Pendidikan Karakter dalam Peristiwa Isra’ Mi’raj - Soeara Moeria

Breaking

Senin, 28 Februari 2022

Pendidikan Karakter dalam Peristiwa Isra’ Mi’raj

Ilustrasi : suara.com

Oleh : Muhammad Lutfi, Pengajar MAN 2 Tapin, Kalimantan Selatan


Isra Mi’raj merupakan salah satu peristiwa agung Islam yang dijelaskan oleh Allah SWT di dalam al-Quran. Dari peristiwa ini ibadah shalat fardlu lima waktu mulai disyariatkan dan diwajibkan secara langsung kepada Nabi Muhammad Saw dan menjadi tiang agama bagi umat Islam. Bahkan, Allah sendiri mengabadikan peristiwa ini secara langsung melalui Surat Al Isra di dalam Al-Quran.


Isra Mi’raj terjadi pada tahun sepuluh kenabian Nabi Muhammad saw, di mana saat itu Nabi sedang mengalami dua kejadian yang menyedihkan yaitu dengan meninggalnya dua orang yang sangat Nabi cintai. Pertama, ketika meninggalnya Siti Khadijah dan kedua ketika meninggalnya paman beliau Abu Thalib. Mereka berdua memiliki peran yang sangat penting dalam mendukung dakwah Nabi Muhammad saw. Siti Khadijah, sesosok wanita rela memberikan seluruh hartanya untuk membantu dakwah beliau. Sementara Abu Thalib hadir sebagai orang yang selalu mendukung dan melindungi dakwah beliau.


Untuk menghibur kesedihan nabi Muhammad saw maka Allah mengutus malaikat Jibril untuk melalukan Isra’ Mi’raj. Sebelum menghadap Allah Swt, nabi mengalami proses pembersihan jiwa (Tazkiyatun nafs) di mana dada beliau di bedah untuk dikeluarkan dari segala kotoran (‘alaqah) yang ada, kemudian dibersihkan dengan air zam-zam sebanyak tiga kali.


Saat melakukan perjalanan dari Baitullah Makkah menuju ke Baitul Maqdis di Palestina  Nabi Muhammad mengalami beberapa kali pemberhentian. Pemberhentian pertama di Madinah, tepatnya dekat Syajarah Musa, yakni tempat Nabi Musa berteduh saat diburu Raja Firaun. kemudian Bukit Sinai, hingga Betlehem tempat kelahiran Nabi Isa. Hal ini sebagaimana di jelaskan oleh Syekh Najmudin Al Ghoidzi Dalam kitab Qishshah Mi'rajin


Selanjutnya, Nabi Muhammad saw. melakukan mi’raj, melewati langit dunia menuju Sidratul Muntaha. Saat melakukan mi’raj ini, Nabi Muhammad bertemu dengan para nabi pilihan yang berada di setiap langit yaitu: Nabi Adam di langit pertama, Nabi Yahya dan Isa di langit kedua Nabi Yusuf di langit ketiga Nabi Idris di langit keempat Nabi Harun di langit kelima Nabi Musa di langit keenam, dan Nabi Ibrahim di langit ketujuh. selanjutnya Nabi Muhammad saw. mencapai Sidratul Muntaha untuk mendapatkan perintah mengerjakan salat wajib 5 waktu, sebagai momen terpenting dalam peristiwa Isra’ Mi’raj.


Terdapat hikmah yang bisa dipetik dari nilai-nilai pendidikan karakter yang dapat dicermati dan diaplikasikan dari peristiwa ini. Pertama ketika Nabi Muhammad akan masuk ke Sidratul Muntaha untuk mendapatkan perintah langsung dari Allah, Jibril meminta kepada Nabi Muhammad Agar masuk sendirian tanpa di temani olehnya. Sebagai malaikat yang diutus oleh Allah untuk selalu membimbing dan memberikan wahyu kepada nabi Muhammad Saw hal ini tidak membuat jibril merasa jumawa  dengan menganggap Nabi Muhammad Saw sebagai “murid” sehingga Jibril harus merasa lebih tinggi derajatnya dari nabi Mmuhammad. Namun sebaliknya saat masuk ke sidratul muntaha jibril menyadari bahwa dia di utus Allah hanya menjadi perantara penyampai wahyu kepada Nabi Muhammad sehingga jibril merasa tidak pantas untuk masuk ke Sidratul Muntaha dimana hanya Allah dan Nabi Muhammad yang bisa masuk ke sana.


Kedua, saat nabi Muhammad menerima perintah shalat lima waktu beliau kemudian bertemu dengan nabi Musa dan menyarankan agar meminta keringanan kepada Allah untuk dikurangi sampai menjadi lima waktu. Ini menunjukkan sikap beliau sebagai seorang pemimpin yang mau menerima pendapat orang lain dan juga mengerti kondisi umatnya.


Ketiga, perjalanan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad saw.  disebutkan dari satu masjid ke masjid yang lain ini mempunyai maksud bahwa ketika kita ingin dalam hidup mengalami kebahagiaan dunia akhirat maka kita sebaiknya selalu melangkahkan kaki kita ke Masjid jangan sampai jauh dariNya atau dengan kata lain kita harus selalu melakukan ibadah dan taqarrub kepada Allah.


Keempat, dalam perjalanan isra’ mi’raj nabi Muhammad saw bertemu dengan beberapa nabi yang telah dahulu diutus oleh Allah sebelum Nabi Muhammad saw. Di sana kemudian rasul menerima beberapa nasihat dan arahan dari mereka ini mengajarkan kepada kita bahwa kita harus belajar sesuatu kepada orang yang lebih berpengalaman kemudian merangkum dan menjadikannya kesimpulan dari pada apa yang telah kita dapatkan agar menjadi sesuatu yang bisa di lakukan untuk orang banyak (kemaslahatan umat).


Kelima, saat Nabi Muhammad Saw sampai kepada surga dan neraka maka beliau tidak mau merasa puas di sana namun beliau menginginkan agar bisa melanjutkan perjalanan untuk menuju sesuatu yang lebih tinggi dan lebih baik lagi yaitu menuju Sidratul Muntaha. Ini mengajarkan kita bahwa kira harus selalu optimis dan semangat untuk menjujung sesuatu yang lebih baik, jangan sampai merasa puas pada titik tertentu saja sedangkan masih ada sesuatu yang lebih baik dari apa yang telah kita dapatkan.


Keenam, saat Nabi Muhammad naik ke Sidratul Muntaha, alas kaki nabi yang notabene selalu berada di bawah ikut menjadi sesuatu yang istimewa, karena telah naik ke Sidratul Muntaha dan ikut Nabi Muhammad bertemu dengan Allah Swt. Ini mengajarkan kita bahwa ketika kita bisa mengikuti orang alim atau orang pilihan Allah maka kita akan mendapatkan barakah dan pertolongan dari beliau. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar