Benarkah
menulis gampang? Tentu tak segampang memakai celana, tapi tak sesulit memindahkan
gunung. Menulis tak sesukar yang dipikirkan, tapi tak semudah yang
dikhayalkan. Menulis bisa dilakukan asal ada kemauan.
Semua
orang bisa jadi penulis? Yups, asal mereka bisa baca dan tulis.
Menulis
apakah butuh bakat?
Saya
menulis sejak di bangku SD. Bermula dipicu karena kesukaan saya membaca buku
cerita, komik, majalah Bobo, Ananda, Si Kuncung, Kawanku.
Ayah
saya, yang seorang militer kebetulan berlangganan surat kabar
Kartika dan Angkatan Bersenjata.
Puisi
adalah karya sastra yang pertama saya tulis. Kemudian setelah menginjak bangku
SMP, saat saya sudah membaca majalah Hai, Anita, Aneka, Sarinah, Kartini,
barulah saya tergoda menulis cerpen.
Ketika
membaca cerpen karya Kurnia Effendi,
Zara Zettira, Hilman Hariwijaya, Gola Gong, Arswendo Atmowiloto, saya berpikir,
wah kalo menulis seperti ini saya bisa.
Cerpen
pertama karya saya berjudul “Ombak di Laut Biru Masih Bernyanyi”.
Berupa tulisan tangan. Adik saya, pembaca pertama, dan pada saat itu saya seneng banget. Kemudian teman-teman bergantian membaca.
Mereka
suka, bilang tulisan saya keren. Ada
juga yang mengatakan saya berbakat mengarang.
Proses jatuh bangun, mandi keringat,
berdarah-darah, tersenyum, meneteskan
air mata- kemudian saya jalani, sebelum
satu persatu tulisan saya dimuat di media cetak, juga menerbitkan buku. Dan
saya akhirnya memutuskan penulis sebagai profesi.
Berkaca
dari pengalaman ini, sampai detik ini saya berpikir, apakah benar saya berbakat
menulis? Bagaimana jika saat itu saya
tak menulis, apakah saya tahu jika ternyata saya bisa menulis puisi, mengarang
cerpen, novel, misalnya?
Ternyata
menulis bukan melulu mengandalkan bakat.
Menulis merupakan kreativitas. Creative writing. Menulis berhubungan
dengan kreativitas. Menulis bisa dipelajari. Menulis butuh kemauan, tekad, dan latihan. Seperti belajar naik sepeda. Jika untuk bisa naik sepeda kita harus berani jatuh, berulang-ulang melakukannya
lagi, jatuh bangun, jatuh, bangun, dan akhirnya bisa naik sepeda. Bahkan berani
ngebut. Seperti itulah perihal menulis!
Yaps,
menulis berhubungan dengan nyali, salah satu unsur kreativitas. Semua
orang memiliki kreativitas, namun kreativitas
ada yang berkembang, ada pula yang
berhenti di jalan. Setiap individu memiliki takaran kreativitas berbeda.
Apakah
dikau ingin jadi penulis? Sekarang juga
ambil pena, goreskan rangkaian kata. Jangan tunda lagi, nyalakan komputer, sentuh tuts, ukirlah kata. Kau sendiri yang menentukan, kau yang melakukan.
Saya menghasilkan tulisan ini karena
berpuluh tahun lalu, saya berani menulis.
Saya
penganut proses kreatif seorang Pramudya Ananta Toer. “Menulis adalah persoalan
individual, seperti dia memasuki rimba belantara, seorang diri. Memutuskan sendirian....”
Kamu
bisa jadi penulis kalau kamu
berani. Karena menulis adalah keberanian! (Kartika Catur Pelita/ qim)