Karomah Gus Dur, Semenit Mampu Membaca Seribu Kata - Soeara Moeria

Breaking

Selasa, 19 Januari 2016

Karomah Gus Dur, Semenit Mampu Membaca Seribu Kata

Ilustrasi : Google
Jepara, soearamoeria.com
KH. Muadz Thohir yang merupakan sahabat karib almahrum KH. Abdurrahman Wahid didaulat untuk berbicara dalam Haul Gus Dur ke-6 berlangsung di Masjid Arrobbaniyyin Kampus Unisnu Jepara, Kamis (14/01/16) malam.

Dalam kegiatan bertajuk "Mengenang Gus Dur dan Pluralisme Agama" kiai yang kerap disapa Gus Muadz ini menerangkan bangsa Indonesia wajib memperingati Haul Gus Dur jika tidak ia menyebutnya "keterlaluan".

"Di Irak ada Haul Gus Dur. Di Brunei dan Malaysia juga ada peringatan Gus Dur. Sehingga jika kita tidak menghauli Gus Dur itu "keterlaluan"," jelasnya.

Kegiatan Haul yang dikemas ala pengajian ini A'wan PBNU  menyatakan KH Abdurrahman Wahid merupakan sosok yang "kontroversial" baik secara keilmuwannya maupun ibadahnya.

Kiai asal Pati Jawa Tengah ini menyontohkan shalat yang ditunaikan Gus Dur tidak sama yang dilakukan oleh kebanyakan orang. Sebab mantan Presiden RI ini menurutnya pernah mempunyai riwayat ususnya pernah dipotong hingga 22 cm. Hingga tambahnya ia (Gus Dur, red) tidak mampu menunaikan shalat layaknya orang awam. Tetapi dirinya meyakini Gus Dur tetap menunaikan shalat. 

Membaca
Dalam hal intelektual, Gus Muadz menyebut Gus Dur merupakan sosok yang kutu buku. Setiap ada buku baru ia mesti membacanya. Bahkan ketika penglihatannya mulai terganggu banyak kerabat Gus Dur yang diminta untuk membacakan buku meski hanya judul dan pendahuluannya saja.

"Ini tidak lepas dari kedalaman pemahaman beliau sewaktu masih muda banyak membaca literatur sehingga buku terbaru pun sudah bisa dipahami meski hanya judul dan pendahuluan saja," tuturnya.

Gus Dur muda kenangnya beda dengan kebanyakan pemuda yang lain. Dibeberkannya dalam semenit Gus Dur mampu mendaras seribu kata. Padahal sekelas orang jenius hanya mampu membaca 250-500 kata. "Saya hanya bisa membaca 150-200 kata per menit. Kalau Gus Dur membacanya cepat," tandasnya.

Ia pun ingat betul akan petuah Gus Dur bahwa perintah membaca yang termaktub dalam Al-Quran tidak menyebut spesifikasi buku yang dibaca.
"Kita mesti membaca apa saja. Bisa buku, maupun lingkungan maupun membaca alam," urainya.

Ia menegaskan sebelum membaca orang lain, kita dituntut untuk membaca diri kita masing-masing. Sebelum menyalahkan orang lain kita mesti menyalahkan diri sendiri. "Lihatlah orang lain dari sisi positifnya jangan melihat dari hal negatifnya," lanjutnya.

Bagi dia, Gus Dur merupakan sosok yang sederhana, sosok yang menghargai perbedaan dan masih banyak titel yang disandang oleh guru bangsa ini. Mulai politisi, kiai dan ilmuwan.

Ia menambahkan Gus Dur tidak pernah mempunyai beban meskipun dengan orang yang membencinya sekalipun. Gus Dur meyakini orang yang tidak cocok lama-lama kelamaan akan menjadi cocok.

Dengan banyaknya yang sudah dilakukan Gus Dur ketika ia dipanggil sang pencipta semuanya menangis baik muda dan tua semuanya menangis.

Hal lain ditambahkan Lutfi Rahman, Pembina Jaringan Gusdurian Jepara menilai Gus Dur merupakan guru dan inspirator yang gagasannya layak dikembangkan dan dipraktikkan.

Gus Dur masih menurutnya adalah tokoh plural yang menyatukan seluruh elemen bangsa. Sehingga tak salah hingga kini yang berziarah ke makam Gus Dur dari berbagai elemen agama.

H. Anas Arbaani, Wakil Ketua PCNU Jepara dalam sambutannya mewakili PCNU Jepara dengan haul Gus Dur  merupakan upaya untuk nguri-nguri semangat yang pernah digelorakan Gus Dur.

Subchan Zuhri, Sekretaris IKA PMII Jepara menyampaikan meski Gus Dur meninggal namun seolah-olah tidak pernah mati dan "selalu hidup". Terbukti dengan pemikiran-pemikirannya terus dikaji hingga sekarang.

"Saat ini kita (generasi muda, red) mesti membaca literatur, mengkaji pemikiran Gus Dur dan mempraktikkan apa yang menjadi cita-cita Gus Dur di tengah-tengah masyarakat," pungkas komisioner KPU Jepara yang demen membaca intisari-intisari Gus Dur. (qim)

2 komentar: