Dalam literatur fiqh gerhana disebut Kusuf (كسوف) dan Khusuf (خسوف). Kedua kata tersebut
bermakna sama, yakni gerhana. Namun kalangan Fuqaha’ memakai lafadz Kusuf (كسوف) untuk gerhana matahari
(كسوف
الشمس) dan lafadz Khusuf untuk gerhana rembulan (خسوف
القمر).
Dalam istilah Fuqaha’ Kusuf adalah
peristiwa hilangnya sinar matahari baik sebagian atau keseluruhan pada siang
hari karena terhalang posisi rembulan yang melintas di antara matahari dan
bumi. Sedangkan Khusuf adalah peristiwa hilangnya sinar rembulan baik sebagian
atau keseluruhan karena terhalang bayangan bumi yang berada diantara matahari
dan rembulan.
II. Hukum Shalat Gerhana
Para ulama fikih sepakat bahwa hukum
shalat gerhana matahari/rembulan adalah sunnah mu’akkadah.
§ Dalil Alquran surat Fushshilat
ayat 37
وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لَا
تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ
إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
“ Dan
sebagian dari tanda-tanda kebesaran-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah bersujud
kepada matahari dan jangan (pula) kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah
yang menciptakannya jika kamu hanya menyembah kepada-Nya “
§ Dalil Hadits
عَنِ الْمُغِيْرَةِ بْنِ شُعْبَةَ قَالَ: كَسَفَتِ الشَّمْسُ عَلَى عَهْدِ
رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَوْمَ مَاتَ إِبْرَهِيْمُ فَقَالَ النَّاسُ
كَسَفَتِ الشَّمْسُ لِمَوْتِ إِبْرَاهِيْمَ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه
وسلم إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لاَ يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ
لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمْ فَصَلُّوا وَادْعُوا اللهَ
Dari Al-Mughirah bin Syu’bah telah berkata : Telah terjadi gerhana matahari pada zaman Rasulullah Sawpada wafatnya Ibrahim (putra Nabi Saw). Kemudian orang-orang berkata : “ Telah terjadi gerhana matahari karena wafatnya Ibrahim “. Maka Rasulullah Saw bersabda : “ Sesungguhnya matahari dan bulan tidak akan terjadi gerhana karena kematian seseorang dan tidak karena kelahiran seseorang, apabila kalian melihat maka shalatlah dan berdoalah kepada Allah “. (Muttafaq ‘alaih)
§ Aqwal Ulama
الفقه الإسلامي وأدلته (2/ 545
صلاة الكسوف والخسوف سنة ثابتة
مؤكدة باتفاق الفقهاء
“ (Hukum) shalat gerhana matahari dan shalat gerhana rembulan
adalah sunnah mu’akkadah dengan kesepakatan para ahli fikih “ (al-Fiqh
al-Islami 2/545)
والقسم الثاني ما تسن فيه الجماعة….
إلى أن قال ….. (و) صلاة (الكسوفين) أى كسوف الشمس والقمر.
(إعانة الطالبين 1/301)
“ Bagian kedua dari pembagian shalat sunnah adalah shalat sunnah
yang disunnahkan dilakukan secara berjamaah …….. dan shalat dua gerhana, yakni
shalat gerhana matahari dan shalat gerhana rembulan “ (I’anah al-Thalibin
1/301)
III. Tata Cara Melakukan Shalat Gerhana
1. Waktu
Waktu pelaksanaan shalat gerhana sejak
terjadi gerhana hingga matahari/rembulan muncul kembali. Apabila
matahari/rembulan sudah muncul kembali maka waktu pelaksanaan shalat gerhana
sudah habis dan tidak disunnahkan qadla’.
2. Mandi
Disunnahkan mandi sebelum melakukan
shalat gerhana sebagaimana shalat jum’ah dan shalat ied
3. Berjamaah
Disunnahkan melakukan shalat gerhana
secara berjamaah di Masjid
4. Adzan
Tidak disunnahkan adzan dan iqamah,
tetapi mengumandangkan kalimat : الصلاة جامعة (as-shalaatu jaami’ah) sesaat sebelum
melakukan shalat gerhana.
5. Rakaat
Jumlah rakaat shalat gerhana adalah 2
(dua) rakaat. Setiap rakaat terdapat 2 (dua) kali berdiri dan 2 (dua) kali
ruku’. Ketika berdiri terdapat 2 (dua) kali membaca fatihah dan 2 (dua) kali
membaca surat.
6. Jahr/ Israr
Dalam shalat gerhana matahari
disunnahkan memelankan bacaan (israr) sebagaimana shalat yang dikerjakan pada
siang hari, sedangkan dalam shalat gerhana rembulan disunnahkan mengeraskan
bacaan (jahr).
7. Khutbah
Disunnahkan melakukan 2 (dua) khutbah
setelah shalat gerhana sebagaimana khutbah shalat jum’ah dan
khutbah ied dalam
rukun-rukunnya.
8. Disunnahkan memperbanyak dzikir, doa,
istighfar dan sedekah.
IV. Teknis Melakukan Shalat Gerhana
Teknis shalat gerhana berikut ini
berdasarkan pendapat Jumhur (mayoritas) ulama.
1. Niat shalat sunnah gerhana
berbarengan dengan takbiratul ihram
أُصَلِّى سُنَّةَ كُسُوفِ الشَّمْسِ / سُنَّةَ خُسُوْفِ القَمَرِ
رَكْعَتَيْنِ مَأْمُوْمًا / إِمَامًا لِله تعَالى
2. Membaca doa iftitah
اَللهُ اَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ
للهِ كَثِيْرً وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً. إنِّى وَجَّهْتُ وَجْهِيَ للذِيْ
فَطَرَالسَّمَوَاتِ وَاْلآَرْضَ حَنِيِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنَ
الْمُشْرِكِيْنَ. إِنَّ صَلاَتِيْ وَنُسُكِيْ وَمْحْيَايَ وَمَمَاتِيْ للهِ رَبِّ
الْعَالَمِيْنَ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ
الْمُسْلِمِيْنَ
3. Membaca surat al-fatihah
4. Membaca surah. Jika mampu membaca surat panjang, seperti
surat al-Baqarah atau surat lain yang panjangnya sama dengan surat al-Baqarah.
Jika tidak mampu maka membaca surat pendek.
5. Ruku’ pertama pada berdiri pertama.
Jika mampu ruku’ pertama pada berdiri pertama dilakukan secara panjang dengan
mengulang-ulang bacaan tasbih kadar 100 ayat dari surat al-Baqarah.
6. Kembali berdiri untuk membaca surat
al-fatihah yang kedua
7. Membaca surah. Jika mampu
membaca surat panjang seperti surat Ali Imron atau surat lain yang panjangnya
sama dengan surat Ali Imron. Jika tidak mampu maka membaca surat pendek.
8. Ruku’ kedua pada berdiri pertama.
Jika mampu ruku’ kedua pada berdiri pertama dilakukan secara panjang dengan
mengulang-ulang bacaan tasbih kadar 80 ayat dari surat al-Baqarah.
9. Sujud secara panjang/lama dengan
mengulang-ulang bacaan tasbih sujud
10. Duduk diantara dua sujud
11. Sujud kedua secara panjang/lama
dengan mengulang-ulang bacaan tasbih sujud
12. Berdiri untuk melakukan rakaat kedua
13. Membaca surat al fatihah
14. Membaca surah. Jika mampu membaca
surat-surat panjang seperti surat an-Nisa’ atau surat lain yang panjangnya
sama. Jika tidak mampu maka membaca surat pendek.
15. Ruku’ pertama pada berdiri kedua.
Jika mampu ruku’ pertama pada berdiri kedua dilakukan secara panjang dengan
mengulang-ulang bacaan tasbih kadar 70 ayat dari surat al-Baqarah.
16. Kembali berdiri untuk membaca surat
al-fatihah yang kedua
17. Membaca surah. Jika mampu membaca
surat-surat panjang seperti surat al-Maidah atau surat lain yang panjangnya
sama. Jika tidak mampu maka membaca surat pendek.
18. Ruku’ kedua pada berdiri kedua. Jika
mampu ruku’ kedua pada berdiri kedua dilakukan secara panjang dengan
mengulang-ulang bacaan tasbih kadar 50 ayat dari surat al-Baqarah.
19. Sujud secara panjang/lama dengan
mengulang-ulang bacaan tasbih sujud.
20. Duduk di antara dua sujud
21. Sujud kedua secara panjang/lama
dengan mengulang-ulang bacaan tasbih sujud
22. Tahiyyat
23. Salam
V. Khutbah
Disunnahkan melakukan khutbah setelah
shalat gerhana dengan 2 (dua) khutbah. Adapun rukun-rukun khutbah gerhana
sebagaimana rukun khutbah jumat dan khutbah ied.
Daftar Bacaan :
1. Tafsir al-Qurthubi
2. I’anah al-Thalibin
3. Al-Fiqh al-Islami
4. Al-Fiqh ala al –Madzahib al-Arba’ah
Disusun :
Lembaga Bahtsul Masail (LBM) NU Jepara 2016
Sumber : NU Jepara