Order Konveksi Tak Pernah Sepi - Soeara Moeria

Breaking

Minggu, 23 Desember 2012

Order Konveksi Tak Pernah Sepi

Jepara, soearamoeria.com
Pesanan salah satu jenis konveksi berupa kaos untuk keperluan sekolah biasanya ramai pada saat akan tahun ajaran baru. Tetapi hal itu tidak berlaku bagi M Abdul Somad (28) pemilik usaha Muna Indo Group (MIG) yang bergerak dibidang konveksi, sablon dan cetak yang menekuni usahanya sejak 2010 lalu di kediamannya di desa Bangsri RT.01 RW.01 kecamatan Bangsri.

Somad, lelaki berperawakan kurus tidak memulai usahanya di rumah. Sejak 2002 silam ia mengawali karirnya saat kuliah di IAIN Walisongo Semarang. Waktu itu lulusan SMKN 2 Jepara ini fokus bidang sablon. Lambat laun dirinya mulai tertarik dengan konveksi tahun 2007. Sehingga boleh dikata usaha yang digeluti hingga saat ini merupakan terusan dari usahanya ketika masih menempuh perkuliahan.

Sejak mulai dibuka di rumah, usahanya tidak lantas ramai. Butuh waktu sekitar 6 bulan untuk beradaptasi. Ia pun tidak hanya berpangku tangan. Waktu itu dirinya mempublikasikan usahanya stand by di warnet milik kakaknya di ruko Bangsri. Dari situ lalu lalang pelanggan warnet mulai tertarik untuk memesan meski 1-2 pemesan.

Promosi lain ia tempuh dengan mendatangi sekolah-sekolah, teman-teman dan kerjasama dengan tukang sablon. “Awal mula saya mendatangi sekolah-sekolah, mengajak teman-teman yang berminat dan bekerjasama dengan sablon. Intinya kerjasama yang saya lakukan saling menguntungkan,” paparnya.

Dari promosi itu pesanan mulai mengalir dari seragam, kaos event, klub, olahraga dan futsal. Pemesan berasal dari Bangsri, Mlonggo, Kembang, Keling, Kalinyamatan dan Semarang. Harga yang ia tawarkan mulai Rp.8.000-50.000.

Anak ke-6 dari 9 bersaudara ini menerima paling sedikit 10 dan paling banyak 3000 biji. Di MIG ia tidak sendiri tapi ditemani 5 pekerja; 3 pekerja tetap, 2 perempuan tukang jahit 1 laki-laki tukang sablon dan 2 orang lagi pekerja lepas.  

Dalam setiap pemesanan Somad mengaku memperoleh laba sekitar 3 juta untuk pesanan diatas 1000 biji. Dibawah itu dirinya hanya mendapatkan 200.000 per-pesanan. Berkaitan dengan harga kain yang mengalami naik-turun putra pasangan M Sodiq Ihsan (alm)-Mustarihah tidak begitu khawatir.

Menurutnya harga kain naik turunnya sekitar Rp.1.000-2.000. Yang paling tinggi naiknya jenis kain cotton, kadang-kadang naik hingga Rp.10.000. Meski demikian dirinya yang mengambil bahan kain dari Mayong, Kudus dan Semarang tidak menaikkan harga pesanan. Tetap.

Di kemudian hari lelaki kelahiran Jepara 10 Juli 1984 ini mendambakan punya toko kain kaos sendiri. Meski cita-citanya tak kunjung tercapai apa yang telah peroleh saat ini, disyukurinya. Harapannya rasa syukur itu kelak akan mengabulkan cita-citanya. (sm)  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar