"Asyiknya Sekolah Sambil Bekerja" - Soeara Moeria

Breaking

Selasa, 08 Januari 2013

"Asyiknya Sekolah Sambil Bekerja"


Jepara, soearamoeria.com-Untuk lulus dari MA Walisongo Pecangaan harus bisa membaca manaqib/ barjanzi, praktik shalat sunnah, menghafal surat-surat pendek dan praktik mengajar. Jika tidak dituntaskan siswa yang bersangkutan tidak dapat mengambil ijazah. Demikian ingat H Nurul Faiz (41) alumnus tahun 1990 yang kini menjadi pemilik UD Berkah Jati desa Bawu kecamatan Batealit.

Faiz mengaku praktik keagamaan itu dulu disangkanya kelak tidak berguna namun setelah lulus malah sangat berguna untuk masyarakat. “Dulu saya sempat mengira praktik keagamaan itu kurang berguna tetapi kini sangat berguna sekali untuk bermasyarakat,” terang lelaki kelahiran Jepara 28 Agustus 1971.

Menurut suami dari Lilik Hikmawati (33) tidak hanya praktik keagamaan saja tetapi masih ada yang lain yakni membuat karya tulis layaknya seorang mahasiswa yang hendak menjadi sarjana atau ahli madya. Saat membuat karya tulis seorang siswa juga didampingi oleh guru pembimbing.

Sekolah Plus Kerja
Saat kelas I MA, ia sekolah di MAN 1 Kudus. Setelah itu kakaknya yang menyekolahkan memintanya untuk pindah ke MA Walisongo Pecangaan. Alhasil, Faiz mulai sekolah di Walisongo sejak kelas II. Karena semua ongkos sekolah dibiayai kakak sepulang sekolah ia mesti bekerja keras sebagai bentuk terima kasih kepada saudaranya itu.

Dipilihnya MA Walisongo waktu itu sebab madrasah yang berada di Jalan Kauman No.01 Pecangaan sangatlah tersohor. Tidak mudah siswa lulusan SMP sederajat masuk ke madrasah yang kini terakreditasi A. Selain terbilang madrasah favorit di Walisongo untuk semua jurusan siswa harus menghadapi tambahan kitab salaf. Semisal Balaghah, Nahwu dan Sharaf. Ada juga mapel Falak yang belum tentu diperoleh di madrasah lain.

Disamping itu anak ke-6 dari 7 bersaudara ini menambahkan waktu itu kyai-kyai sepuh turut mendidik diantaranya KH Mahfudz Asymawi, KH Asyari Sajid, KH Shohibul Munir, KH Djufri, KH Jalil dan KH Sholihin. “Dengan menjalankan petuah-petuah kiai sepuh niscaya hidup ini menjadi tambah berkah,” jelas Faiz.

Salah satu petuah yang masih ia jalankan hingga kini adalah perintah shalat Dhuha yang diperintahkan oleh almarhum Kyai Mahfudz. “Beliau dulu memerintahkan kami untuk shalat Dhuha, Tahajut dan itu masih saya lakukan hingga kini. Hasilnya juga sangat mujarab untuk kehidupan sehari-hari,” tambah putra pasangan H Nur Hadi-Hj Salamah.

Sebelum UN, ingatnya seluruh siswa kelas III dikarantina selama kurang lebih 1 bulan untuk istighotsah, beribadah, belajar, berziarah ke masyayih dan sowan ke asatid. Menurutnya 2 tahun sekolah di MA Walisongo banyak yang ia peroleh selain paham tentang ilmu agama, kedisiplinan juga semakin semangat untuk menatap masa depan.

Meskipun sudah 22 tahun lulus dari MA Walisongo saat haul Kyai Mahfudz ditengah kesibukannya dirinya masih menyempatkan diri untuk mengikuti agenda tahunan itu dan sowan ke dalem pesantren Mathlaun Nasyiin. (qim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar