dihabiskan dengan orang tua. Keluarga harus membekali anak dengan karakter yang baik dari sisi pribadi serta hubungannya dengan lingkungan sekitar. Keluarga dalam artian ini orang tua, yang sepenuhnya bertanggung jawab dan menuntun akan cara hidup anak sampai anak beranjak dewasa dan bisa menentukan pilihannya. 


Namun, dunia pendidikan tak pernah kehilangan peminat. Pendidikan selalu mendapatkan perhatian khusus bagi orang tua untuk berbagi tanggung jawabnya. Yang mana lewat sekolah, beban orang tua terhadap mendidik anaknya dipikul bersama dengan sekolah. Dengan mendaftarkan anak ke sekolah, secara tidak langsung pihak sekolah menanggung anak tersebut untuk dididik dan ditempa sesuai dengan peraturan dan adat yang ada di sekolah tersebut. Dengan kata lain, begitu anak itu masuk di suatu sekolah orang tua setuju dan mendukung secara penuh apapun yang menjadi program sekolah yang arah dan tujuannya untuk pengembangan anak.


Hal ini menjadi salah satu dasar sekolah untuk mengeksplore bakat minat serta membentuk sikap sosial, moral, santun, dan nilai-nilai lain yang dibutuhkan anak sebagai makhluk sosial. Sikap orang tua yang baik adalah mendukung program sekolah dengan ikut serta memotivasi anak dan mengulang apa yang diajarkan di sekolah. Meskipun mungkin ada beberapa hal yang kurang cocok, bisa dikomunikasikan dengan baik dengan pihak sekolah dan mencari jalan tengahnya. Pastinya kebijakan yang dibuat sekolah mempertimbangkan banyak hal demi kebaikan siswa.


Maka, antara pihak orang tua dan pihak sekolah harus saling bersinergi agar dapat tercapai tujuan dari pendidikan tersebut. Keluhan anak terhadap sekolah jangan langsung diterima mentah-mentah. Namun perlu dikomunikasikan dengan pihak sekolah barangkali ada perbedaan antara apa yang disampaikan anak dengan sekolah. Mengingat terkadang suatu kebijakan tidak langsung membuat anak nyaman, namun perlu pembiasaan. 


Sudah sepantasnya orang tua dan sekolah memikul bersama beban pendidikan tersebut, terlebih pendidikan karakter. Sekolah memiliki kewajiban terhadap hal tersebut serta keluarga pun cukup besar andilnya untuk mewujudkan pendidikan karakter tersebut. Keduanya harus bahu membahu membentuk pribadi anak yang berkarakter serta memiliki nilai sosial yang baik terhadap lingkungan sekitar. (05)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar