Jepara,
soearamoeria.com
“Wong kaji ora kudu nganggo kopiah putih
tapi ugo oleh nganggo blangkon,” begitu tulis KH Nuruddin Amin.
Pernyataan
pengasuh pesantren Hasyim Asyari Bangsri Jepara dalam bahasa Jawa yang berarti
jamaah haji tidak melulu menggunakan kopiah haji tetapi boleh saja mengenakan
blangkon sebagai tutup kepala.
Ya, begitulah salah satu ciri khas dari Jamaah
Haji Nusantara KBIH Arafah Bangsri Jepara yang memberi penanda khusus bagi
jamaah haji laki-laki yang berjumlah 58 orang. Sisanya 67 jamaah putri belum
mengenakan ciri khusus terkait masih susah mencari identitas yang menyesuaikan satrul aurat khas Nusantara.
Sejak
dipublikasikan di jejaring sosial, facebook, sepekan terakhir bulan Agustus ini
identitas jamaah haji asal Jepara ini menuai apresiasi dari kalangan netizen. Khoerussalim
Ikhs misalnya dalam komentarnya menyebut kreativitas tersebut patut
ditiru sebab melanggengkan identitas.
“Sunan
Kalijogo tidak kurang alimnya tetapi tetap memakai sorjan dan blangkon. Mereka
yang bercelana cingkrang, baju koko dan sedikit jenggot pun belum tentu maqbul walau menyebut dirinya paling Islam.
Lanjutkan sorjan dan blangkonnya Pak Haji, minimum saat berangkat dan pulang
haji laaaahhhh. Kalau di padang Arofah ya tetap harus ganti kain ihram yaaa,”
begitu komentar dari Salim.
Komentar
lain datang dari Ahmad Syah
Mirzan. “Gus Nung. Pokoke tetap Islam NU-santara. Sukses mas. Semoga
Gus dan jamaahnya mabrur. Nitip doanya Gus. Salam.”
Ada
pula komen dari Moh Yasir
Alimi. “Luar biasa Mas Nung. Blangkonnya membuat jamaah angel ilange (susah hilangnya, red).” “Mantap.
Jamaah haji Nusantara.” Begitu komentar dari Ulil Abshar Abdalla.
Dipilihnya
blangkon sebagai identitas bukan tanpa alasan. Menurut kiai muda yang akrab
disapa Gus Nung blangkon memiliki ciri yang sangat spesifik dan tiada duanya.
Saat dihubungi via jejaring sosial suami Hj. Hindun Anisah ini menulis blangkon
dari segi bentuknya sudah mirip dengan sorban hanya saja motifnya kain batik.
“Blangkon
ini ciri khas Keraton Mataram Ngayogyokarto Hadiningrat. Kerajaan ini merupakan
salah satu kerajaan Islam Jawa yang ada di tanah Nusantara,” tutur Ketua KBIH
Arofah.
Sejak
digulirkan ide menarik ini puluhan jamaah memberi respon yang positif. Tujuannya
selain memudahkan untuk mengidentifikasi teman di tanah haromain juga mereka
(puluhan jamaah, red) nyaman memakainya setiap ada aktivitas maupun jamaah
rutin di masjid.
Identitas
blangkon masih menurutnya terinspirasi dari Islam Nusantara yang
dikonseptualisasikan Muktamar NU ke-33. Dengan memakai blangkon pihaknya ingin
menunjukkan corak keislaman yang spesifik di salah satu bagian Indonesia yang
diidentifikasi sebagai Islam Nusantara.
“Makanya
kami sengaja mempraktikkan pengamalan Islam Nusantara dengan wujud memakai
blangkon,” terangnya, Kamis (27/8) lalu.
Tutup
kepala ini dikenakan ketika berangkat ke masjid serta kegiatan-kegiatan KBIH di
tanah suci kecuali saat sedang ihrom. Misalnya saat Arbain, ziarah ke Jabal
Uhud, Ziarah ke Masjid Quba, Jannatul Baqi' Al-Ghorqod, Ziarah Madinah serta
aktivitas ibadah yang lain.
Tahun
ini KBIH Arafah berangkat dari 24 Agustus hingga 04 Oktober 2015. KBIH ini
menempati Kloter 12 SOC (sebelumnya kloter 13) dari Jepara. Maju satu kloter akibat
akumulasi jamaah yg belum keluar visa hajinya. (qim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar