
Adapun sejarah
makam tersebut adalah sebagai berikut dahulu kala Mbah Buyut Blandar hanyalah
seorang pengelana yang hidup sebatang kara tidak memiliki sanak saudara sama
sekali. Beliau hidup hanya berdasarkan sebuah tekad dan kepercayaan yang
membuat beliau akhirnya memilih Dukuh Boledan sebagai tempat bermukim untuk
sementara.
Dukuh Boledan
merupakan salah satu dukuh di antara banyaknya dukuh di Desa Kaligarang ini, yang
hingga akhirnya membuat Mbah Buyut Blandar berinisiatif untuk mendirikan sebuah
gubuk kecil yang terbuat dari bahan bambu-bambu, beliau berfikir mungkin dengan
cara inilah beliau dapat bertahan hidup seorang diri.
Tak hanya itu
saja awal mula kehidupan yang terjadi di Dukuh Boledan tersebut yaitu Mbah
Buyut Blandar membabat semua tanah seluas-luasnya yang ada di Dukuh Boledan,
semua tanah yang ada di Dukuh Boledan ini adalah miliknya Mbah Buyut Blandar,
dulu tanahnya sering di jual belikan kepada orang-orang asing. Hingga akhirnya
saat ajal menjemput Mbah Buyut Blandar ia masih saja belum memiliki ahli waris
yang akan meneruskan bisnis jual beli tanah.
Hingga akhirnya
saat beliau meninggal beliau di makamkan oleh sesepuh desa di Dukuh Boledan,
meskipun saat ini makamnya sudah tidak berbentuk seperti makam lainnya namun
masyarakat di Desa Kaligarang terlebih masyarakat yang tinggal di sekitar makam
tersebut yaitu Dukuh Boledan masih mempercayai dan masih di haruskan untuk
memberi sesaji kepada Mbah Buyut Blandar saat akan mengadakan pesta khitanan
ataupun pesta pernikahan sebagai rasa terimakasih dan rasa hormat yang di
berikan oleh masyarakat sekitar.
masyarakat Dukuh Boledan sangat
menghormati Mbah Buyut Blandar karena
itu adalah awal mula kisah Mbah Buyut Blandar. Mbah Buyut Blandar yang tidak
memiliki sanak saudara, istri ataupun anak hingga saat ini masyarakat Dukuh
Boledanlah yang merawat makamnya. “Yang diberi wasilah oleh Mbah Buyut Blandar untuk merawat
makamnya sekarang sudah meninggal sekitar 12 tahun yang lalu yang bernama Mbah
Rawi,” terang Parwati (55).
Mbah Rawi
meninggal diketahui tidak memiliki riwayat penyakit apapun, namun hanya di
ketahui setelah Mbah Rawi mengambil rumput di sekitar makam Mbah Buyut Blandar
pagi harinya saat di bangunkan oleh Mbah bari
yang tak lain dan tak bukan adalah istrinya Mbah Rawi tidak memberikan respon
apapun dan akhirnya di ketahui telah meninggal dunia, dan sekarang di teruskan
oleh adiknya Mbah Rawi untuk merawat makam Mbah Buyut Blandar yaitu Mbah Rasi
yang di beri kepercayaan untuk memimpin do’a saat ada masyarakat yang akan memberi
sesaji ataupun berziarah ke makam Mbah Buyut Blandar.
meski begitu setiap tahun masih diadakan
ritual penyajian di sekitar makamnya. Dan tak sampai di situ saja makam keramat
Mbah Buyut Blandar ini memiliki banyak misteri yang tergolong angker. “Setiap malam Jum’at Wage
sering muncul seekor ular yang sangat besar dan sering terlihat oleh beberapa
masyakat berubah menjadi sebuah kendi tanah kecil yang menimbulkan sinar yang
sangat terang,” tutur Rasemi (66).
Makam yang
terletak di bawah pohon rindang randu lebat yang di kelilingi rumput hijau
semak-semak belikar inilah bukti sejarah awal mula kehidupan yang terjadi di
Dukuh Boledan, yang berkat Mbah Buyut Blandar secara tidak langsung masyarakat
sekitar dapat menjalankan kehidupan. Inilah sejarah Makam Mbah Buyut Blandar
yang merupakan salah satu makam keramat yang ada di Desa Kaligarang, Dukuh
Boledan ini. Semoga apa yang penulis sampaikan ini dapat memberikan sebuah
manfaat dan dapat memberikan sebuah pengetahuan baru. (Erni Apriliani/qim)
No comments:
Post a Comment