Menguak Misteri Makam Mbah Buyut Blandar - Soeara Moeria

Breaking

Kamis, 07 Mei 2015

Menguak Misteri Makam Mbah Buyut Blandar


Makam Mbah Buyut Blandar adalah sebuah makam yang sudah berumuran hingga puluhan tahun. Makam yang terletak di Desa Kaligarang, tepatnya Dukuh Boledan RT 16 RW 05 ini memiliki sejarah yang belum banyak di ketahui oleh banyak orang. Hanya beberapa tokoh masyarakat saja yang mengetahui terlebih para sesepuh desa telah meninggal dunia yang membuat secara perlahan-lahan sejarah makam tersebut mulai terkikis dan hampir tidak pernah terdengar lagi dari mulut ke mulut.

Adapun sejarah makam tersebut adalah sebagai berikut dahulu kala Mbah Buyut Blandar hanyalah seorang pengelana yang hidup sebatang kara tidak memiliki sanak saudara sama sekali. Beliau hidup hanya berdasarkan sebuah tekad dan kepercayaan yang membuat beliau akhirnya memilih Dukuh Boledan sebagai tempat bermukim untuk sementara.

Dukuh Boledan merupakan salah satu dukuh di antara banyaknya dukuh di Desa Kaligarang ini, yang hingga akhirnya membuat Mbah Buyut Blandar berinisiatif untuk mendirikan sebuah gubuk kecil yang terbuat dari bahan bambu-bambu, beliau berfikir mungkin dengan cara inilah beliau dapat bertahan hidup seorang diri.

Tak hanya itu saja awal mula kehidupan yang terjadi di Dukuh Boledan tersebut yaitu Mbah Buyut Blandar membabat semua tanah seluas-luasnya yang ada di Dukuh Boledan, semua tanah yang ada di Dukuh Boledan ini adalah miliknya Mbah Buyut Blandar, dulu tanahnya sering di jual belikan kepada orang-orang asing. Hingga akhirnya saat ajal menjemput Mbah Buyut Blandar ia masih saja belum memiliki ahli waris yang akan meneruskan bisnis jual beli tanah.



Hingga akhirnya saat beliau meninggal beliau di makamkan oleh sesepuh desa di Dukuh Boledan, meskipun saat ini makamnya sudah tidak berbentuk seperti makam lainnya namun masyarakat di Desa Kaligarang terlebih masyarakat yang tinggal di sekitar makam tersebut yaitu Dukuh Boledan masih mempercayai dan masih di haruskan untuk memberi sesaji kepada Mbah Buyut Blandar saat akan mengadakan pesta khitanan ataupun pesta pernikahan sebagai rasa terimakasih dan rasa hormat yang di berikan oleh masyarakat sekitar.  


masyarakat Dukuh Boledan sangat menghormati Mbah Buyut Blandar karena itu adalah awal mula kisah Mbah Buyut Blandar. Mbah Buyut Blandar yang tidak memiliki sanak saudara, istri ataupun anak hingga saat ini masyarakat Dukuh Boledanlah yang merawat makamnya. Yang diberi wasilah oleh Mbah Buyut Blandar untuk merawat makamnya sekarang sudah meninggal sekitar 12 tahun yang lalu yang bernama Mbah Rawi,terang Parwati (55).

Mbah Rawi meninggal diketahui tidak memiliki riwayat penyakit apapun, namun hanya di ketahui setelah Mbah Rawi mengambil rumput di sekitar makam Mbah Buyut Blandar pagi harinya saat di bangunkan oleh Mbah bari yang tak lain dan tak bukan adalah istrinya Mbah Rawi tidak memberikan respon apapun dan akhirnya di ketahui telah meninggal dunia, dan sekarang di teruskan oleh adiknya Mbah Rawi untuk merawat makam Mbah Buyut Blandar yaitu Mbah Rasi yang di beri kepercayaan untuk memimpin do’a saat ada masyarakat yang akan memberi sesaji ataupun berziarah ke makam Mbah Buyut Blandar.

meski begitu setiap tahun masih diadakan ritual penyajian di sekitar makamnya. Dan tak sampai di situ saja makam keramat Mbah Buyut Blandar ini memiliki banyak misteri yang tergolong angker. Setiap malam Jum’at Wage sering muncul seekor ular yang sangat besar dan sering terlihat oleh beberapa masyakat berubah menjadi sebuah kendi tanah kecil yang menimbulkan sinar yang sangat terang,tutur Rasemi (66).

Makam yang terletak di bawah pohon rindang randu lebat yang di kelilingi rumput hijau semak-semak belikar inilah bukti sejarah awal mula kehidupan yang terjadi di Dukuh Boledan, yang berkat Mbah Buyut Blandar secara tidak langsung masyarakat sekitar dapat menjalankan kehidupan. Inilah sejarah Makam Mbah Buyut Blandar yang merupakan salah satu makam keramat yang ada di Desa Kaligarang, Dukuh Boledan ini. Semoga apa yang penulis sampaikan ini dapat memberikan sebuah manfaat dan dapat memberikan sebuah pengetahuan baru. (Erni Apriliani/qim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar