Tak sengaja melihatnya dalam majlis yang organisasiku
menghadirinya, aku melihatnya dengan perasaan kagum, “siapa dia?” Padahal baru pertama kali
melihatnya, tetapi tidak asing. Waktu itu masih dalam keadaan sedikit galau,
karena habis putus dengan masa laluku.
Banyak yang ingin masuk, untuk meminangku, tetapi hati ini belum
pas dengan yang ingin meminang. Macam-macam jenisnya dari yang jaka, sedikit tua sampai yang
duren kaya, tapi tetap saja tidak ada yang pas, toh bukan harta yang aku cari tetapi kemantapan hati.
Waktu itu masih di tahun 2014 yang membuatku cukup banyak dosa. Dan
sekarang tahun 2015 yang membuatku mencoba berhati-hati dalam segala hal. Di awal tahun cukup melelahkan,
di liburan semester tidak istirahat atau pun mencari sesuap nasi
sendiri, e malah siap-siap untuk uji SKU Pandega yang cukup memakan waktu,
tenaga dan juga biaya.
Namaku Khumaira Razaq, aku mahasiswi semester 4 di satu-satunya
Perguruan Tinggi di Jepara, yang menyibukkan diri di dua organisasi, satu UKK (HMJ) dan yang satu UKM (Racana). Uji SKU Pandega dan
Pelantikan di bulan januari penuh, bulan selanjutnya HUT di UKK. Haduuhh sibuk
apa menyibukkan diri? Kadang pikiran itu muncul, tapi tak apalah tanggung jawab
memang harus dilaksanakan bukan ditinggalkan.
Kisah ini bermula dalam kegiatan HUT UKK yang aku ikuti, dalam HUT
UKK ada serangkaian lomba di dalamnya. Salah satunya Kaligrafi, dalam kegiatan
itu aku ditempatkan di seksi kesekretariatan, jadinya mau
tidak mau harus jaga kantor , tempat pendaftaran lomba.
“Tok tok tok...,” suara pintu diketuk.
“Iya silakan masuk,” sahutku dari dalam.
Pintu dibuka, dan oh, itu orang yang pernah aku lihat di majlis. Kataku dalam hati, sambil
menatapnya.
“Saya mau daftar lomba Mbak.” Dia mengagetkanku dalam
lamunan
“Oh, iya mas. Silakan isi formulirnya dan di
tanggal ini, menunjuk di tentative acara bisa mengikuti Technical
Meeting ya?” jawabku.
“Iya mbk,” sahutnya.
Setelah mengisi formulir. “Terima kasih ya mas, sudah mau
berpartisipasi dalam kegiatan kami,” kataku sebelum dia pergi.
“Sama-sama, aku pergi dulu Mbak. Assalamu’alaikum,” jawabnya
“Wa’alaikumsalam.”
SubhanAllah, setelah berbulan-bulan orang yang
aku kagumi sejak di majlis itu, akhirnya aku bisa berbicara dengannya walaupun
hanya singkat, tapi itu oh bermakna banget.
Aku melihat formulir yang masih diatas meja kantor dan aku baca Namanya Maulana
Danan Alma’ajid Mahasiswa Fakultas
Dakwah dan Komunikasi semester 6. Hemm namanya begitu indah. Sampai keingat terus namanya.
Waktu Technical Meeting tiba, dan sebagai koordinator kesekretariatan, aku stand by di luar untuk menjaga tempat
daftar hadir. Dan saking sudah
banyaknya yang ingin jaga kesekretariatan aku sampai tak
dapat tempat duduk dan akhirnya berdiri.
Tak sengaja aku menatap ke tempat parkir dan melihat seseorang
turun dari motor yang berwarna putih, memakai helm warna putih dan setelah dia
membuka helmnya, Allaaaahhh ternyata Mas itu, Mas Maulana. Dia turun bersama
temannya yang sekarang pun aku kenal.
Dengan perlahan mendekatiku untuk mengisi daftar hadir, sepanjang
jalan ia tersenyum dengan indahnya. “haduh, senyumnyaaaa....”
“hey,” sapanya dan terulang lagi ia
memecahkan lamunanku.
“Emh, iya, ini isi daftar hadirnya dan
ini snacknya, setelah itu silakan masuk untuk mengikuti
TM,” jawabku yang masih linglung.
“Oke, di ruangan ini?” tanyanya
“Iya, di ruangan ini,” sahutku.
“Mas, Mas snacknya jangan lupa dibawa,” kataku sambil menyodorkan snak
yang memang disediakan untuk peserta TM.
“Makasih Mbak, maaf lupa,” sambil berlalu ia masuk.
Ah, betapa indahnya hariku kali ini. Seseorang yang aku kagumi,
akhirnya dapat kutemui lagi.
Dia seorang vokalis grup rebana di Kampus dan ketika aku melihatnya di
Majlis dia sedang show dengan Groupnya.
Karena tidak kebagian tempat duduk akhirnya
kurelakan diri ini berdiri sejak sebelum acara dimulai, dan kutengok dia yang
duduk di dekat jendela menatapku dan membuatku tersipu. Selang 30 menit dia
keluar ruangan dan izin untuk pergi duluan karena mau TM juga untuk PPL.
“Aku izin duluan ya, ada TM juga
buat PPL besok,” pamitnya.
“Iya mas, gak apa-apa. Jangan lupa hari
senin lombanya jam 1 siang,” sahutku.
“Iya, saya usahakan,” jawabnya sambil tergesa-gesa
pergi untuk ke lantai atas.
Setelah ia pergi menaiki tangga. “Ketentuan lombanya mana?”. tanyanya dengan hanya
menengokkan wajahnya.
Lagi-lagi mengagetkanku. “Iya, sebentar saya ambilkan.
Dibawa temen ke dalam,” jawabku.
“Tidak usah saja, nanti kamu kirim lewat sms di
daftar hadir ada nomor hpku. Nanti smskan ya? Jangan lupa,” sahutnya.
“Iya, nanti saya smskan,” jawabku.
Dia berlalu pergi, dan cepat-cepat aku meminta ketentuan lomba yang
ada di dalam ruangan dan mengirimkan ketentuan lomba yang dia suruh untuk
mengirimnya. Ini awal dimana aku mengirim sms padanya. Awalnya putus asa,
setelah beberapa hari dia tak membalas smsku. Dan tepat satu minggu setelah aku
sms, dia mengirim sms padaku dan menanyakan soal lomba.
“Yang ikut lomba ada berapa orang mbk?” awal mula
dia sms aku di tanggal 20.02.15 yang sampai saat ini masih
menjadi password di akunku.
“Sekitar 12 orang mas,” balasku.
“Oh, ya sudah. Kalau boleh tau dengan
mbk siapa ini?”
“Aku di kampus biasa dipanggil Maira Mas,” jawabku.
“Semester berapa?” tanyanya lagi.
“Baru semester 4,” balasku.
“Kalau gitu, tak panggil adek aja ya?” tanyanya.
“Iya, terserah kamu aja,” jawabku.
Sejak saat itu kami mulai dekat, sering cerita tentang keluh kesah
yang kami rasakan. Sampai di suatu ketika dia menawarkan diri untuk bershalawat, dan aku diperkenankan
meminta lagu apa yang ingin di senandungkan.
“Mau request
lagu apa?” katanya.
“Banyak mas, boleh?” jawabku
“Iya boleh, apa?”
“.................................”. saking banyaknya sampai tak
muat untuk di tulis.
Salah satu dari lagu yang aku request
dia tidak tau dan akhirnya.
“Aku belum tau lagu yang satu itu, lagunya
gimana?” tanyanya.
“Masa belum tau? Aku punya mp3nya,” jawabku.
“Boleh minta? Besok pas waktu lomba ya?”
“Oh, iya. Jangan lupa ya?” jawabku
“Iya.”
Sejak awal kami mulai kenal tak pernah ada unsur kesengajaan ngobrol tatap muka, karena kami mempunyai rasa yang
sama takut jika dekat, begitu pula ketika menatap. Hingga akhirnya lembaranku
yang kosong mulai aku isi dengan tulisan, bait demi bait kurangkai kata
yang tak begitu bermakna.
Hari di mana lomba yang dia ikuti tiba, dan dia
mengirim pesan padaku.
“Aku kemungkinan ndak bisa ikut lomba, lagi ndak enak badan. Kepalaku pening, tapi lihat nanti,” pesannya.
“Nah loh kok gitu? Harus ganti rugi,” jawabku.
“Ganti rugi apa?” balasnya.
“Ganti rugi snack, ganti rugi buat kertas
formulir, ganti rugi buat sms juga.”
“Yaudah dibuat istirahat saja,” balasku sambil tertawa
Tak lama kemudian dia mengirim pesan lagi. “lombanya sudah di
mulai?”
“Belum, tapi ini udah banyak peserta yang datang,
jadi cepat ke sini. Kalau telat waktunya menyesuaikan loh,” balasku.
Dan setelah kubalas pesannya kulihat dia berjalan menghampiri
tempatku berdiri.
Sambil mengisi absensi dia tersenyum padaku. “Di sini kan ruangannya?” tanyanya.
“Iya mas, di sini. Silakan ini fasilitas yang
kami sediakan.” Sambil menyodorkan kertas
karton dan spidol.
“Iya, terima kasih ya?” balasnya.
Dan aku hanya tersenyum sambil melihatnya masuk ke dalam.
Selama lomba berlangsung, aku merasa grogi keluar masuk ruangan
tidak jelas mau apa. Dan setelah selesai, dia keluar dan menyusulku untuk minta
file lagu yang aku request ke dia.
“Flashdisknya aku bawa ke atas dulu ya? Soalnya
laptopku dibawa temenku ke atas,” katanya.
“Iya, gak apa-apa kok. Nanti kalau sudah selesai
di kembalikan kesini lagi ya. Aku tunggu,” balasku.
“Iya,” sambil berlalu pergi.
Selang 10 menit dia turun dan mengembalikan flashdisk yang
dipinjamnya, dan menyusulku.
“Ini flashdisknya, terima kasih”. Sambil
menyodorkannya padaku.
“Iya sama-sama. Setelah ini mau kemana?” jawabku.
“Mau pulang, ada urusan yang tidak bisa
ditinggalkan,” sahutnya.
“Oh, iya hati-hati.”
Dan dia berlalu sambil tersenyum. Sampai di mana puncak kegiatan kami
akan berakhir, di situ pula aku mengawali pembicaraan mengenai
rasa kagum yang selama mengenalnya aku bongkar. Walaupun tidak secara langsung,
aku membicarakannya.
“Aku mau jujur sama sampean boleh?” pesanku untuknya.
“Iya silakan, ini aku sambil makan,” jawabnya.
“Kalau gitu diselesaikan dulu makannya, nanti
kalau sudah selesai aku lanjutkan critanya,” balasku
“Ndak apa-apa kok kamu cerita aja,” jawabnya.
“Aku mengagumimu mas, aku mengagumi segala yang
ada padamu kekurangan ataupun kelebihanmu walaupun aku mengenalmu saja baru,” balasku.
“Kenapa bisa seperti itu. Sampai susah aku
menelan makananku,” jawabnya.
“Ya aku ndak tau, perasaan itu tiba-tiba
muncul tanpa aku sadari. Kamu lanjutkan makan dulu saja,” balasku.
“Ini sudah selesai, aneh. Kok bisa,” jawabnya.
“Aku ndak tau, aku mengagumimu dan
berusaha untuk tidak lebih. Maaf mas,” balasku.
Sejak saat itu, kedekatan kami semakin erat. Bukan berarti yang
bergandengan tangan dan selalu berkata manis. Kedekatan kami layaknya orang
yang sedang linglung ketika bertemu,
berat pula ketika menyapa karena ketidak beranian kami. Dan kami berusaha untuk
saling menjaga jarak, agar tak ada ambisi atau apapun untuk memiliki.
Tempat yang menjadi tempat kami bertemu adalah masjid kampus, itu pun karena ketidaksengajaan.
Masjid yang bisa membuatku tenang dan mengenang, dan di masjid itu pula aku
bertemu dengannya dalam mimpi. disitu aku bisa melihatnya. Walaupun dia tak melihatku.
Dan suatu ketika dia mengirim pesan untukku.
“Kenapa setiap aku bertemu kamu rasanya takut?
ketika ingin melihatmu aku pun malu, tetapi selalu ingin
melihatmu, dan ketika bertemu denganmu apa yang harus aku ucapkan aku bingung,” pesannya.
“Kenapa bisa seperti itu? Aku juga merasakan hal
yang sama. Bahkan aku tidak pernah berani melihatmu apalagi menyapamu,” jawabku.
“Mungkin karena kita ingin menjaga diri
kita dari hal yang tak baik. Berpandangan mata jalan rusaknya hati kan?,” balasnya.
“Iya mas. Aku bukan orang baik,” jawabku.
“Jangan bilang seperti itu kamu orang baik kok, selama aku lihat kamu baik,” balasnya.
Pembicaraan yang dari hati ke hati, kadang membuahkan hasil yang
manis, kadang pahit. Karena egoku yang tak bisa kubendung, hingga setiap
bulan sering ada amarah yang muncul karena ketidakjelasan hubungan kami, dia
belum menginginkan untuk berpacaran, tapi aku pribadi juga tidak mengharapkan
itu. Aku hanya ingin menjalani, dan aku hanya butuh kepastian apa aku harus
tetap bersamanya atau pergi, itu tak pernah terjawab. Dan setelah keadaan
membaik, dan ada beberapa sajak yang entah benar maksudnya atau tidak selalu
kukirim untuknya
I Love U Because Allah
Apakah ini yang dinamakan Cinta karena Allah?
Hingga mata tak berani menjamah wajah yang dikenal
Hingga bibir sulit untuk berucap
Hingga salju serasa membasahi tubuh
Hingga jantung terasa ditabuh
Maha Suci Allah.....
Maha Besar Allah,
yang telah menciptakan Dia yang ku kagumi selama ini
Setiap teringat akan Cinta yang baru tumbuh, airmata mengalir membasahi
pipi
Engkau yang ternyata kupuja selama ini
Dan Engkau pula yang selama ini aku kagumi
Engkau akan selalu menghiasi hariku dengan jalan aku mengagumimu,
tanpa berambisi untuk memilikimu
07.03.15
Terasa lama sekali tak menyapanya dalam lembaran ini
Hingga lupa bagaimana cara menyapanya
Hai, hallo, bagaimana keadaanmu sekarang?
Atau sapaan yang seperti apa ?
Halah lupakan saja, melihatnyapun aku tak
mampu apa lagi menyapanya?
Kau tetap indah pada tempatmu berdiri sekarang
ini
Kau tetap menjadi rembulan yang diharapkan si
pungguk
Dan kau tetap salah satu alasan bibir ini
mengukir senyuman
Walaupun sudah tak diharapkan
Dulu kumerindu dan dirindui
Tapi sekarang hanya aku yang merindu tanpa dirindui
Kadang berpikir terlalu malang nasibnya hingga merasa tak dibutuhkan lagi
07.03.2015 ......... 10:30
Aku melihat mata itu tersenyum pada bunga yang hampir layu
Layu karna bekas semalam yang tak disiram
Memudarkan kusam yang sempat tersirat
Dan mematikan yang ingin menghalang
Maha Suci Allah...
Yang masih memberikan rasa bahagia karna dia
yang kupuja
Maha Besar Allah...
Cinta ini kian tumbuh dan kian menjaga
kesuciannya
Maha Agung Allah...
Yang telah menciptakan dunia ini sehingga aku
dapat mengenalnya
Begitu Indah karunia yang diberikanNya
Aku mencintaimu karena Allah dan semoga tak ada ambisi ingin memilikimu
07.03.15............... 10:31
Dia menghilang tak ada kabar lagi
Semua keindahan yang pernah kurasakan pun serasa ikut menghilang
Tak ada semangat seperti hari-hariku biasanya
Aku merasa sendiri, tanpa arah
Kesepian tanpa teman
Dia yang sempat memberi warna hidupku menghilang
Aku ingin dia kembali seperti awal, dia yang kukenal
Aku kehilangan dia seperti kehilangan separuh nafas yang belum terhembus
Dia mengacuhkanku, dia pergi tanpa mengucapkan sesuatu
Engkau kemana?
08.03.15
Saya memang bukan orang baik
Tapi saya selalu ingin dalam limpahan kebaikan
Tapi saya tak sadar diri bahwa saya tak pantas dilimpahi kebaikan
Saya hanya membawa dosa yang amat banyak dan tentunya berat
Saya hanya ingin meminta setitik ampunan pada Sang Maha Pencipta
Ampunan dari segala dosa yang pernah ada
Saya memang bukan orang baik
tapi saya selalu ingin dituntun oleh seseorang
yang baik
bukan semakin menjerumuskan saya dalam
kegelapan lagi
tapi saya benar-benar tak pantas mendapat tuntunan dari seseorang yang
benar-benar baik
ketika saya sudah mendapat seseorang yang baik itu,
namun saya lebih baik pergi daripada nanti menyakitinya
dengan jujur atas apa yang pernah saya lakukan dulu
saya tidak tega jika harus berterus terang
apa yang semestinya saya perbuat sekarang?
Membiarkan rasa ini hingga mati?
Saya benar-benar mencintaimu karena allah,
tak ada maksud lain atas perasaan ini
saya tak berambisi untuk memilikimu seutuhnya
tapi saya akan berusaha untuk mengistiqomahi
apa yang saya rasakan
16 Maret 2015 senang di awal, pahit di akhir
ألساريرة أردييا فتمى
Dan ketika sajak itu mulai terukir
Kenapa dia harus acuh seperti ini dan mungkin perlahan akan pergi
Aku tidak tau dengan apa yang terjadi saat ini
Aku hanya tak mau menggantungkan perasaanku padanya
Aku juga tak mau menggantung harapan terlalu tinggi padanya
Tapi apa yang terjadi?
Aku bingung dengan keadaanku saat ini
Apa yang harus aku perbuat selanjutnya jika memang tak ada respon baik?
Lalu untuk apa semua ini?
Kenapa penuh dengan tanda tanya?
Bayangan pada sebuah Impian
#####
Pada titik yang kukira amat parah ini
Aku akan kehilangan ia yang selama ini aku puja,
Ia yang selama ini menemaniku
Akan meninggalkanku karena kebodohanku
Jujurku membuatnya terluka dan akhirnya aku yang menerima akibatnya
Rasa sakit ini lagi,
Aku takut, aku bingung.
Apa yang harus aku katakan lagi?
Tak ada respon lagi, hancur semuanya..............
Aku ingin pergi, tapi tak sanggup
Aku ingin menghilang, tapi tak bisa
Aku ingin amnesia, tapi akan lebih sakit lagi
Terombang ambing lagi rasaku yang selama ini tersimpan rapi
Sekali lagi aku tegaskan, aku menjauhi ambisiku untuk memiliki.
Aku hanya ingin mengistiqomahi rasa yang pernah ada ini.
Dan entah sampai kapan.
02/04/15 08:55
Sebenarnya banyak yang ingin dikatakan
tapi tak sanggup untuk menemui ataupun ditemui
bukan tak berani tapi memang benar-benar tak sanggup
tak sanggup kalah dengan nafsu dan ambisi itu lagi
aku ingin menyayangi tapi sewajarnya
aku ingin mengagumi bak kakak dan adik
aku ingin selalu bersama laksana sahabat pena
aku ingin terus menatap tanpa ada rasa takut
tapi semua itu tak bisa karena kalah dengan perasaan
awalnya hanya ingin mengenal tapi
akhirnya semakin dalam
tak butuh jawaban akan perasaan ini hanya butuh kejelasan
karena tak ingin melukai hati itu lagi...........
02/04/15 09:12
Berjalan atau
berhenti pada persimpangan itu?
Mana yang akan kau
pilih?
Atau berbalik dan
tak mau melewatinya lagi?
Aku ingin
kejelasan, tanpa ada penantian panjang yang menyakitkan
Toh aku tak mau
menunggu tanpa kejelasan sebelumnya
Ataukah sudah lelah dengan pertanyaanyang memaksa untuk dijawab?
Hingga tak mau lagi merespon apa yang dirasakannya.
05.04.15 (20:41)
Sudahlah,
Apa yang kamu mau
Mungkin itu yang terbaik untuk hidupmu sekarang dan selanjutnya
Aku cukup mendoakanmu dari sini
Dengan doa yang sebaik-baiknya
Kamu orang baik dan akan dimiliki oleh orang yang baik
Bukan dimiliki orang yang memang tak baik sama sekali
Sudah kubilang berkali-kali kalau kamu itu bakal bosan dengan semua
keadaan ini
06.04.15 21:50
Tak perlu adanya mendung untuk datangnya hujan
Tak perlu pula angin yang amat kencang
Hujan sewaktu-waktu pasti akan
turun jika ia sudah tak mampu untuk membendung air
Begitu pula airmata yang mengalir tanpa sebab
Tau karna apa?
Karena ia tak mampu membendung beban yang dibawa hati dan pikiran
Mulai berjalan dengan tergopoh-gopoh....
Dan akhirnya jatuh,
begitu pula seterusnya
Hingga ada yang
membangunkanku, dan menuntunku
Ia seolah berkata
“mari, aku akan menuntunmu sampai tempat yang kamu inginkan untuk transit
lagi”.
Dengan senang hati,
kujabat tangannya dan akhirnya ia menuntunku
Tak peduli badai
datang ia selalu istiqomahi tangan lusuhku
Begitu pula dengan
ketidakwarasanku, ia selalu membimbingku
Sampai dimana ia harus meninggalkan tangan lusuh yang menjabat tangannya
Perlahan dan akhirnya mulai terasa lepas dari kehangatannya
Dan sampai pula pada tempat yang kuinginkan
Dengan tak tau dirinya aku, berusaha untuk memeluknya dan memilikinya
Masih karna
ketidakwarasanku, kebodohanku, ketidaksadaranku
#Walaupun ia bukan yang kamu inginkan, tapi ijinkan ia mengistiqomahi apa
yang ia rasakan. Dan berusaha untuk tidak meminta imbalan..........
Pagi ini 05.51
Aku tak pernah menginginkan untuk bisa memilikimu
Aku selalu berusaha untuk mengistiqomahi
Walaupun tak ada ikatan apapun aku akan tetap mengistiqomahinya
Rasa yang tumbuh tak bisa pula aku mencabutnya
Tak semudah itu..........
Hati yang
mengatakan “aku menyayangimu dan berusaha tak berambisi”
Tapi pikiran?”Ingin
memilikimu”
Susah
menyingkronkan keduanya
Jika hati dan
pikiran tak sejalan tak tau akan kemana selanjutnya
Aku hanya ingin berlabuh untuk yang terakhir kalinya
Dan ternyata tepat disini.
Aku akan mencoba berhenti mencari pelabuhan yang menginginkanku untuk
singgah
#pagi ini 06.11
Tak sanggup
merasakan airmata ini membasahi pelupuk mata lagi
Ia sudah lelah, hingga sudah terasa kering
Bangunkan aku dari
mimpi semalam yang terlalu membuatku tidur dengan nyenyak
Hingga tak
menghiraukan yang kemarin
Hingga lupa akan
beban yang menimpa
Hidupku mulai kacau dengan keadaan ini
Tolong jangan pernah membangunkanku lagi
Jangan pernah menuntunku lagi
Ambilkan aku tali dan tolong ikat di hati kotor ini
Ambil hati ini jika aku tak mampu untuk menjaganya
Ambil saja hati yang kumiliki saat ini
Ambil pula sapu tangan yang pernah mengusap airmata ini
Tolong ambil semua yang kau beri
Aku tak akan membutuhkannya lagi
####
Merindukanmu untuk saat ini adalah hal yang menyakitkan
Hingga hampir menumpahkannya lagi...........
Setelah pagi tadi serasa kering, tapi sembab
Sudahlah, tak perlu diulangi lagi
Semua cerita ini sudah berakhir
Yang kupuja sudah
pulang
Yang kukagumi sudah
pergi
Yang pernah singgah
sudah enyah
Hem, bingung mau menumpahkannya dengan cara apa
Sampai otakku penuh
Atau malah buntu
Apa-apaan ini?
Kosong..................
####
Semakin meciut nyaliku mengenalmu wahai engkau yang tak ku ketahui dengan
pasti.
Aku hanya membawa diri yang amat kotor ini, sedang engkau membawa dirimu
yang amat suci.
Aku tak bisa mengotorimu dengan cara engkau dekat denganku atau
sebaliknya, aku takut akan membuatmu terluka dan amat menyesal nanti.
Aku cinta engkau lantaran aku cinta, tak ada ambisi untuk memiliki.
Aku mengalir dalam aliran air yang amat bening, begitu pula sekelilingnya
yang amat indah itu saja sudah cukup, aku hanya ingin engkau menuntunku pada
jalan yang Allah Ridhoi.
Aku ingin mengubah diriku beserta hidupku menjadi baik karena awalnya tak
baik sama sekali.
Tolong genggam tangan ini, dan tuntun tangan ini pada jalan yang bisa
mengubahku menjadi baik.
Akan kuturuti seluruh pintamu dalam kebaikan, akan kulakukan semua yang
engkau katakan dalam keluhuran.
Hingga tak bosan aku menyebutmu dalam doaku supaya dilindungi dariku yang
tak baik ini
Ingat kata dia yang dulu “Engkau ibarat Mutiara, sedang aku ibarat
sampah. Jika mutiara berada di sampah maka akan tetap tampak kilauannya. Tapi
jika sampah berada di Mutiara maka akan nampak kotornya”. 17.32 (16.06.2015)
Menyembunyikan rasaku dengan sikap yang acuh
Sebenarnya tak tega, tapi mau bagaimana lagi? Rasaku semakin dalam dan
semakin kuat. Aku tak tahu apa yang sebenarnya terjadi padaku hingga bisa
sedalam ini, sikapnya yang membuatku seperti ini atau apa?
####
Ibarat menggali lubang mautku sendiri
Masih si pungguk yang tak tau diri itu lagi
Ia mencari sakitnya lagi dengan mengharapkan sang rembulan
“sang rembulan sudah tak menghiraukanmu lagi pungguk
Bahkan dia tak pernah menghiraukanmu”.
Kasihan ya kamu,
tak dianggap
Pergi dari sang
rembulan kau mampu
Kenapa harus
menunggunya ?
Mau sakit lagi? Dan
pasti bakal lebih sakit lagi?
Si pungguk tak waras, dengan apa yang diperbuatnya itu
####
Tak peduli dimana engkau bertempat sayang
Aku akan selalu ada disampingmu
Engkau telah membawa hati begitu pula jiwa ini pergi bersamamu
Dan tak akan pernah engkau melepasnya
Aku yakin itu.............
Engkau begitu
kupuja hingga dirikupun terlupa
Engkau hidup juga
matiku
Engkau obat dari
segala sakit yang menimpaku
Dalam rindu ini ku
curahkan segala nestapa akan kutanpamu
Berikan aku sesuatu yang membuatku melupa akan rindu yang kian menggebu
Terlalu berat kumembendungnya hingga tak kuat hati merasanya
Disini ku merasa sepi menimpa,
tanpamu hiruk pikuk pun terasa hampa
entah kegundahan
macam apa ini
gundah karna
kerinduankah?
Atau gundah karna
hal kemarin yang membuatnya hujan?
wahai angin,
kuharap engkau menyampaikan suara hati yang kian merindu
wahai rembulan,
walau ku tak melihatnya
kuharap engkau
melihatnya untukku
apa engkau tau betapa malangnya ia merindukanmu
hingga makan terasa tak enak
tidurpun terasa tak nyenyak (06.05.15) 21.00
walau engkau menganggapku sebagaimana saudarimu
tapi engkau akan tetap kujadikan kekasih
engkau tetap hidup dimana aku mulai merasanya
engkau tetap ada dalam setiap nafas yang kuhembuskan
di setiap detik dirimu
setiap detik hanya jiwamu yang hadir
engkau adalah
kekasih dalam hati ini
walaupun pada
hakikatnya bukan
rasa ini akan
selalu aku jaga dalam sucinya
akan kubalut ia
dalam hijab yang tak akan pernah seorangpun bisa melepasnya
engkau adalah
keindahan dalam setiap ingatan
tetap dirundung pilu dengan anggapan itu
walau pada kenyataannya hati kita terpaut
hanya satu inginku “jaga apa yang engkau rasa, seperti semula. Ku hanya bisa
berdoa dengan sisa-sisa harapan kemarin”.
“apapun yang ditakdirkan Allah maka itu yang terbaik untuk kita. Jika iya
semoga tetap didekatkan hati kita, walaupun raga kita tak bersama. Dan jika
tidak, semoga dijauhkan dari apa yang dirasa, begitu pula raga kita”. (07.05.15) 14:58
Aku hanya mampu berserah diri, dalam sisa-sisa harapan yang pernah
tergores semalam. Beradu dalam setiap emosi yang ku tumpahkan kemarin, hati
berkecamuk tak karuan hingga dirundung sakit yang entah kapan akan sirna. Ini
bukan kegalauan yang aku rasakan tapi luapan hati yang sedang kalap dalam
keadaan, biar kusisakan kebaikan dalam rangkaian bait tak bermakna ini, hanya
itu yang bisa keperbuat.
Pernah melukiskan noda hitam dalam lembaran lalu, hingga tak mampu untuk
menghapusnya dalam tahun demi tahun yang berganti. Pun sampai sekarang tak bisa
ku hapus, hanya bisa kuganti dengan lembar baru, yang ingin ku warnai biru,
hijau, merah, nila, atau hitam? Ah hitam tidakmau lagi, dia ibarat tokoh
antagonis yang ingin menghancurkan keadaan. Akan ku warnai lembaranku bak
pelangi yang nampak ketika hujan sudah pergi, indah bukan?
Tapi tak mampu kumenopang warna dalam lembaranku, harus ada yang
membantunya. Apakah engkau mau? Memegang satu kuas ini bersamaku?
“Mana mungkin ia mau, lembaranmu saja begitu lusuh, sedang ia? Engkau tau
sendiri ia seperti apa”.
Sampai dimana kita tadi? Lembaranku?
Ehm dulu ku melemparnya pada orang yang tepat, orang yang salah, orang
yang membuatku merasa bersalah, hingga pada ia yang baru kukenal. (07.05.15)
15:18
Terasa berat sangat kepala ini, banyak pula yang mengisinya dengan hal
yang tak patut untukku simpan dalam folder itu. Aku ingin memformatnya dan
mengisinya lagi dengan hal baru yang belum pernah ku tahu apa itu.
Ku tengok ia pun masih asik dengan keadaan yang amat sesak, hingga tak
tega aku menyuruhnya pergi.
Suara lain “tak perlu menyuruhnya pergi, jika ia bosan pasti ia akan
pergi. Kau pasti bisa menjalani semua ini, kau orang kuat. Masa hanya karna hal
sepele kau mundur dalam perang yang belum terselesaikan?”.
Bait demi bait kucurahkan, walaupun tak pernah ada balasan. Hingga
membuatku merasa bosan, tak di hargai atau memang tak ada yang ingin
dijelaskan?
Percuma, dan tak ada guna. Kau menyia-nyiakan apa yang pernah ku beri,
tak kuat...... hingga tak enak dengan apa yang aku perbuat, hingga siang ini
pun serasa masih tertidur pulas dalam senandung rindu.
Tak usah engkau berbual dengan rindumu, tak usah engkau menghayal rindu
menyatu
Bangunkan aku sekarang, mimpiku serasa masih panjang. . . . .
#omongkosong (11.45) 09.05.15
Serasa ingin kulepas akan bualan rindumu itu, kulepas dan akan ku maki ia
dengan omong kosong yang kau ucap lalu. Bersamanya akan ku bawa pergi, sebagai
teman dalam langkahku untuk bermimpi, indah tapi dalam hayalan, indah pula tapi
dalam hayalan.
Ingin menemui, memeluk raga dan menjamah wajah itu lagi, tapi mana kuat
dengan semua itu. Kau sudah berjanji untuk memakaikannya hijab yang orang lain
tak mungkin bisa melepasnya, apa kau ingin mengkhianati kata-katamu sendiri?
Duhai kekasih yang masih di rahasiakan tuhan, engkau tak akan pernah tau
jika engkau tak membuka mata, engkau tak akan pernah mengerti jika engkau tak
punya hati. Akal yang mendorongmu untuk berbual.....
Tak mengira hidupku akan jadi seperti ini, hidup dalam bualanmu, dan hidup akan keindahan mayamu.
Aku akan berjalan menyusuri lorong yang tak pernah ada cahaya sama
sekali, setelah pelita itu pergi dan melepaskan tangan lusuh ini. SENDIRI
(07:56) 10.05.15
Kukira musim sudah berganti kemarau, kenapa masih ada hujan? Merasa tak
dihargai lagi, dan lembarku mulai basah lagi. Ini yang tak aku sukai, akan
bualanmu meninggikanku, lalu menjatuhkanku hingga sakit yang baru sembuh, mulai
kambuh. Engkau benar tak punya hati, syukur saja tak begitu dalam rasaku
padamu. HAH, lebih baik tak kuhubungi................... (20.40) 26.5.15
Dan akhirnya aku terbangun dari mimpi yang amat panjang dan amat indah,
hingga kudapati sembab dimata, bekas tangisan. Serasa sudah 3 bulan lebih aku tertidur, hingga
bermimpi bagaimana rasanya senang, bagaimana rasanya sedih, bagaimana rasanya
berjuang, bagaimana rasanya menghargai, dan bagaimana rasanya mencintai.
Aku ingin mengulangnya lagi, apakah boleh? Tapi yang indah-indah saja,
jika yang ada hanya kesedihan aku tak mau, sudah terlalu bosan dengan airmata
yang membasahi pipi, bahkan airmataku serasa kering.
Sebenarnya dia siapa? Dia kugami, hingga aku merasa tak wajar dengan
diriku sendiri
####
Karna aku menyayangimu, aku berusaha untuk bersabar menghadapimu.
Walaupun berat, tapi aku akan terus berusaha. Aku tak ingin ada
kekecewaan diakhirnya, dariku atau darimu.
Berbicara denganmu saja aku tak pernah, tapi kenapa rasa ini semakin
dalam? Kekuatan apa yang menarikku sampai sejauh ini dan sedalam ini,
mempertahankan dan mati-matian berjuang untuk memahami , bersabar, bahkan
berkorban.
Kita sangat jauh berbeda, tapi aku ingin kita saling melengkapi
kekurangan satu sama lain.
Sajak yang tak jelas terus-terusan aku buat untuknya, entah itu
ketika sedih atau senang selalu aku torehkan kedalam tulisan-tulisan ini.
Setiap pesan darinya yang bisa menangkanku selalu aku simpan,
seperti ketika dia bertambah usia. Tepat pukul 00.02 03/07/15 pesanku masuk
yang isinya tak jelas
“ndk tau tak mulai darimana. Aku tadi sengaja
buat kamu kaya gitu (sebel)... aku pingin kamu marah sama aku, tapi kamu memang
benar-benar tidak bisa marah sama aku. Aku pernah bilang sama kamu, kalau aku
pingin ngomong sesuatu sama kamu. Ya tadi di inbox (sosmed) terakhirku, aku ndk
nuntut apapun, aku juga ndk akan berharap lebih. Aku mengalir... tadi aku ndk
sengaja buka profilmu, ditanggal 03 juli hari dimana kamu dilahirkan. Entah
benar atau tidak tapi aku tetap ucapin. Selamat ulang tahun mas, di usia yang
kian berkurang semoga engkau tetap dalam lindungan Allah dimanapun kamu berada,
semoga tetap menjadi kebanggaan keluarga. Semoga masalah yang menimpamu kemarin
(lusa ada masalah yang cukup berat), menjadi pelajaran dan dapat menjadikanmu
lebih dewasa. Semoga nikmat yang Allah berikan semakin bertambah. Aku ndk bisa
doa mas, tapi setiap apa yang aku panjatkan terselip doa untukmu. Aku
menyayangimu mas, selamat malam”. Pesanku di tanggal 03 Juli 2015
“dek, kamu percaya atau ndk, baru kali ini aku
merasakan hal yang tidak bisa dikatakan. Aku lemah dek. .. Terima kasih banyak
dek atas ucapan doanya, semoga Allah mengabulkan juga untukmu. Seumur hidupku
kamu orang pertama yang mengirim pesan kaya gitu. Sekali lagi terima kasih.
Tadi selang 2 menit setelah kamu juga ada pesan masuk yang ngucapin doa
untukku. Tapi kamu tetep orang pertama dek. Aku sayang sama kamu. Terima
kasih.... J”. Balasnya
Dan sampai saat ini pesan itu masih aku simpan dan menjadi
penyemangatku, walaupun setiap membacanya tidak bisa membendung airmata.
Semakin lama aku mengenalnya, semakin ciut nyaliku untuk
melanjutkan semuanya. Aku bukan orang berada, orangtuaku kuli dan dia anak
orang terpandang banyak prestasi yang dia dapat. Dan aku pun semakin merasa tak
pantas untuk dekat dengannya. Semakin hari semakin tak karuan, muncul
amarah-amarah yang tidak jelas.... dan
yang paling mengagetkanku bahwa dia adalah anak kyai, semakin tak pantas untuk
mengenalnya karena aku bukan orang baik, dan aku bukan seorang santri.
Aku sengaja semakin hari semakin membuatnya untuk membenciku, hari
demi hari aku mengajaknya untuk debat mengenai kejelasan status kami, dan titik
temunya di tanggal 24 juli 2015 tengah malam. 5 bulan aku mengenalnya dan
akhirnya selesai juga asmara yang tak jelas itu, aku memintanya untuk tidak
menghubungiku, aku memintanya untuk menghapus nomor hp dan menghapus akunku di
sosmed, dan jawabannya..........
“iya, akan aku usahakan dek... paling tidak ada
kenangan pernah ada rasa cinta dalam hati kita. Jika kita diciptakan untuk
bersama pasti akan terjadi...”. pesan yang aku simpan sampai saat ini....
Walaupun aku hanya sesaat dalam hidupmu, tapi itu kenangan yang
amat indah. Aku tidak akan pernah melupakannya.... semangat yang selalu kamu
berikan, akan aku bawa sampai kapanpun. Tanda tangan di pesan kita juga, aku
akan menyimpan tanda tangan yang bersahutan denganmu... aku melarangmu
menghubungiku bukan berarti aku akan melupakanmu, bahkan membuang rasa ini.
Tapi aku ingin kita tak terbawa arus semakin jauh dan akhirnya tenggelam
kedalam rasa yang hanya membawa nafsu..... setiap habis sholat, aku tidak akan
lupa untuk mendoakanmu. Aku akan melihatmu dari jauh............
Aku Menyayangimu Selalu.