Kemajuan sebuah negara tidak terletak pada
ketersediaan sumber daya alam yang melimpah, bukan juga ditentukan ditentukan
oleh ras, warna kulit dan agama. Tapi
kemajuan negara ditentukan faktor kesadaran terhadap pentingnya pendidikan oleh
penduduk negara tersebut. Bahkan, masyarakatnya memiliki kecenderungan yang
sama atas dasar pendidikan dan berperan sesuai bidangnya masing-masing untuk
membangun bangsa menjadi maju.
Setidaknya hal itu yang dapat menjadi benang
merah materi yang disampaikan Dr. Tuswadi dalam kegiatan Kuliah Umum
International bertajuk Membangun Generasi Berprestasi, berilmu dan Unggul yang
Siap Mendunia yang diselenggarakan program studi pendidikan Bahasa Inggris
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Unisnu Jepara, di Pendopo Kabupaten Jepara,
Kamis (16/6/16).
Menurut Guru SMA 1 Sigaluh yang kini sedang
melakukan riset post doktoral di Hiroshima
University Jepang itu, perbedaan antara negara maju dan negara berkembang
tidak tergantung pada umur negara. Ia mencontohkan negara India dan Mesir yang
umurnya lebih dari 2000 tahun, tetapi mereka masih terbelakang.
Sedangkan di sisi lain, Singapura, Kanada,
Australia dan New Zealand termasuk negara yang umurnya kurang dari 150 tahun,
saat ini telah menjadi bagian dari negara maju di dunia, dan penduduknya tidak
lagi miskin.
Lebih lanjut ia menjelaskan, sumber daya alam
yang baik juga tidak menjadi penentu kemjauan sebuah Negara. Jepang areanya
sangat terbatas, daratannya 80% berupa pegunungan dan tidak memadai untuk
meningkatkan pertanian dan peternakan.
Tetapi saat ini Jepang menjadi raksasa
ekonomi dunia nomor dua. Bahkan negara tersebut laksana suatu negara “industri
terapung” yang sangat besar, mengimpor bahan baku dari semua negara di dunia
dan mengekspor barang jadinya hampir ke seluruh dunia.
Menurutnya, hal itu disebabkan beberapa
faktor, di antaranya masyarakat Jepang sadar terhadap pendidikan. Mereka juga
menerapkan tradisi disiplin dan tanggung jawab terhadap anak sejak dini.
Orang-orang Jepang juga melihat dan menentukan kebijakan berdasarkan ilmu dan
percobaan untuk mengukur efektifitas pekerjaan.
Bahkan, ia menjelaskan perempuan di Jepang
lebih memilih mengasuh anak dibanding mengejar karir mereka. Sehingga anak-anak
mereka mendapat perhatian dan pendidikan yang baik. Anak-anak Jepang juga sudah
terbiasa mandiri dan dilatih menjadi pemimpin tiap harinya
“Pendidikan anak dini sudah ditentukan oleh
pemerintah setempat. Anak-anak Jepang harus sekolah di dekat lingkungan tempat
tinggal. Salah satu fungsinya mereka dibuat grup yang setiap berangkat dan
pulang sekolah dipilih ketua secara bergantian tiap hari yang bertanggung jawab
dalam grup tersebut,” ungkap Tuswadi yang kini anaknya juga mengenyam
pendidikan dini di Jepang.
Link terkait : Pendidikan Harus Berakar pada Budaya
Sementara itu, kegiatan yang diikuti ratusan
peserta dari kalangan dosen, mahasiswa, guru dan siswa di Jepara itu dibuka
secara resmi Bupati Jepara yang diwakili asisten 3, M. Fathurrozi. Turut hadir
dalam acara tersebut diantaranya Rektor Unisnu Jepara, pewakilan Disdikpora
Jepara, Kemenag Jepara dan pejabat struktural di lingkungan Universitas Islam
Nahdlatul Ulama Jepara.
Dalam sambutan yang dibacakan, Bupati Jepara
berharap kegiatan tersebut hendaknya tidak hanya dimaknai sebagai langkah
pengembangan dunia pendidikan, akan tetapi mampu menjadi momen menjadi
kader-kader perubahan pola pikir, kader pencipta generasi berkarakter serta
peningkatan sumber daya manusia berkualitas yang siap menghadapi tantangan dan
peluangnya.
Lain halnya yang disampaikan Rektor Unisnu
Jepara, Dr Sa’dullah Assaidi M Ag dalam sambutannya mengatakan tema yang
disuguhkan panitia merupakan implementasi al-qur’an yang di dalamnya diajarkan
menciptakan masyarakat pendidikan.
Menurutnya, arah menuju mendunia menjadi
keniscayaan bagi insan pendidikan. Untuk bisa mendunia, bahasa menjadi alat
yang tidak bisa disepelekan untuk dipelajari.
Dalam rangka membantu mewujudkan hal tersebut, diperlukan mengenal
sarana teknologi yang berkembang saat ini. (az)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar