Menulis Adalah Keberanian - Soeara Moeria

Breaking

Selasa, 10 Februari 2015

Menulis Adalah Keberanian


Benarkah menulis  gampang?  Tentu tak segampang  memakai celana, tapi tak sesulit memindahkan gunung. Menulis tak sesukar  yang  dipikirkan, tapi tak semudah yang dikhayalkan.  Menulis bisa dilakukan  asal ada kemauan.

Semua orang bisa jadi penulis? Yups, asal mereka bisa baca dan tulis.

Menulis  apakah  butuh bakat?

Saya menulis sejak  di bangku SD. Bermula  dipicu karena kesukaan saya membaca buku cerita, komik, majalah Bobo, Ananda, Si Kuncung,  Kawanku.

Ayah saya, yang seorang militer kebetulan berlangganan  surat kabar  Kartika dan Angkatan Bersenjata.

Puisi adalah karya sastra yang pertama saya tulis. Kemudian setelah menginjak bangku SMP, saat saya sudah membaca majalah Hai, Anita, Aneka, Sarinah, Kartini, barulah saya tergoda menulis cerpen.

Ketika membaca  cerpen karya Kurnia Effendi, Zara Zettira, Hilman Hariwijaya, Gola Gong, Arswendo Atmowiloto, saya berpikir, wah kalo menulis  seperti ini saya bisa.

Cerpen pertama karya saya   berjudul “Ombak di Laut Biru Masih Bernyanyi”. Berupa tulisan tangan. Adik saya, pembaca pertama,  dan pada saat itu saya seneng  banget. Kemudian teman-teman  bergantian membaca.

Mereka  suka, bilang tulisan saya keren. Ada juga yang mengatakan saya  berbakat mengarang. Proses jatuh bangun,  mandi keringat, berdarah-darah, tersenyum,  meneteskan air mata- kemudian saya jalani,  sebelum satu persatu tulisan saya dimuat di media cetak, juga menerbitkan buku. Dan saya akhirnya memutuskan penulis sebagai profesi.

Berkaca dari pengalaman ini, sampai detik ini saya berpikir, apakah benar saya berbakat menulis?  Bagaimana jika saat itu saya tak menulis, apakah saya tahu jika ternyata saya bisa menulis puisi, mengarang cerpen,  novel, misalnya?

Ternyata menulis  bukan melulu mengandalkan bakat. Menulis  merupakan kreativitas. Creative writing. Menulis berhubungan dengan kreativitas. Menulis bisa dipelajari. Menulis butuh kemauan, tekad, dan  latihan. Seperti belajar naik sepeda.  Jika untuk bisa  naik sepeda kita harus  berani jatuh, berulang-ulang melakukannya lagi, jatuh bangun, jatuh, bangun, dan akhirnya bisa naik sepeda. Bahkan berani ngebut. Seperti itulah  perihal menulis!

Yaps, menulis berhubungan  dengan  nyali, salah satu unsur kreativitas. Semua orang memiliki kreativitas, namun  kreativitas ada yang berkembang, ada pula yang  berhenti di jalan. Setiap individu memiliki takaran  kreativitas berbeda.

Apakah dikau ingin jadi penulis?  Sekarang juga ambil pena, goreskan rangkaian kata. Jangan tunda lagi, nyalakan komputer,  sentuh tuts, ukirlah  kata. Kau sendiri yang menentukan,  kau yang melakukan.

Saya  menghasilkan tulisan  ini karena  berpuluh tahun lalu, saya berani menulis.

Saya penganut proses kreatif seorang Pramudya Ananta Toer. “Menulis adalah persoalan individual, seperti dia memasuki rimba belantara, seorang diri. Memutuskan sendirian....”

Kamu bisa jadi penulis  kalau kamu berani.  Karena menulis adalah  keberanian! (Kartika Catur Pelita/ qim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar