Mengolah Limbah Cair Kosmetik dengan Elektrokoagulasi Sistem Batch - Soeara Moeria

Breaking

Jumat, 30 Desember 2022

Mengolah Limbah Cair Kosmetik dengan Elektrokoagulasi Sistem Batch

Limbah kosmetik. (dok. Internet)

Oleh : Habibatul Unayah, mahasiswi pendidikan Biologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta


Maraknya pemberitaan mengenai krisis lingkungan yang terjadi juga memunculkan tren barudi masyarakat. Beberapa tahun belakangan ini tren kembali ke alam (back to nature) banyak dimanfaatkan oleh para produsen dan juga brand untuk menarik perhatian masyarakat terkait isu lingkungan yang sedang terjadi, seperti: pengurangan penggunaan plastik, pengurangan penggunaan kendaraan bermotor, pembangunan ruang terbuka hijau, dan lain-lain. 


Kesadaran masyarakat   hanya berhenti pada   gambaran besar   permasalahan   lingkungan saja   sehingga banyak faktor lain yang tidak diperhatikan masyarakat yang salah satunya adalah penggunaan produk vegetarian dan kemasan daur ulang.


Membicarakan terkait tren dan minat wanita saat ini di dunia kecantikan seolah tidak ada habisnya. Bahkan  seiring  dengan  berkembangnya  berbagai  merk produk  kecantikankosmetik.


Pengguna kosmetik saat ini bukan hanya wanita dewasa saja melainkan berbagai kalangan  sudah mulai  menggunakannya  dari  kalangan  laki-laki  bahkan juga  mulai menggunakannya.


Berdasarkan  informasi   dari Kementerian   Industri  pada tahun   2016   pertumbuhan   pasar Industri yang dicapai dalam 5 tahun terakhir 9,67% termasuk industri kosmetik. Dilihat dari penggunaannya Kosmetik dibagi menjadi  dua area yaitu kosmetik untuk  perawatan kulit (Skin Care) yang berfungsi untuk, memelihara, merawat dan mempertahankan kondisi kulit tetap sehat.  


Jenis kedua yaitu kosmetik rias yang digunakan untuk mempercantik  wajah. Dalam riasan kosmetik, ini zat pewarna berperan penting. Zat warna yang terkandung dalam kosmetik dari berbagai sumber dan termasuk sebagai zat warna   alam   yang  larut,   zat  warna   sintetis   dan  pigmen-pigmen  alam   dan  pigmen-pigmen sintetis. 


Zat warna sintetis dibuat dari bahan kimia seperti anilin, toluena, benzena, maupun antrasena.   Sedangkan   pigmen   alami  seperti   aluminium   silikat,   oksida   besi   atau manganoksida.


Sebuah laporan BBC yang dilansir Tirto menemukan bahwa industri kosmetik rupanya ikut menyumbang polusi,   terutama mikroplastik.   Padahal, hingga   saat   ini, banyak   produk kosmetik   yang   dibubuhi   mikroplastik,   yang   kemudian   berakhir   di   sistem   pembuanganlimbah, lalu ke lingkungan, dan akhirnya ke rantai makanan kita. Butiran   mikroplastik   ini   sangat   umum   terdapat   pada   pembersih   wajah   untuk   membantu proses pengelupasan sel kulit mati dan kotoran dari epidermis. 


Selain itu, butiran plastik mini ini juga   dapat   ditemukan pada  pasta   gigi, lulur, sabun,  maskara, lipstik,  dan  alas bedak. Butiran halus plastik ini menjadi sampah karena tidak dapat terurai di tanah, selokan, sungai atau laut.


3 limbah   cair   kosmetik   bersumber   dari   pencucian   peralatan   dengan   menggunakan sabun/detergen   dan   air.  Dengan   demikian   limbah   kosmetik  dekoratif   dapat   mengandung lemak/minyak, mineral logam, deterjen dan zat warna. Sehingga limbah cair dimungkinkan memiliki nilai BOD COD dan TSS yang tinggi.


Dampak Bagi Lingkungan 

Kehidupan laut dan ekosistem terancam. Faktanya,  banyak   penelitian  telah  meneliti   efek mikroplastik yang terakumulasi di lautan, termasuk perusakan ekosistem dan kematian hewan laut. 


Mikroplastik yang tertelan oleh biota laut ini pun berisiko masuk ke sistem pencernaan manusia bila dikonsumsi sehingga dapat membahayakan tubuh.


Mikroplastik dapat menjadi media bagi mikroorganisme laut, bahkan virus-virus tertentuyang mempunyai dampak negatif. 


Mikroplastik juga merupakan salah satu penyumbang terbesar pemanasan global. Karena dapat menghasilkan gas rumah  kaca  seperti  metana  yang dapat  menyebabkan  pemanasan global.


Pengolahan Limbah Cair Secara Elektrokoagulasi

Metode pengolahan limbah cair secara elektrokoagulasi adalah metode pengendapan dengan koagulan yang   dibangkitkan secara   listrik   dengan mengorbankan   elektroda. Metode   ini sederhana   dan   mudah dapat   diterapkan   dengan  sederhana   dan   mudah   diterapkan   dengan kemampuan yang baik dalam mengumpulkan berbagai polutan organik maupun anorganik.


Teknologi elektro koagulasi ini tidak memerlukan lahan yang banyak dan tanpa memerlukan bahan kimia. Dengan begitu teknik ini dapat menjadi alternatif pengolahan limbah kosmetik. 


Keberhasilan dari teknik ini ditentukan oleh kerapatan arus dan voltase yang diterapkan serta jenis limbah cair yang diolah. Pengolahan   limbah cair kosmetik   dengan elektrokoagulasi dapat likasukan dengan   jarak antara elektroda aluminium 5 cm. Jika semakin tinggi voltase yang diterapkan maka akan semakin baik penurunan COD dan TTS. 


Namun menaikkan pH hasil olahan limbah. Teknik elektrokoagulasi ini dianggap mampu untuk mengatasi limbah cair kosmetik yang berada pada lingkungan. Sehingga dapat mengurangi pencemaran akibat dari limbah yangdihasilkan dari kosmetik tersebut. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar