Raden Ajeng Kartini adalah seorang agamis
yang telah “diseret” menjadi seorang sekuler. Sebuah keprihatinan yang mendalam.
Ia begitu rutin selapanan mengaji
dengan mbah Sholeh Darat di demak yang kemudian matur pada gurunya untuk
menafsirkan Al-Quran dengan bahasa jawa pegon untuk dapat diajarkan kepada
murid-muridnya perempuan di pendopo Jepara.
Bukunya yang monumental adalah pencerahan
dari Al-quran yang sangat luar biasa "Habis Gelap Terbitlah Terang", minadzulamati ilannur. Ia mengikuti
sunnah Rasul dengan mengangkat kaum perempuan dari
"ketidakberdayaannya" dari sisi pendidikan, skill vocation, keterkungkungan budaya di mana Rasulullah
mengangkat derajat perempuan menjadi "maunusia yang sama derajatnya dengan
laki-laki."
Hal ini menjadi inspirasi Raden Ajeng Kartini
melihat dan memahami rakyat, budaya, politik dan realitas yang dihadapinya.
Raden Ajeng Kartini terdhalimi oleh penjajah Belanda dan realitas budaya yang
kemudian ia bangkit untuk mengangkat rakyatnya secara keseluruhan dari
penjajahan, penindasan dan keterpurukan SDM, ekonomi, budaya, politik dan
kesempatan melakukan yang terbaik bagi bangsa dan negara tercintanya.
Raden Ajeng kartini memahami agama menjadi
sebuah pencerahan dan Inspirasi hidup dan berkehidupan. Pertanyaannya adalah
akankah hari Kartini yang akan kita laksanakan besok bulan April hanya sekedar
seremonial belaka tanpa mengikuti spirit
"mulo-bukane" Raden Ajeng
Kartini bergerak dan menggerakkan realitas masyarakat yang dihadapinya.
Raden Ajeng Kartini bukan sekedar seremoni
sanggul, lampion, seminar dan seremoni lilin-lilin bahkan seperti peringatan dangdutan
sak klengere sehari semalam.
Lebih dari itu Raden Ajeng Kartini
menginginkan keberagamaan, pendidikan dan pengembangan ekonomi yang sudah
dirintisnya menjadi inspirasi dan kenyataan dalam kebijakan pemerintah dan
hadir ditengah-tengah masyarakatnya.
Jika Raden Ajeng Kartini sekarang hidup ia ingin
keberagamaan rakyatnya menjadi inspirasi dan solusi hidup yang mengimpit
sehingga rakyat ada harapan baru dengan sebuah gerakan bahwa "agama
menjadi mencerahkan dan menyejahterahkan serta damai" bukan "kaku dan
rigid bahkan menyeramkan dan radikal".
Jika Raden Ajeng Kartini sekarang hidup ia
ingin pendidikan bagi rakyatnya gratis dan berkualitas dengan menciptakan kader-kader
yang mempunyai SDM andal untuk mengelola bangsa dan negara dan khususnya Jepara.
Jika Raden Ajeng Kartini sekarang hidup
beliau ingin ketahanan ekonomi rakyatnya kuat sehingga tidak melihat terjadi
tragedi kelaparan, kesusahan dan akhirnya terjerumus pada ketidakpastian hidup.
Jika Raden Ajeng Kartini sekarang hidup akan
"menagis" karena inspirasi dan pendobrakan yang beliau lakukan hanya
"dihargai" dengan seremoni "sanggul", seremoni
"lampion-lampion" dan "dangdutan sehari semalam suntuk" dan
seremoni lain tanpa menyentuh substansi inspirasi Raden Ajeng Kartini yaitu
kerja nyata di bidang keberagamaan, pendidikan, ekonomi, budaya, politik dan
lain-lain.
Pendekatan postcolonial Raden Ajeng Kartini
kitalah yang mesti menerjemahkan, mengejahwantahkan dan mengapresiasi bagaimana
Jepara di bidang keberagamaan menjadi hidup dan mencerahkan, pendidikan untuk
semua lapisan masyarakat adalah gratis dan berkualitas, kontruksi budaya bangsa
menjadi kokoh dan politik bangsa adalah santun berakhlaqul karimah serta
mengedepankan kehendak rakyat.
Raden Ajeng Kartini memulai perjuangan dari
Jepara dan Jepara untuk bangsa dan dunia. Maka gerakan Jepara adalah Gerakan
Nusantara untuk Dunia. Jepara bergerak, dunia bisa.
__Hisyam Zamroni, Wakil Ketua PCNU
Jepara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar