Urai Makna Toleransi, Gusdurian Jepara Gelar Festival “Indonesia Rumah Bersama” - Soeara Moeria

Breaking

Minggu, 28 November 2021

Urai Makna Toleransi, Gusdurian Jepara Gelar Festival “Indonesia Rumah Bersama”

 

Ngobrol bareng seputar toleransi. (Foto: Istimewa)
Jepara, soearamoeria.com - Gusdurian Jepara gelar Festival Toleransi bertajuk "Indonesia Rumah Bersama" yang bertempat di Kedai Kopi Gayeng Tahunan Jepara, Minggu malam (28/11/2021).


Kegiatan diawali pemutaran film "Liyan" yang menceritakan keberagaman yang ada di Wonosobo, lalu dilanjutkan obrolan bareng bersama Gus Adib Khoiruzzaman Ketua Petanesia Jepara, Danang Kristiawan Pendeta GITJ Jepara, dan Lutfi Rahman (Gusdurian Jepara). 


Kegiatan juga dihadiri dari berbagai kelompok mulai dari PMII, Jalin Damai, Ahlul Bait Indonesia (ABI) dan para santri.


Ketua panitia, Fuad Fahmi Latif mengatakan kegiatan diinisiasi untuk mengurai makna toleransi. “Di mana toleransi merupakan instrumen dasar untuk mempersatukan masyarakat yang majemuk dan beragam seperti Indonesia khususnya Jepara. Toleransi sendiri secara sistematis tidak akan terbentuk dengan sendirinya ketika tidak melalui proses pendekatan sosiologis, di antaranya lewat dialog, diskusi maupun interaksi,” katanya. 


M Choirun Najib, Koordinator Gusdurian Jepara menegaskan kegiatan bertujuan untuk memperingati hari toleransi ini dilaksanakan serentak di 21 kota/kabupaten di Indonesia oleh komunitas-komunitas yang tergabung dalam Jaringan Gusdurian. “Harapan dari kegiatan ini semoga akan terbentuk masyarakat khususnya di kalangan muda yang toleran, menghargai perbedaan dan kehidupan yang damai di tengah maraknya kasus intoleransi, politik identitas yang sedang menguat beberapa tahun terakhir ini,” jelasnya. 


Dalam sesi diskusi Adib Khoiruzzaman atau Gus Adib sapaan akrabnya berpendapat toleransi merupakan watak dan karakter bangsa Indonesia sejak dulu. “Secara pemahaman sebenarnya sudah selesai tapi yang paling penting ialah tindakan secara langsung di lapangan yang harus terus didorong dan dilakukan secara kongkrit,” terangnya. 


Pendeta Danang Kristiawan menyampaikan toleransi terbagi menjadi tiga bagian; ko eksistensi, afirmasi, sampai ke arah pro eksistensi di mana setiap orang mampu melakukan langkah-langkah dalam proses pendekatan ke arah sana. “Toleransi di daerah Tempur Jepara telah mencapai level pro-eksistensi,” sambungnya. 


Lutfi Rahman dari Gusdurian Jepara mengemukakan wacana toleransi harus terus dikuatkan untuk merespon gejala-gejala intoleran yang sampai sekarang sering marak terjadi, di antaranya munculnya SKB 3 menteri tentang seragam sekolah, penurunan patung di beberapa daerah dan di Jepara sendiri kasus pendirian gereja di Dermolo. (ip)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar