Media
Populerkan Huruf Hijaiyah untuk PAUD
Jepara, soearamoeria.com
“Anak-anak ibu guru mempunyai teman baru.
Namanya Mona. Si Mona mempunyai keluarga. Bapaknya bernama Alfan dan ibunya
bernama Umi.”
Itulah, sekelumit cara memeragakan Wayang
Iqra bikinan Khalimatus Sa’diyah. Menyebut Mona berarti ia memegang wayang yang
berhuruf Mim. Sedangkan Alfan dan Umi berarti dirinya memegang huruf Alif.
Saat saya dijumpai di Kampus Unisnu Jepara,
Senin (11/04/16) pagi dosen berusia 28 tahun ini berkenan untuk memeragankannya
sebagaimana saya tulis di atas.
Di sela-sela mengajar di Fakultas Tarbiyah
dan Ilmu Keguruan (FITK) saya berusaha untuk mengorek sejenak tentang Alat
Permainan Edukatif Wayang Iqra; Transformasi Wayang Kulit sebagai APE Islami
untuk Pendidikan Anak Usia Dini.
Wayang Iqra, menurutnya adalah media untuk
mengenalkan huruf hijaiyah kepada anak usia dini. Selama ini, anak-anak aku dia
lebih mudah untuk menghafal huruf abjad dibanding huruf arab. Sehingga agar
tidak kesulitan dibuatlah alat peraga yang dibuat dari kertas itu.
Jika diamati, wayang iqra tidak lain ialah
huruf hijaiyyah. Tetapi agar seolah-seolah seperti bentuk wayang dikasihlah
tangan untuk menggerakkan huruf hijaiyyah itu. Juga dikasih mata maupun hiasan
lain agar wayang itu menjadi lebih menarik.
Wayang iqra merupakan kegiatan hibah
pengabdian masyarakat yang dibiayai LPPM Unisnu Jepara. Khalima tidak
sendirian. Ia didampingi oleh dua dosen lain Eko Darmawanto dan Zainul Arifin. Kegiatan
pengabdian itu dilaksanakan selama 3 bulan di RA Ianatusy Syibyan desa Bawu
kecamatan Batealit kabupaten Jepara.
Kepada soearamoeria.com putri pasangan Noor
Khamid dan Saim itu menjelaskan alat peraga itu tidak langsung diajarkan kepada
murid tetapi didemokan untuk guru RA yang berjumlah 8 orang.
“Setelah guru menerima sosialisasi dari
kami, harapannya guru mau mengajarkan kepada anak didik. Juga mengembangkan
dalam kreativitas yang lain,” harapnya.
Magister Pendidikan Islam dari Universitas
Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang itu mengaku sosialisasi yang diberikan untuk
guru mendapat respon yang positif.
Dirinya mengaku wayang iqra yang dibuatnya
belum memakai harakat. Tetapi pihaknya kedepan ingin mengembangkan dengan
harakat-harakat sesuai dengan ketentuan yang ada.
Dari kreativitasnya ini dia berharap
pembelajaran kepada anak usia dini semakin menarik dan menyenangkan. Tentunya
guru dituntut untuk memiliki skill
bercerita yang mumpuni. (qim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar