Wayang Iqra Karya Dosen Unisnu Jepara - Soeara Moeria

Breaking

Kamis, 21 April 2016

Wayang Iqra Karya Dosen Unisnu Jepara


Media Populerkan Huruf Hijaiyah untuk PAUD  

Jepara, soearamoeria.com
“Anak-anak ibu guru mempunyai teman baru. Namanya Mona. Si Mona mempunyai keluarga. Bapaknya bernama Alfan dan ibunya bernama Umi.”

Itulah, sekelumit cara memeragakan Wayang Iqra bikinan Khalimatus Sa’diyah. Menyebut Mona berarti ia memegang wayang yang berhuruf Mim. Sedangkan Alfan dan Umi berarti dirinya memegang huruf Alif.

Saat saya dijumpai di Kampus Unisnu Jepara, Senin (11/04/16) pagi dosen berusia 28 tahun ini berkenan untuk memeragankannya sebagaimana saya tulis di atas.

Di sela-sela mengajar di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FITK) saya berusaha untuk mengorek sejenak tentang Alat Permainan Edukatif Wayang Iqra; Transformasi Wayang Kulit sebagai APE Islami untuk Pendidikan Anak Usia Dini.

Wayang Iqra, menurutnya adalah media untuk mengenalkan huruf hijaiyah kepada anak usia dini. Selama ini, anak-anak aku dia lebih mudah untuk menghafal huruf abjad dibanding huruf arab. Sehingga agar tidak kesulitan dibuatlah alat peraga yang dibuat dari kertas itu.

Jika diamati, wayang iqra tidak lain ialah huruf hijaiyyah. Tetapi agar seolah-seolah seperti bentuk wayang dikasihlah tangan untuk menggerakkan huruf hijaiyyah itu. Juga dikasih mata maupun hiasan lain agar wayang itu menjadi lebih menarik.

Wayang iqra merupakan kegiatan hibah pengabdian masyarakat yang dibiayai LPPM Unisnu Jepara. Khalima tidak sendirian. Ia didampingi oleh dua dosen lain Eko Darmawanto dan Zainul Arifin. Kegiatan pengabdian itu dilaksanakan selama 3 bulan di RA Ianatusy Syibyan desa Bawu kecamatan Batealit kabupaten Jepara.

Kepada soearamoeria.com putri pasangan Noor Khamid dan Saim itu menjelaskan alat peraga itu tidak langsung diajarkan kepada murid tetapi didemokan untuk guru RA yang berjumlah 8 orang.

“Setelah guru menerima sosialisasi dari kami, harapannya guru mau mengajarkan kepada anak didik. Juga mengembangkan dalam kreativitas yang lain,” harapnya.

Magister Pendidikan Islam dari Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang itu mengaku sosialisasi yang diberikan untuk guru mendapat respon yang positif.

Dirinya mengaku wayang iqra yang dibuatnya belum memakai harakat. Tetapi pihaknya kedepan ingin mengembangkan dengan harakat-harakat sesuai dengan ketentuan yang ada.

Dari kreativitasnya ini dia berharap pembelajaran kepada anak usia dini semakin menarik dan menyenangkan. Tentunya guru dituntut untuk memiliki skill bercerita yang mumpuni. (qim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar