Ini Cara Kiai Muhsin Ali Mengajari Santri Demen Ngaji - Soeara Moeria

Breaking

Selasa, 15 Maret 2016

Ini Cara Kiai Muhsin Ali Mengajari Santri Demen Ngaji

Jepara, soearamoeria.com
KH Muhsin Ali, salah satu kiai sepuh Jepara, Jum’at (10/03) kemarin telah mengembuskan nafas terakhir di RS Islam Sultan Hadlirin Jepara. Meski pengasuh pesantren Al Mustaqim desa Bugel kecamatan Kedung kabupaten Jepara ini telah tiada namun kenangan bersama ayahanda masih dirasakan oleh putranya Sholahuddin.

Salah satu kenangan yang masih ia ingat hingga sekarang ialah cara mendidik almarhum kepada warga sekitar agar demen mengaji.

Dulu, sebagaimana diceritakan lelaki yang kerap disapa Gus Sholah sewaktu boyong dari pesantren Pondoan Pati asuhan KH Muhammadun, Kiai Muhsin diamanati ayahnya untuk meneruskan langgar yang pernah dirintis ayahnya. Mushala Al Firdaus, namanya.

Sembari mengajar di madrasah Muallimin kiai sepuh ini mempunyai strategi agar mushala tidak hanya digunakan untuk tidur dibelikanlah alat rebana.

Lewat alat musik khas Islami ini kiai membuat anak muda di kampung semangat. Dengan seringnya latihan, alhasil grup rebana ini diundang K. Sulaiman untuk tampil di kediamannya. Lambat laun grup ini juga kerap mendapat undangan dari masyarakat sekitar.

Di tengah-tengah tenarnya grup ini, sang ibunda kiai, Muslimah marah. Dirampaslah seperangkat alat musik ini tujuannya agar tidak main lagi.

“Bapak menjelaskan perkara ini kepada ibu. Intinya mushala menurut Bapak (Kiai Muhsin Ali) bukan sekadar tempat tidur,” jelasnya saat ditemui NU Online di rumah duka, Sabtu (12/03) siang.

Berawal dari kemarahan ibu ini, pihak keluarga mengevaluasi kegiatan tersebut. Sehingga kegiatan yang mulanya hanya rebana dan zafin mulai saat itu kemudian ditambah dengan ngaji, hafalan al qur’an dan masih banyak lagi.

Cerita itulah yang menjadi awal berdirinya pesantren hingga kini. Saat ini tercatat sekitar 175 santri yang mukim di pesantren yang beralamat di Jalan Pasar Lama desa Bugel RT. 05 RW.02 kecamatan Kedung kabupaten Jepara. Santri mukim ini berasal dari Jepara, Demak, Pati dan Semarang.

Kini, kiai sepuh berusia 76 tahun ini telah kembali ke haribaan Illahi. Sebagai salah satu putra almarhum, Gus Sholah yang juga dosen Ipmafa Pati ini secara tidak langsung menyatakan siap meneruskan perjuangan ayahanda tercintanya.

Di Yayasan Muhsin Ali berdiri MTs, TPQ, Wustho, Ulya dan Pesantren. Apalagi kiai muda ini teringat apa yang menjadi petuah bapaknya. Nasihat yang masih diingatnya hingga kini ialah agar tetap istiqamah berjuang di pesantren, madsarah dan Nahdlatul Ulama.

Nasihat ini baginya bukan sekadar ucapan belaka. Beberapa rutinitas yang pernah diikuti ayahnya semisal aktif di KBIHNU, PCNU dan pesantren Al Mustaqim.

Sabtu (12/03) pagi almarhum sudah dikebumikan di maqbarah keluarga Bani Ali dan Muslimah (Banlima) tak jauh dari kediamannya. Pasangan KH Muhsin Ali dan Hj. Mas’adah meninggalkan 5 anak Hj. Elok Faiqoh, H. Luluk Zahroh, H. Sholahuddin, Habiburrahman dan Hj. Nur Hidayah. (qim)      

2 komentar: