![]() |
Foto : Google |
Pati,
soearamoeria.com
Mantan
Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Mustofa Bisri menegaskan
bahwasanya Islam itu mudah sehingga jangan dipersulit. Demikian diuraikannya
dalam Suluk Maleman; Islam Dulu dan Islam
Kini yang berlangsung di Rumah Adab Indonesia Mulia, Jalan Diponegoro No. 94
Pati, Jum’at (9/10) malam.
Terkait
Islam itu mudah, sayyidatina Aisyah, tutur Gus Mus pernah mengajarkan innadina yusrun, sesungguhnya agama itu
mudah. Dalil lain tentang mudahnya dalam beragama yuridullahu bikumul yusra wala yuridu bikumul usr.
Pengasuh
pesantren Raudlatut Thabilien Rembang ini pernah mengingatkan seorang yang
berkonsultasi dengannya lantaran menurun si fulan shalat itu susah. Banyak
lafal-lafal yang susah dihafalkan.
Kemudian
hal ini dibantahnya misalnya ketika shalat hanya bisa mengucapkan takbir,
menurutnya tidak jadi soal. Apalagi dengan tegas Allah menyebut
semampunya.
Beragama
lanjut kiai asal Rembang ini sebenarnya sudah sesuai dengan kebiasaan
masyarakat. Misalnya soal hormat kepada tetangga, menghormati orang yang lebih
tua maupun hormat kepada yang muda.
Agar
beragama tidak salah jalur, menurutnya abd
(hamba) harus mengenal Allah. Kenalnya abd
kepada khaliq (pencipta) tujuannya
tidak lain untuk menyenangkan Allah.
Dalam
kegiatan rutin yang dihadiri ratusan jamaah ini menyenangkan Allah dan
menyenangkan diri perlu dibedakan. Suatu ketika seorang sepulang haji pamer kepadanya
lantaran bisa mencium hajar aswad.
“Mencium
hajar aswadmu untuk menyenangkan dirimu apa menyenangkan Allah?” tanya Gus Mus
kepada si Haji.
Mendengar
cerita si Haji Gus Mus pun mengkritik dirinya mencium hajar aswad hanya perkara
yang sunah tetapi jika caranya dengan menyentang/ menyikut banyak jamaaah jelas
dilarang Allah SWT.
Sehingga
dibanyak kitab salaf, bab perdana yang kerap dibahas tak lain ialah tentang
mengenal Allah. Kiai yang juga menjadi budayawan ini mengungkapkan dalam
beragama jangan tebang pilih hanya memilih berjenggot dan bersorbannya tetapi
akhlak mulia Nabi tidak ditiru sama sekali. Jika demikian, ia menyebut yang
prinsip ditinggalkan dan semestinya tidak prinsip malah diagung-agungkan. “Allah
tidak butuh ibadah kita. Tetapi kita yang butuh Allah,” lanjutnya.
Dalam
kesempatan ini juga hadir Abdul Hadi WM Budayawan, Ilyas Akademisi dan Anis
Sholeh Baasyin shohibul bait
sekaligus pimpinan Orkes Puisi Sampak GusUran. (qim)
No comments:
Post a Comment