Anak Kiai dan Anak Kuli - Soeara Moeria

Breaking

Rabu, 26 Agustus 2015

Anak Kiai dan Anak Kuli

Ilustrasi : Google
Karya: Diah Fatma Widianingrum

Tak sengaja melihatnya dalam majlis yang organisasiku menghadirinya, aku melihatnya dengan perasaan kagum, “siapa dia?” Padahal baru pertama kali melihatnya, tetapi tidak asing. Waktu itu masih dalam keadaan sedikit galau, karena habis putus dengan masa laluku.

Banyak yang ingin masuk, untuk meminangku, tetapi hati ini belum pas dengan yang ingin meminang. Macam-macam jenisnya dari yang jaka, sedikit tua sampai yang duren kaya, tapi tetap saja tidak ada yang pas, toh bukan harta yang aku cari tetapi kemantapan hati.

Waktu itu masih di tahun 2014 yang membuatku cukup banyak dosa. Dan sekarang tahun 2015 yang membuatku mencoba berhati-hati dalam segala hal. Di awal tahun cukup melelahkan, di liburan semester tidak istirahat atau pun mencari sesuap nasi sendiri, e malah siap-siap untuk uji SKU Pandega yang cukup memakan waktu, tenaga dan juga biaya.

Namaku Khumaira Razaq, aku mahasiswi semester 4 di satu-satunya Perguruan Tinggi di Jepara, yang menyibukkan diri di dua organisasi, satu UKK (HMJ) dan yang satu UKM (Racana). Uji SKU Pandega dan Pelantikan di bulan januari penuh, bulan selanjutnya HUT di UKK. Haduuhh sibuk apa menyibukkan diri? Kadang pikiran itu muncul, tapi tak apalah tanggung jawab memang harus dilaksanakan bukan ditinggalkan.

Kisah ini bermula dalam kegiatan HUT UKK yang aku ikuti, dalam HUT UKK ada serangkaian lomba di dalamnya. Salah satunya Kaligrafi, dalam kegiatan itu aku ditempatkan di seksi kesekretariatan, jadinya mau tidak mau harus jaga kantor , tempat pendaftaran lomba.

Tok tok tok...,” suara pintu diketuk.

Iya silakan masuk,” sahutku dari dalam.

Pintu dibuka, dan oh, itu orang yang pernah aku lihat di majlis. Kataku dalam hati, sambil menatapnya.

Saya mau daftar lomba Mbak.Dia mengagetkanku dalam lamunan

Oh, iya mas. Silakan isi formulirnya dan di tanggal ini, menunjuk di tentative acara bisa mengikuti Technical Meeting ya?” jawabku.

Iya mbk, sahutnya.

Setelah mengisi formulir.Terima kasih ya mas, sudah mau berpartisipasi dalam kegiatan kami, kataku sebelum dia pergi.

Sama-sama, aku pergi dulu Mbak. Assalamu’alaikum,jawabnya

Wa’alaikumsalam. 

SubhanAllah, setelah berbulan-bulan orang yang aku kagumi sejak di majlis itu, akhirnya aku bisa berbicara dengannya walaupun hanya singkat, tapi itu oh bermakna banget. Aku melihat formulir yang masih diatas meja kantor dan aku baca Namanya Maulana Danan Alma’ajid  Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi semester 6. Hemm namanya begitu indah. Sampai keingat terus namanya.

Waktu Technical Meeting tiba, dan sebagai koordinator kesekretariatan, aku stand by di luar untuk menjaga tempat daftar hadir. Dan saking sudah banyaknya yang ingin jaga kesekretariatan aku sampai tak dapat tempat duduk dan akhirnya berdiri.

Tak sengaja aku menatap ke tempat parkir dan melihat seseorang turun dari motor yang berwarna putih, memakai helm warna putih dan setelah dia membuka helmnya, Allaaaahhh ternyata Mas itu, Mas Maulana. Dia turun bersama temannya yang sekarang pun aku kenal. 

Dengan perlahan mendekatiku untuk mengisi daftar hadir, sepanjang jalan ia tersenyum dengan indahnya. “haduh, senyumnyaaaa....”

“hey, sapanya dan terulang lagi ia memecahkan lamunanku.

Emh, iya, ini isi daftar hadirnya dan ini snacknya, setelah itu silakan masuk untuk mengikuti TM, jawabku yang masih linglung.

Oke, di ruangan ini?” tanyanya

Iya, di ruangan ini, sahutku.

“Mas, Mas snacknya jangan lupa dibawa, kataku sambil menyodorkan snak yang memang disediakan untuk peserta TM.  

Makasih Mbak, maaf lupa, sambil berlalu ia masuk.

Ah, betapa indahnya hariku kali ini. Seseorang yang aku kagumi, akhirnya dapat kutemui lagi.

Dia seorang vokalis grup rebana di Kampus dan ketika aku melihatnya di Majlis dia sedang show dengan Groupnya.

Karena tidak kebagian tempat duduk akhirnya kurelakan diri ini berdiri sejak sebelum acara dimulai, dan kutengok dia yang duduk di dekat jendela menatapku dan membuatku tersipu. Selang 30 menit dia keluar ruangan dan izin untuk pergi duluan karena mau TM juga untuk PPL.

Aku izin duluan ya, ada TM juga buat PPL besok, pamitnya.

Iya mas, gak apa-apa. Jangan lupa hari senin lombanya jam 1 siang, sahutku.

Iya, saya usahakan, jawabnya sambil tergesa-gesa pergi untuk ke lantai atas.

Setelah ia pergi menaiki tangga. Ketentuan lombanya mana?”. tanyanya dengan hanya menengokkan wajahnya.

Lagi-lagi mengagetkanku. “Iya, sebentar saya ambilkan. Dibawa temen ke dalam, jawabku.

Tidak usah saja, nanti kamu kirim lewat sms di daftar hadir ada nomor hpku. Nanti smskan ya? Jangan lupa, sahutnya.  

Iya, nanti saya smskan, jawabku.  

Dia berlalu pergi, dan cepat-cepat aku meminta ketentuan lomba yang ada di dalam ruangan dan mengirimkan ketentuan lomba yang dia suruh untuk mengirimnya. Ini awal dimana aku mengirim sms padanya. Awalnya putus asa, setelah beberapa hari dia tak membalas smsku. Dan tepat satu minggu setelah aku sms, dia mengirim sms padaku dan menanyakan soal lomba.

Yang ikut lomba ada berapa orang mbk?” awal mula dia sms aku di tanggal 20.02.15 yang sampai saat ini masih menjadi password di akunku.

Sekitar 12 orang mas, balasku.

Oh, ya sudah. Kalau boleh tau dengan mbk siapa ini?”

Aku di kampus biasa dipanggil Maira Mas, jawabku.

Semester berapa?” tanyanya lagi.  

Baru semester 4, balasku.

Kalau gitu, tak panggil adek aja ya?” tanyanya.  

Iya, terserah kamu aja, jawabku.

Sejak saat itu kami mulai dekat, sering cerita tentang keluh kesah yang kami rasakan. Sampai di suatu ketika dia menawarkan diri untuk bershalawat, dan aku diperkenankan meminta lagu apa yang ingin di senandungkan.

Mau request lagu apa?” katanya.

Banyak mas, boleh?” jawabku

Iya boleh, apa?”
“.................................”. saking banyaknya sampai tak muat untuk di tulis.

Salah satu dari lagu yang aku request dia tidak tau dan akhirnya.

Aku belum tau lagu yang satu itu, lagunya gimana?” tanyanya.

Masa belum tau? Aku punya mp3nya, jawabku.

Boleh minta? Besok pas waktu lomba ya?”

Oh, iya. Jangan lupa ya?” jawabku

Iya.

Sejak awal kami mulai kenal tak pernah ada unsur kesengajaan ngobrol tatap muka, karena kami mempunyai rasa yang sama takut jika dekat, begitu pula ketika menatap. Hingga akhirnya lembaranku yang kosong mulai aku isi dengan tulisan, bait demi bait kurangkai kata yang  tak begitu bermakna.

Hari di mana lomba yang dia ikuti tiba, dan dia mengirim pesan padaku.

Aku kemungkinan ndak bisa ikut lomba, lagi ndak enak badan. Kepalaku pening, tapi lihat nanti, pesannya.  

Nah loh kok gitu? Harus ganti rugi, jawabku.

Ganti rugi apa?” balasnya.

Ganti rugi snack, ganti rugi buat kertas formulir, ganti rugi buat sms juga.

Yaudah dibuat istirahat saja, balasku sambil tertawa

Tak lama kemudian dia mengirim pesan lagi. “lombanya sudah di mulai?”

Belum, tapi ini udah banyak peserta yang datang, jadi cepat ke sini. Kalau telat waktunya menyesuaikan loh, balasku.

Dan setelah kubalas pesannya kulihat dia berjalan menghampiri tempatku berdiri.

Sambil mengisi absensi dia tersenyum padaku. Di sini kan ruangannya?” tanyanya.

Iya mas, di sini. Silakan ini fasilitas yang kami sediakan. Sambil menyodorkan kertas karton dan spidol.

Iya, terima kasih ya?” balasnya.

Dan aku hanya tersenyum sambil melihatnya masuk ke dalam.

Selama lomba berlangsung, aku merasa grogi keluar masuk ruangan tidak jelas mau apa. Dan setelah selesai, dia keluar dan menyusulku untuk minta file lagu yang aku request ke dia.

Flashdisknya aku bawa ke atas dulu ya? Soalnya laptopku dibawa temenku ke atas, katanya.

Iya, gak apa-apa kok. Nanti kalau sudah selesai di kembalikan kesini lagi ya. Aku tunggu, balasku.

Iya, sambil berlalu pergi.

Selang 10 menit dia turun dan mengembalikan flashdisk yang dipinjamnya, dan menyusulku.

Ini flashdisknya, terima kasih”. Sambil menyodorkannya padaku.

Iya sama-sama. Setelah ini mau kemana?” jawabku.

Mau pulang, ada urusan yang tidak bisa ditinggalkan,sahutnya.

Oh, iya hati-hati.

Dan dia berlalu sambil tersenyum. Sampai di mana puncak kegiatan kami akan berakhir, di situ pula aku mengawali pembicaraan mengenai rasa kagum yang selama mengenalnya aku bongkar. Walaupun tidak secara langsung, aku membicarakannya.

Aku mau jujur sama sampean boleh?” pesanku untuknya.

Iya silakan, ini aku sambil makan, jawabnya.

Kalau gitu diselesaikan dulu makannya, nanti kalau sudah selesai aku lanjutkan critanya, balasku

Ndak apa-apa kok kamu cerita aja, jawabnya.  


Aku mengagumimu mas, aku mengagumi segala yang ada padamu kekurangan ataupun kelebihanmu walaupun aku mengenalmu saja baru, balasku.

Kenapa bisa seperti itu. Sampai susah aku menelan makananku, jawabnya.

Ya aku ndak tau, perasaan itu tiba-tiba muncul tanpa aku sadari. Kamu lanjutkan makan dulu saja, balasku.  

Ini sudah selesai, aneh. Kok bisa,” jawabnya.

Aku ndak tau, aku mengagumimu dan berusaha untuk tidak lebih. Maaf mas, balasku.

Sejak saat itu, kedekatan kami semakin erat. Bukan berarti yang bergandengan tangan dan selalu berkata manis. Kedekatan kami layaknya orang yang sedang linglung ketika bertemu, berat pula ketika menyapa karena ketidak beranian kami. Dan kami berusaha untuk saling menjaga jarak, agar tak ada ambisi atau apapun untuk memiliki.

Tempat yang menjadi tempat kami bertemu adalah masjid kampus, itu pun karena ketidaksengajaan. Masjid yang bisa membuatku tenang dan mengenang, dan di masjid itu pula aku bertemu dengannya dalam mimpi. disitu aku bisa melihatnya. Walaupun dia tak melihatku.

Dan suatu ketika dia mengirim pesan untukku.

Kenapa setiap aku bertemu kamu rasanya takut? ketika ingin melihatmu aku pun malu, tetapi selalu ingin melihatmu, dan ketika bertemu denganmu apa yang harus aku ucapkan aku bingung, pesannya.

Kenapa bisa seperti itu? Aku juga merasakan hal yang sama. Bahkan aku tidak pernah berani melihatmu apalagi menyapamu, jawabku.

Mungkin karena kita ingin menjaga diri kita dari hal yang tak baik. Berpandangan mata jalan rusaknya hati kan?, balasnya.

Iya mas. Aku bukan orang baik, jawabku.

Jangan bilang seperti itu kamu orang baik kok, selama aku lihat kamu baik, balasnya.

Pembicaraan yang dari hati ke hati, kadang membuahkan hasil yang manis, kadang pahit. Karena egoku yang tak bisa kubendung, hingga setiap bulan sering ada amarah yang muncul karena ketidakjelasan hubungan kami, dia belum menginginkan untuk berpacaran, tapi aku pribadi juga tidak mengharapkan itu. Aku hanya ingin menjalani, dan aku hanya butuh kepastian apa aku harus tetap bersamanya atau pergi, itu tak pernah terjawab. Dan setelah keadaan membaik, dan ada beberapa sajak yang entah benar maksudnya atau tidak selalu kukirim untuknya

I Love U Because Allah
Apakah ini yang dinamakan Cinta karena Allah?
Hingga mata tak berani menjamah wajah yang dikenal
Hingga bibir sulit untuk berucap
Hingga salju serasa membasahi tubuh
Hingga jantung terasa ditabuh
Maha Suci Allah.....
Maha Besar Allah, yang telah menciptakan Dia yang ku kagumi selama ini
Setiap teringat akan Cinta yang baru tumbuh, airmata mengalir membasahi pipi
Engkau yang ternyata kupuja selama ini
Dan Engkau pula yang selama ini aku kagumi
Engkau akan selalu menghiasi hariku dengan jalan aku mengagumimu,
tanpa berambisi untuk memilikimu
07.03.15
Terasa lama sekali tak menyapanya dalam lembaran ini
Hingga lupa bagaimana cara menyapanya
Hai, hallo, bagaimana keadaanmu sekarang?
Atau sapaan yang seperti apa ?
Halah lupakan saja, melihatnyapun aku tak mampu apa lagi menyapanya?
Kau tetap indah pada tempatmu berdiri sekarang ini
Kau tetap menjadi rembulan yang diharapkan si pungguk
Dan kau tetap salah satu alasan bibir ini mengukir senyuman
Walaupun sudah tak diharapkan
Dulu kumerindu dan dirindui
Tapi sekarang hanya aku yang merindu tanpa dirindui
Kadang berpikir terlalu malang nasibnya hingga merasa tak dibutuhkan lagi
07.03.2015 ......... 10:30
Aku melihat mata itu tersenyum pada bunga yang hampir layu
Layu karna bekas semalam yang tak disiram
Memudarkan kusam yang sempat tersirat
Dan mematikan yang ingin menghalang
Maha Suci Allah...
Yang masih memberikan rasa bahagia karna dia yang kupuja
Maha Besar Allah...
Cinta ini kian tumbuh dan kian menjaga kesuciannya
Maha Agung Allah...
Yang telah menciptakan dunia ini sehingga aku dapat mengenalnya
Begitu Indah karunia yang diberikanNya
Aku mencintaimu karena Allah dan semoga tak ada ambisi ingin memilikimu
07.03.15............... 10:31
Dia menghilang tak ada kabar lagi
Semua keindahan yang pernah kurasakan pun serasa ikut menghilang
Tak ada semangat seperti hari-hariku biasanya
Aku merasa sendiri, tanpa arah
Kesepian tanpa teman
Dia yang sempat memberi warna hidupku menghilang
Aku ingin dia kembali seperti awal, dia yang kukenal
Aku kehilangan dia seperti kehilangan separuh  nafas yang belum terhembus
Dia mengacuhkanku, dia pergi tanpa mengucapkan sesuatu
Engkau kemana?
08.03.15


Saya memang bukan orang baik
Tapi saya selalu ingin dalam limpahan kebaikan
Tapi saya tak sadar diri bahwa saya tak pantas dilimpahi kebaikan
Saya hanya membawa dosa yang amat banyak dan tentunya berat
Saya hanya ingin meminta setitik ampunan pada Sang Maha Pencipta
Ampunan dari segala dosa yang pernah ada
Saya memang bukan orang baik
tapi saya selalu ingin dituntun oleh seseorang yang baik
bukan semakin menjerumuskan saya dalam kegelapan lagi
tapi saya benar-benar tak pantas mendapat tuntunan dari seseorang yang benar-benar baik
ketika saya sudah mendapat seseorang yang baik itu,
namun saya lebih baik pergi daripada nanti menyakitinya
dengan jujur atas apa yang pernah saya lakukan dulu
saya tidak tega jika harus berterus terang
apa yang semestinya saya perbuat sekarang?
Membiarkan rasa ini hingga mati?
Saya benar-benar mencintaimu karena allah,
tak ada maksud lain atas perasaan ini
saya tak berambisi untuk memilikimu seutuhnya
tapi saya akan berusaha untuk mengistiqomahi apa yang saya rasakan
16 Maret 2015 senang di awal, pahit di akhir
ألساريرة  أردييا  فتمى

Dan ketika sajak itu mulai terukir
Kenapa dia harus acuh seperti ini dan mungkin perlahan akan pergi
Aku tidak tau dengan apa yang terjadi saat ini
Aku hanya tak mau menggantungkan perasaanku padanya
Aku juga tak mau menggantung harapan terlalu tinggi padanya
Tapi apa yang terjadi?
Aku bingung dengan keadaanku saat ini
Apa yang harus aku perbuat selanjutnya jika memang tak ada respon baik?
Lalu untuk apa semua ini?
Kenapa penuh dengan tanda tanya?
Bayangan pada sebuah Impian
#####
Pada titik yang kukira amat parah ini
Aku akan kehilangan ia yang selama ini aku puja,
Ia yang selama ini menemaniku
Akan meninggalkanku karena kebodohanku
Jujurku membuatnya terluka dan akhirnya aku yang menerima akibatnya
Rasa sakit ini lagi,
Aku takut, aku bingung.
Apa yang harus aku katakan lagi?
Tak ada respon lagi, hancur semuanya..............
Aku ingin pergi, tapi tak sanggup
Aku ingin menghilang, tapi tak bisa
Aku ingin amnesia, tapi akan lebih sakit lagi
Terombang ambing lagi rasaku yang selama ini tersimpan rapi
Sekali lagi aku tegaskan, aku menjauhi ambisiku untuk memiliki.
Aku hanya ingin mengistiqomahi rasa yang pernah ada ini.
Dan entah sampai kapan.
02/04/15 08:55
Sebenarnya banyak yang ingin dikatakan
tapi tak sanggup untuk menemui ataupun ditemui
bukan tak berani tapi memang benar-benar tak sanggup
tak sanggup kalah dengan nafsu dan ambisi itu lagi
aku ingin menyayangi tapi sewajarnya
aku ingin mengagumi bak kakak dan adik
aku ingin selalu bersama laksana sahabat pena
aku ingin terus menatap tanpa ada rasa takut
tapi semua itu tak bisa karena kalah dengan perasaan
awalnya hanya  ingin mengenal tapi akhirnya semakin dalam
tak butuh jawaban akan perasaan ini hanya butuh kejelasan
karena tak ingin melukai hati itu lagi...........
02/04/15 09:12

Berjalan atau berhenti pada persimpangan itu?
Mana yang akan kau pilih?
Atau berbalik dan tak mau melewatinya lagi?
Aku ingin kejelasan, tanpa ada penantian panjang yang menyakitkan
Toh aku tak mau menunggu tanpa kejelasan sebelumnya
Ataukah sudah lelah dengan pertanyaanyang memaksa untuk dijawab?
Hingga tak mau lagi merespon apa yang dirasakannya.
05.04.15 (20:41)

Sudahlah,
Apa yang kamu mau
Mungkin itu yang terbaik untuk hidupmu sekarang dan selanjutnya
Aku cukup mendoakanmu dari sini
Dengan doa yang sebaik-baiknya
Kamu orang baik dan akan dimiliki oleh orang yang baik
Bukan dimiliki orang yang memang tak baik sama sekali
Sudah kubilang berkali-kali kalau kamu itu bakal bosan dengan semua keadaan ini
06.04.15 21:50

Tak perlu adanya mendung untuk datangnya hujan
Tak perlu pula angin yang amat kencang
Hujan sewaktu-waktu  pasti akan turun jika ia sudah tak mampu untuk membendung air
Begitu pula airmata yang mengalir tanpa sebab
Tau karna apa?
Karena ia tak mampu membendung beban yang dibawa hati dan pikiran
Mulai berjalan dengan tergopoh-gopoh....
Dan akhirnya jatuh, begitu pula seterusnya
Hingga ada yang membangunkanku, dan menuntunku
Ia seolah berkata “mari, aku akan menuntunmu sampai tempat yang kamu inginkan untuk transit lagi”.
Dengan senang hati, kujabat tangannya dan akhirnya ia menuntunku
Tak peduli badai datang ia selalu istiqomahi tangan lusuhku
Begitu pula dengan ketidakwarasanku, ia selalu membimbingku
Sampai dimana ia harus meninggalkan tangan lusuh yang menjabat tangannya
Perlahan dan akhirnya mulai terasa lepas dari kehangatannya
Dan sampai pula pada tempat yang kuinginkan
Dengan tak tau dirinya aku, berusaha untuk memeluknya dan memilikinya
Masih karna ketidakwarasanku, kebodohanku, ketidaksadaranku
#Walaupun ia bukan yang kamu inginkan, tapi ijinkan ia mengistiqomahi apa yang ia rasakan. Dan berusaha untuk tidak meminta imbalan..........
Pagi ini 05.51

Aku tak pernah menginginkan untuk bisa memilikimu
Aku selalu berusaha untuk mengistiqomahi
Walaupun tak ada ikatan apapun aku akan tetap mengistiqomahinya
Rasa yang tumbuh tak bisa pula aku mencabutnya
Tak semudah itu..........
Hati yang mengatakan “aku menyayangimu dan berusaha tak berambisi”
Tapi pikiran?”Ingin memilikimu”
Susah menyingkronkan keduanya
Jika hati dan pikiran tak sejalan tak tau akan kemana selanjutnya
Aku hanya ingin berlabuh untuk yang terakhir kalinya
Dan ternyata tepat disini.
Aku akan mencoba berhenti mencari pelabuhan yang menginginkanku untuk singgah
#pagi ini 06.11
Tak sanggup merasakan airmata ini membasahi pelupuk mata lagi
Ia  sudah lelah, hingga sudah terasa kering
Bangunkan aku dari mimpi semalam yang terlalu membuatku tidur dengan nyenyak
Hingga tak menghiraukan yang kemarin
Hingga lupa akan beban yang menimpa
Hidupku mulai kacau dengan keadaan ini
Tolong jangan pernah membangunkanku lagi
Jangan pernah menuntunku lagi
Ambilkan aku tali dan tolong ikat di hati kotor ini
Ambil hati ini jika aku tak mampu untuk menjaganya
Ambil saja hati yang kumiliki saat ini
Ambil pula sapu tangan yang pernah mengusap airmata ini
Tolong ambil semua yang kau beri
Aku tak akan membutuhkannya lagi
####
Merindukanmu untuk saat ini adalah hal yang menyakitkan
Hingga hampir menumpahkannya lagi...........
Setelah pagi tadi serasa kering, tapi sembab
Sudahlah, tak perlu diulangi lagi
Semua cerita ini sudah berakhir
Yang kupuja sudah pulang
Yang kukagumi sudah pergi
Yang pernah singgah sudah enyah
Hem, bingung mau menumpahkannya dengan cara apa
Sampai otakku penuh
Atau malah buntu
Apa-apaan ini?
Kosong..................
####
Semakin meciut nyaliku mengenalmu wahai engkau yang tak ku ketahui dengan pasti.
Aku hanya membawa diri yang amat kotor ini, sedang engkau membawa dirimu yang amat suci.
Aku tak bisa mengotorimu dengan cara engkau dekat denganku atau sebaliknya, aku takut akan membuatmu terluka dan amat menyesal nanti.
Aku cinta engkau lantaran aku cinta, tak ada ambisi untuk memiliki.
Aku mengalir dalam aliran air yang amat bening, begitu pula sekelilingnya yang amat indah itu saja sudah cukup, aku hanya ingin engkau menuntunku pada jalan yang Allah Ridhoi.
Aku ingin mengubah diriku beserta hidupku menjadi baik karena awalnya tak baik sama sekali.
Tolong genggam tangan ini, dan tuntun tangan ini pada jalan yang bisa mengubahku menjadi baik.
Akan kuturuti seluruh pintamu dalam kebaikan, akan kulakukan semua yang engkau katakan dalam keluhuran.
Hingga tak bosan aku menyebutmu dalam doaku supaya dilindungi dariku yang tak baik ini
Ingat kata dia yang dulu “Engkau ibarat Mutiara, sedang aku ibarat sampah. Jika mutiara berada di sampah maka akan tetap tampak kilauannya. Tapi jika sampah berada di Mutiara maka akan nampak kotornya”. 17.32 (16.06.2015)

Menyembunyikan rasaku dengan sikap yang acuh
Sebenarnya tak tega, tapi mau bagaimana lagi? Rasaku semakin dalam dan semakin kuat. Aku tak tahu apa yang sebenarnya terjadi padaku hingga bisa sedalam ini, sikapnya yang membuatku seperti ini atau apa?
####
Ibarat menggali lubang mautku sendiri
Masih si pungguk yang tak tau diri itu lagi
Ia mencari sakitnya lagi dengan mengharapkan sang rembulan
“sang rembulan sudah tak menghiraukanmu lagi pungguk
Bahkan dia tak pernah menghiraukanmu”.
Kasihan ya kamu, tak dianggap
Pergi dari sang rembulan kau mampu
Kenapa harus menunggunya ?
Mau sakit lagi? Dan pasti bakal lebih sakit lagi?
Si pungguk tak waras, dengan apa yang diperbuatnya itu
####
Tak peduli dimana engkau bertempat sayang
Aku akan selalu ada disampingmu
Engkau telah membawa hati begitu pula jiwa ini pergi bersamamu
Dan tak akan pernah engkau melepasnya
Aku yakin itu.............
Engkau begitu kupuja hingga dirikupun terlupa
Engkau hidup juga matiku
Engkau obat dari segala sakit yang menimpaku
Dalam rindu ini ku curahkan segala nestapa akan kutanpamu
Berikan aku sesuatu yang membuatku melupa akan rindu yang kian menggebu
Terlalu berat kumembendungnya hingga tak kuat hati merasanya
Disini ku merasa sepi menimpa,
tanpamu hiruk pikuk pun terasa hampa
entah kegundahan macam apa ini
gundah karna kerinduankah?
Atau gundah karna hal kemarin yang membuatnya hujan?
wahai angin, kuharap engkau menyampaikan suara hati yang kian merindu
wahai rembulan, walau ku tak melihatnya
kuharap engkau melihatnya untukku
apa engkau tau betapa malangnya ia merindukanmu
hingga makan terasa tak enak
tidurpun terasa tak nyenyak (06.05.15) 21.00
walau engkau menganggapku sebagaimana saudarimu
tapi engkau akan tetap kujadikan kekasih
engkau tetap hidup dimana aku mulai merasanya
engkau tetap ada dalam setiap nafas yang kuhembuskan
di setiap detik dirimu
setiap detik hanya jiwamu yang hadir
engkau adalah kekasih dalam hati ini
walaupun pada hakikatnya bukan
rasa ini akan selalu aku jaga dalam sucinya
akan kubalut ia dalam hijab yang tak akan pernah seorangpun bisa melepasnya
engkau adalah keindahan dalam setiap ingatan
tetap dirundung pilu dengan anggapan itu
walau pada kenyataannya hati kita terpaut
hanya satu inginku “jaga apa yang engkau rasa, seperti semula. Ku hanya bisa berdoa dengan sisa-sisa harapan kemarin”.
“apapun yang ditakdirkan Allah maka itu yang terbaik untuk kita. Jika iya semoga tetap didekatkan hati kita, walaupun raga kita tak bersama. Dan jika tidak, semoga dijauhkan dari apa yang dirasa, begitu pula raga kita”.  (07.05.15) 14:58
Aku hanya mampu berserah diri, dalam sisa-sisa harapan yang pernah tergores semalam. Beradu dalam setiap emosi yang ku tumpahkan kemarin, hati berkecamuk tak karuan hingga dirundung sakit yang entah kapan akan sirna. Ini bukan kegalauan yang aku rasakan tapi luapan hati yang sedang kalap dalam keadaan, biar kusisakan kebaikan dalam rangkaian bait tak bermakna ini, hanya itu yang bisa keperbuat.
Pernah melukiskan noda hitam dalam lembaran lalu, hingga tak mampu untuk menghapusnya dalam tahun demi tahun yang berganti. Pun sampai sekarang tak bisa ku hapus, hanya bisa kuganti dengan lembar baru, yang ingin ku warnai biru, hijau, merah, nila, atau hitam? Ah hitam tidakmau lagi, dia ibarat tokoh antagonis yang ingin menghancurkan keadaan. Akan ku warnai lembaranku bak pelangi yang nampak ketika hujan sudah pergi, indah bukan?
Tapi tak mampu kumenopang warna dalam lembaranku, harus ada yang membantunya. Apakah engkau mau? Memegang satu kuas ini bersamaku?
“Mana mungkin ia mau, lembaranmu saja begitu lusuh, sedang ia? Engkau tau sendiri ia seperti apa”.
Sampai dimana kita tadi? Lembaranku?
Ehm dulu ku melemparnya pada orang yang tepat, orang yang salah, orang yang membuatku merasa bersalah, hingga pada ia yang baru kukenal. (07.05.15) 15:18
Terasa berat sangat kepala ini, banyak pula yang mengisinya dengan hal yang tak patut untukku simpan dalam folder itu. Aku ingin memformatnya dan mengisinya lagi dengan hal baru yang belum pernah ku tahu apa itu.
Ku tengok ia pun masih asik dengan keadaan yang amat sesak, hingga tak tega aku menyuruhnya pergi.
Suara lain “tak perlu menyuruhnya pergi, jika ia bosan pasti ia akan pergi. Kau pasti bisa menjalani semua ini, kau orang kuat. Masa hanya karna hal sepele kau mundur dalam perang yang belum terselesaikan?”.
Bait demi bait kucurahkan, walaupun tak pernah ada balasan. Hingga membuatku merasa bosan, tak di hargai atau memang tak ada yang ingin dijelaskan?
Percuma, dan tak ada guna. Kau menyia-nyiakan apa yang pernah ku beri, tak kuat...... hingga tak enak dengan apa yang aku perbuat, hingga siang ini pun serasa masih tertidur pulas dalam senandung rindu.
Tak usah engkau berbual dengan rindumu, tak usah engkau menghayal rindu menyatu
Bangunkan aku sekarang, mimpiku serasa masih panjang. . . . .
#omongkosong (11.45) 09.05.15
Serasa ingin kulepas akan bualan rindumu itu, kulepas dan akan ku maki ia dengan omong kosong yang kau ucap lalu. Bersamanya akan ku bawa pergi, sebagai teman dalam langkahku untuk bermimpi, indah tapi dalam hayalan, indah pula tapi dalam hayalan.
Ingin menemui, memeluk raga dan menjamah wajah itu lagi, tapi mana kuat dengan semua itu. Kau sudah berjanji untuk memakaikannya hijab yang orang lain tak mungkin bisa melepasnya, apa kau ingin mengkhianati kata-katamu sendiri?
Duhai kekasih yang masih di rahasiakan tuhan, engkau tak akan pernah tau jika engkau tak membuka mata, engkau tak akan pernah mengerti jika engkau tak punya hati. Akal yang mendorongmu untuk berbual.....
Tak mengira hidupku akan jadi seperti ini, hidup dalam  bualanmu, dan hidup akan keindahan mayamu.
Aku akan berjalan menyusuri lorong yang tak pernah ada cahaya sama sekali, setelah pelita itu pergi dan melepaskan tangan lusuh ini. SENDIRI
(07:56) 10.05.15
Kukira musim sudah berganti kemarau, kenapa masih ada hujan? Merasa tak dihargai lagi, dan lembarku mulai basah lagi. Ini yang tak aku sukai, akan bualanmu meninggikanku, lalu menjatuhkanku hingga sakit yang baru sembuh, mulai kambuh. Engkau benar tak punya hati, syukur saja tak begitu dalam rasaku padamu. HAH, lebih baik tak kuhubungi...................  (20.40) 26.5.15
Dan akhirnya aku terbangun dari mimpi yang amat panjang dan amat indah, hingga kudapati sembab dimata, bekas tangisan. Serasa  sudah 3 bulan lebih aku tertidur, hingga bermimpi bagaimana rasanya senang, bagaimana rasanya sedih, bagaimana rasanya berjuang, bagaimana rasanya menghargai, dan bagaimana rasanya mencintai.
Aku ingin mengulangnya lagi, apakah boleh? Tapi yang indah-indah saja, jika yang ada hanya kesedihan aku tak mau, sudah terlalu bosan dengan airmata yang membasahi pipi, bahkan airmataku serasa kering.
Sebenarnya dia siapa? Dia kugami, hingga aku merasa tak wajar dengan diriku sendiri
####
Karna aku menyayangimu, aku berusaha untuk bersabar menghadapimu.
Walaupun berat, tapi aku akan terus berusaha. Aku tak ingin ada kekecewaan diakhirnya, dariku atau darimu.
Berbicara denganmu saja aku tak pernah, tapi kenapa rasa ini semakin dalam? Kekuatan apa yang menarikku sampai sejauh ini dan sedalam ini, mempertahankan dan mati-matian berjuang untuk memahami , bersabar, bahkan berkorban.
Kita sangat jauh berbeda, tapi aku ingin kita saling melengkapi kekurangan satu sama lain.

Sajak yang tak jelas terus-terusan aku buat untuknya, entah itu ketika sedih atau senang selalu aku torehkan kedalam tulisan-tulisan ini.

Setiap pesan darinya yang bisa menangkanku selalu aku simpan, seperti ketika dia bertambah usia. Tepat pukul 00.02 03/07/15 pesanku masuk yang isinya tak jelas

“ndk tau tak mulai darimana. Aku tadi sengaja buat kamu kaya gitu (sebel)... aku pingin kamu marah sama aku, tapi kamu memang benar-benar tidak bisa marah sama aku. Aku pernah bilang sama kamu, kalau aku pingin ngomong sesuatu sama kamu. Ya tadi di inbox (sosmed) terakhirku, aku ndk nuntut apapun, aku juga ndk akan berharap lebih. Aku mengalir... tadi aku ndk sengaja buka profilmu, ditanggal 03 juli hari dimana kamu dilahirkan. Entah benar atau tidak tapi aku tetap ucapin. Selamat ulang tahun mas, di usia yang kian berkurang semoga engkau tetap dalam lindungan Allah dimanapun kamu berada, semoga tetap menjadi kebanggaan keluarga. Semoga masalah yang menimpamu kemarin (lusa ada masalah yang cukup berat), menjadi pelajaran dan dapat menjadikanmu lebih dewasa. Semoga nikmat yang Allah berikan semakin bertambah. Aku ndk bisa doa mas, tapi setiap apa yang aku panjatkan terselip doa untukmu. Aku menyayangimu mas, selamat malam”. Pesanku di tanggal 03 Juli 2015

“dek, kamu percaya atau ndk, baru kali ini aku merasakan hal yang tidak bisa dikatakan. Aku lemah dek. .. Terima kasih banyak dek atas ucapan doanya, semoga Allah mengabulkan juga untukmu. Seumur hidupku kamu orang pertama yang mengirim pesan kaya gitu. Sekali lagi terima kasih. Tadi selang 2 menit setelah kamu juga ada pesan masuk yang ngucapin doa untukku. Tapi kamu tetep orang pertama dek. Aku sayang sama kamu. Terima kasih.... J”. Balasnya

Dan sampai saat ini pesan itu masih aku simpan dan menjadi penyemangatku, walaupun setiap membacanya tidak bisa membendung airmata.

Semakin lama aku mengenalnya, semakin ciut nyaliku untuk melanjutkan semuanya. Aku bukan orang berada, orangtuaku kuli dan dia anak orang terpandang banyak prestasi yang dia dapat. Dan aku pun semakin merasa tak pantas untuk dekat dengannya. Semakin hari semakin tak karuan, muncul amarah-amarah yang  tidak jelas.... dan yang paling mengagetkanku bahwa dia adalah anak kyai, semakin tak pantas untuk mengenalnya karena aku bukan orang baik, dan aku bukan seorang santri.

Aku sengaja semakin hari semakin membuatnya untuk membenciku, hari demi hari aku mengajaknya untuk debat mengenai kejelasan status kami, dan titik temunya di tanggal 24 juli 2015 tengah malam. 5 bulan aku mengenalnya dan akhirnya selesai juga asmara yang tak jelas itu, aku memintanya untuk tidak menghubungiku, aku memintanya untuk menghapus nomor hp dan menghapus akunku di sosmed, dan jawabannya..........

“iya, akan aku usahakan dek... paling tidak ada kenangan pernah ada rasa cinta dalam hati kita. Jika kita diciptakan untuk bersama pasti akan terjadi...”. pesan yang aku simpan sampai saat ini....

Walaupun aku hanya sesaat dalam hidupmu, tapi itu kenangan yang amat indah. Aku tidak akan pernah melupakannya.... semangat yang selalu kamu berikan, akan aku bawa sampai kapanpun. Tanda tangan di pesan kita juga, aku akan menyimpan tanda tangan yang bersahutan denganmu... aku melarangmu menghubungiku bukan berarti aku akan melupakanmu, bahkan membuang rasa ini. Tapi aku ingin kita tak terbawa arus semakin jauh dan akhirnya tenggelam kedalam rasa yang hanya membawa nafsu..... setiap habis sholat, aku tidak akan lupa untuk mendoakanmu. Aku akan melihatmu dari jauh............
Aku Menyayangimu Selalu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar