Menelisik Sejarah Islam di Jepara - Soeara Moeria

Breaking

Jumat, 14 Agustus 2015

Menelisik Sejarah Islam di Jepara

Sumber: Google

Sering kita dengar bahwa Jepara merupakan salah satu persinggahan Islam tertua di bumi nusantara. Jepara memiliki keunikan wilayah yang sangat potensial yaitu mempunyai wilayah pesisiran, kelautan dan wilayah pegunungan sekaligus juga wilayah kepulauan yang indah yaitu pulau Karimunjawa. 

Pertama kita awali dengan dakwah Rasulullah saw ke seluruh dunia setelah beliau diangkat menjadi Rasul terlebih setelah beliau mengadakan perjanjian Hudaibiyah. Beliau banyak mengutus sahabat-sahabat beliau untuk menyebar ke seantero jagad untuk mengantar surat beliau ke raja-raja di dunia.

Jepara dengan kerajaan Kalingganya yang dipimpin oleh Ratu Agung Shima salah satunya. Pelabuhan besar kerajaan keling sekarang di desa Bumiharjo Keling yang didirikan Ratu Shima menjadikan Jepara sebagai jalur perdagangan sutera yang diperhitungkan dunia internasional ketika itu.

Wilayah yang strategis di mana Kerajaan Kalingga tepatnya sekarang di desa Tulakan begitu diperhitungkan sedangkan pusat kotanya adalah tepatnya sekarang di desa Keling Bumiharjo. Banyak para pedagang-pedagang di seluruh dunia singgah untuk berdagang termasuk berdakwah oleh para Sahabat-sahabat Rasulullah saw.

Pertama kedatangan sahabat Sayyidina Ja’far bin Abi Thalib RA, berdakwah di Jepara, Kerajaan Kalingga, Jawa Tengah (Jawa Dwipa), Indonesia, sekitar tahun 626 M/ 4 H. Yang mengantarkan surat resmi dari Rasulullah saw kepada Ratu Shima (Sumber: Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, hlm.33)

Kedua, pada tahun 648-649 M yang sangat mencengangkan adalah Kartikeyasingha II memimpin Kalingga bersama Sri Ratu Sima, dinikahkan sendiri dan langsung oleh Sayyidina Ali bin Abi Tholib KW yang dibimbing bersama oleh Sayyidina Ali dan Sahabat Abdullah ibn Mas'ud RA.

Kemudian pada tahun 650-655 M di bawah bimbingan Sayyidina Ali bin Abi Tholib KW terbentuk jaringan silaturahmi Tace, Kalingga dan Tiongkok. Tace adalah sebutan dan panggilan penduduk Kalingga kepada ulama-ulama pada masa itu yang secara arab adalah Ustadz Syech atau disingkat Tace.

Ketiga, sebagaimana dicatat oleh buya Hamka adalah disinggahi oleh Sahabat Muawwiyah bin abi Sofyan RA yang pada tahun 674 M dengan diam-diam melanjutkan perjalanannya menuju tanah Jawa yaitu ke kerajaan Kalingga menyamar sebagai pedagang untuk melihat secara langsung kondisi riil pulau jawa khususnya kerajaan Kalingga Jepara yang dipimpin oleh Ratu Shima yang menerapkan hukuman potong tangan.

Keempat, dilanjutkan pada masa Khulafaurrosyidin terlebih pada masa kholifah Sayidina Umar bin Khotthob dan Kholifah Sayyidina Usman bin Affan jalinan dakwah dan perdagangan dengan kerajaan Kalingga semakin besar dan lancar.

Kelima pada tahun 732 M - Syekh Subakir (Muhammad Al-Baqir) datang ke pulau Jawa yang singgah dulu di pulau Karimunjawa untuk berdakwah dan menanam pohon yang terkenal sebagai salah satu jimat tanah Jawa yaitu pohon Kalimosodo, Dewadaru, Setigi yang kemudian diteruskan oleh mbah Sunan Nyamplungan atau di kenal dengan mbah Amir Hasan dan Mbah Sayyid Abdullah serta mbah Maulana Makdum Umar.

Selanjutnya beliau meneruskan perjalanan menuju Jepara singgah di beberapa tempat termasuk sekarang di desa Semat Teluk Awur yang juga beliau jimati tanah Jepara dengan Kayu Jati Lanang. Kemudian beliau meneruskan perjalanan ke bukit Tidar dan mendirikan pesantren di Bukit Tidar, Magelang, Jawa Tengah.

Keenam, pada zaman kerajaan Majapahit hadir seorang Muballig langsung dari persia ke Jepara, beliau adalah Syech Abdul Kholiq al Idrus bin Muhammad Al-Alsiy bin Abdul Muhyi Al-Khoiri bin Muhammad Akbar Al-Anshori bin Abdul Wahab bin Yusuf Al-Mukhrowi bin Muhammad Al-Faqih Al-Muqoddam bin Ali bin Muhammad Shohibus Saumiah bin Alawi (Alwi) Awwal bin Ubaidillah bin Al-Imam Ahmad Al-Muhajir bin Isa Ar-Rumi bin Muhammad An-Naqib bin Ali Al-Uroidhi bin Ja’far Ash-Shoddiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Husain As-Sabith bin Sayyidina Ali bin Abi Tholib + Sayyidah Fathimah Az-Zahro binti Nabi Muhammad saw.
 
Beliau menikahi Siti ‘Aisyah (Ratna Kusuma), putri dari Syekh Jamaluddin Al-Akbar Al-Husaini. Dari pernikahan tersebut melahirkan Raden Muhammad Yunus yang kemudian menikah dengan seorang putri pembesar Majapahit di Jepara dipanggil dengan gelar Wong Agung Jepara. Dari pernikahan ini lahirlah seorang putra yang kemudian terkenal sangat cerdas dan pemberani bernama Abdul Qadir yang setelah menjadi menantu Sultan Demak I Raden Patah diberi gelar Adipati bin Yunus atau terkenal lagi sebagai Pati Unus yang kelak setelah gugur di Malaka di kenal masyarakat dengan gelar Pangeran Sabrang Lor.

Ketujuh, kedatangan Syech Sunan Mondoliko di Keling yang makamnya di pulau Mondoliko dan sekarang menjadi wilayah kecamatan Donorojo. Mbah Sunan Mondoliko adalah saudara mbah Asmorokondi. Jadi antara syech Abdul Kholiq al Idrus dengan Mbah Sunan Mondoliko adalah saudara peripian. Beliau merupakan ayah Sunan Ngudung Panglima Besar Kerajaan Demak. Beliau mbah Sunan Mondoliko mempunyai murid kesayangan adalah mbah Sunan Muria yang membantu beliau berdakwah di lereng gunung muria.

Kedelapan, setelah gugurnya Pangeran Sabrang lor, Jepara di pimpin oleh Sultan Hadirin beliau adalah Rois Wali Abdal zaman itu adalah putra dari Syech Maulana Ishaq beliau adalah seorang sultan yang menjadi lokomotif pemikiran sinergitas antara peningkatan ekonomi kerakyatan (ukir-ukiran, tenun, rotan, kemasan, monel, pertanian, kelautan) dan religiusitas yang di dampingi oleh Syech Abdul Jalil Sunan Jepara bin Sunan Ampel.

Kesembilan, setelah Sultan Hadirin wafat digantikan oleh Ratu Kalinyamat yang sangat cerdas dan pemberani beliau dengan gagah berani ikut berjuang mengusir portugis di malaka melalui ekspedisi angkatan lautnya.

Perjuangan beliau meningkatkan ekonomi rakyat begitu besar dengan mendirikan desa-desa sentra ekonomi yang mandiri serta masjid-masjid pathok negoro seperti masjid di kalinyamatan dan di mantingan.

Kesepuluh, pada zaman Pajang yang dipimpin oleh Pengeran Hadiwijoyo Joko Tingkir, Jepara menjadi penopang utama proses kesejahteraan rakyat melalui pelabuhannya untuk perdagangan, suplai kebutuhan baik ekspor dan impor kerajaan Pajang adalah melalui pelabuhan besar Jepara.

Kesebelas, setelah kerajaan Pajang dilanjutkan kerajaan Mataram Islam. Pada zaman Sultan Agung, Jepara menjadi bagian dari pengiriman kayu damar dari palembang ke Jawa  bahkan Istana kerajaan Mataram pertama kali yang membuat seluruh ornamennya adalah para pengukir pengukir handal dari Jepara.

Keduabelas, perjuangan dakwah Islam di Jepara tidak pernah berhenti dari abad ke 19 hingga abad ke 21 kita bisa mencatat guru para ulama Jawa Mbah sholeh Darat dari Mayong dan para alim dari wilayah Mayong, mbah Raden Ajeng Kartini, Mbah Yek De dari kalinyamatan, Mbah Hasbullah Balekambang, mbah yai Ridlwan dari Sowan Kidul, mbah Ali Pontren Darus Salam Potroyudan dll dilanjutkan Mbah Abdullah Hadziq Balekambang, Mbah Mawardi Bugel, mbah Abdul Qodir Potroyudan, Habib Ali mayong, Mbah Sahil, Mbah Aqib, mbah Masykuri, mbah Yasin Gleget, mbah Rosyid, mbah Fauzan, mbah Umar Bandungharjo dll dilanjutkan mbah Mahfudz Asmawi, mbah Amin Sholeh, mbah Afif Klomo, mbah Jauhar, mbah Ali Ahmadi, mbah Obed, mbah Mahfudz Shiddiq, mbah Kholil, mbah Khumaid, mbah Muhsin Ali, mbah Makmun Balekambang, mbah Masduqi Ridwan, mbah Ahmad Mawardi, mbah Miftah Abu, mbah Faqih, mbah Mudhofar, mbah Ali Irfan, mbah Mahmudi, mbah Tahrir, mbah Mustain, Habib Anis, Habib Ali, Habib Farid, Habib Abdurrahman, Habib Ahmad, Habib Abdullah al Hindwan, Habib Abdul Qodir, Habib Muhdhor, Habib Ismail dan lain lain.

Jadi, kesinambungan sanad perjuangan islam di tanah kadipaten Jepara merupakan modal dan kekuatan untuk membangun Jepara menjadi wilayah yang Baldatun Thoyyibatun wa Robbun Ghofur gemah ripah loh jinawe nir ing sambi-kolo.

Sejarah ini yang harus kita ajarkan kepada anak-anak dan siswa-siswi kita di rumah maupun di sekolah/ madrasah agar mereka tahu perjuangan Islam di tanah Jepara tercinta. Jepara adalah bumi kita tempat mengabdi kita dan berjuang kita. Mari kita bergerak bersama, Jepara bisa.

__Hisyam Zamroni, Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Keling Jepara

2 komentar:

  1. sekarang jadi lebih tahu keberadaan Islam zaman dulu di Jepara, ternyata Jepara mrpkn bgn penting dalam perjalanan penyebaran islam di bumi nusantara.

    BalasHapus
    Balasan
    1. oke kang. Makasih sudah berkenan membaca blog ini.

      Hapus