Jepara, soearamoeria.com
Siswa SMK Walisongo Pecangaan Jepara memamerkan karya dalam
momen Pameran Tugas Akhir yang berlangsung di halaman sekolah, Rabu-Kamis
(16-17/12).
Beberapa karya dipamerkan siswa kelas XII. Untuk
jurusan Desain dan Kriya Tekstil Batik Warna alami, jurusan Teknik Komputer dan
Jaringan alat ukur tinggi badan digital serta jurusan Teknik Kendaraan Ringan
memamerkan kunci pintar anti maling.
Selain memamerkan karya kelas XII. Siswa kelas X dan
XI juga memamerkan produk wirausaha, produk KIR dan seni budaya. Unit lain di
Yayasan Walisongo MTs dan MA Walisongo juga membuka stand memamerkan karya-karyanya.
Juga tak ketinggalan BSM Cabang Jepara juga turut membuka stand.
Sebagai salah satu yang dipamerkan, batik dengan
pewarnaan alami menurut April Pujiastuti karena dianggap ramah lingkungan.
Mengapa tidak? Banyak batik yang beredar di pasaran menggunakan bahan pewarnaan
sintesis.
Tetapi bagi siswa-siswi SMK Walisongo tidak demikian.
Mereka menggunakan daun mangga, daun jambu klutuk, kepelan limbah kayu dan akar
pace untuk pewarnaan.
Dipilihnya pewarnaan alami itu menurut Waka Kesiswaan
selain ramah lingkungan juga aman jika batik di pakai dan tidak berbahaya. Nah, karenanya batik ramah lingkungan
itu harus dipopulerkan di dunia pendidikan.
Dalam pameran pihaknya memamerkan sekitar 40an produk.
Motif yang dibuat kata jebolan ISI itu terinspirasi dari kota ukir. “Ada motif
ukir, kura-kura, biota laut, macan kurung serta durian,” kata April disela-sela
kegiatan.
Batik pewarnaan alami masih menurut dia memiliki
keunggulan karena prosesnya rumit warna juga tak cepat pudar. Hal itu dilakukan
juga bagian mempertahankan warisan nenek moyang. Untuk harga juga dua kali
lipat dengan batik warna sintesis.
Sebagai pengembangan dari Unit Produksi (UP) jurusan
kriya tekstil terus digenjot untuk menghasilkan karya yang berkualitas dan
layak jual di pasaran.
Nur Yadi, Kasi SMA/ SMK Disdikpora Jepara
mengapresiasi siswa yang inovatif dan kreatif. Harapannya produk yang dibuat
benar-benar layak jual. Ardana Himawan, Kepala SMK Walisongo menambahkan
pameran karya merupakan implementasi kompetensi yang dipelajari selama ini.
Karya yang dibuat selain sebagai proses dan media pembelajaran juga pengembangan
unit produksi.
Unit produksi yang strukturnya di bawah jurusan
harapannya tidak melenceng dari kompetensi yang dipelajari. “Misalnya jurusan
kriya tekstil membikin batik warna alami,” sebut Ardana.
Dengan kegiatan pihaknya berharap siswa semakin
inovatif, berlanjut dan terus berkembang. “Masukan dan saran dari masyarakat
juga kami harapkan demi meningkatkan kualitas produk-produk kami,” pungkasnya. (qim)