Notification

×

Iklan

Iklan

Di Seperempat Abad Kehidupan

Jumat, 06 Desember 2024 | 20:01 WIB Last Updated 2024-12-06T13:01:03Z

 

Ilustrasi: pewarta-indonesia.com

Cerpen : Sherly Gratia Widyasari

 

Angan yang bisa dicita-citakan tak selamanya bisa diwujudkan. Tempaan kehidupan menjadikannya semakin bertumbuh, berkmbang, dan berwawasan. Pengalaman yang menyakitkan menjadi saksi bagaimana kehidupan berjalan. Tatkala kau berpaling ke belakang, kau akan tertawa kembali ketika mengingatnya. Dahulu kau kira semua akan indah ketika kau telah bisa melakukan semuanya sendirian. Kau bisa berpikir lebih banyak dalam angan yang kau dambakan tapi … hey lihatlah, kau sekarang menertawakan apa yang pernah kau ucapkan.

 

Dahulu kau mungkin ditertawakan oleh orang seperempat abad itu saat berbicara, sekarang kaulah seperempat abad itu yang tertawa. Menertawakan hal yang sama yang pernah kau tuturkan dahulu. Bulu kudukmu merinding jika mendengar suaramu kala itu. Napasmu tercekat. Terakhir kau hanya bisa menghembuskan napas atas kenangan masa lalu yang berputar di kepalamu.

 

Sekarang lihat, kau kembali ke masa kini. Masa yang dulu kau idam-idamkan. Masa yang kau pikir semuanya akan terasa indah. Masa ketika kau tidak perlu banyak tentangan dari kedua orang tua. Masa ketika semua yang kau lakukan akan menentukan kehidupanmu. Masa ketika semua masa telah kau lewati dan sekarang sedang kau tuju.

 

Dulu kau mungkin menginginkan hidup ini, tetapi lihat sekarang? Kau menginginkan kehidupan masamu dulu ketika kau bisa membayangkan hidup di masa ini. Kau tidak pernah mengira kalau seperempat abad hidupmu tidak berakhir seperti yang kau cita-citakan. Kau tidak pernah berpikir bahwa menjadi manusia seperempat abad akan lebih mudah. Memang benar, dahulu kau menginginkan kebebasan. Akan tetapi, bagaimana dengan sekarang? Kau masih menginginkannya?

 

Aku rasa jika kau bisa membalik kehidupanmu kau akan berpikir ulang untuk sampai di sini. Kau memang tumbuh tapi tidak seperti yang kau harapkan. Kau kira semua anganmu dulu itu akan kau dapatkan dengan mudah. Sayangnya kenyataan sangatlah menyiksa batin dan jiwamu. Kau dihadapkan pada kehidupan dewasa yang penuh dengan kelokan curam, bebatuan yang tajam, dan jalanan terjal. Kau tak pernah mengiranya bukan?

 

Sekali lagi, kau pikir semua mimpimu akan menjadi nyata. Kau pikir kau akan bertumbuh menjadi dewasa dengan begitu mudah dan elegannya. Nyatanya? Sekali lagi, kau menarik napas panjang ketika membaca pesan, “Mohon maaf Anda belum lolos di perusahaan kami.”

 

Sepanjang pesan yang dikirimkan petinggi di rumah yang ingin kau tuju, hanya satu kalimat itu yang terbaca. Lainnya hanya kiasan semata di irismu yang berkaca-kaca. Kau telah melampaui banyak waktu, ditempa dari berbagai sudut dan sisi, dihantam dalam banyaknya badai, serta berusaha seimbang dalam mempetahankan jiwa. Akan tetapi, semua itu belum ada apa-apanya. Setelah selesai, kau mengira semuanya mudah. Semuanya akan kau dapatkan di kehidupan seperempat abad ini. Sayangnya, tidak bukan? Kau hanya bisa menarik napas dan kecewa. Kembali tegar seolah bukan apa-apa.

 

Menjadi dewasa tidak pernah ada sedikit pun pikiran untuk menikmati gelombang kehidupan, pasang surut laut kebatinan, dan sepoian udara yang berputar. Kau hanya mengira saat itu sudah dapat menikmati alam dengan tenang, merasakan sejuknya angin pantai, dan indahnya membuang hasil kerja keras untuk printilan yang tidak berharga. Kau hanya tidak tahu seberapa besar pengorbanan mereka untuk mencapainya. Kau hanya berpikir enaknya! Sedihnya, setelah mengetahuinya kau justru ingin lari dan kembali bersembunyi di rumah lima tahunmu itu.

 

Rumah lima tahun yang kau huni dulu untuk bersenang-senang, bersenda gurau, meminta apapun yang kau mau, menikmati hasil keringat orang lain, dan terakhir memikirkan kebebasan yang kau dapatkan. Semuanya hanya kamuflase kehidupan. Sekarang kau tidak berpikir demikian. Sekarang kau hanya berpikir untuk bagaimana melewatinya.

 

Bukan hanya lewat, kau bahkan menghardik kehidupan ini dengan saliva yang membabi buta tersembur di angkasa. Kau seakan ingin meludahi langit dan bumi yang menjadi saksi bagaimana seperempat abadmu berjalan. Kau membalik lagi. Apa yang salah dengan tujuan yang kau inginkan? Apa yang salah dari semua perjalanan yang telah kau lakukan? Kau telah ditempa dengan beratus pedang dan sayatan tetapi kau tidak merasa kuat. Kau justru lemah dan menjadi takut untuk terluka kembali. Kau menjadi kehilangan arah. Kau kehilangan mimpi lima tahunmu. Kau kehilangan dirimu. Kau tidak percaya dengan semua yang telah kau lakukan.

 

Sekali lagi, “Anda tidak lolos” menjadi ingatan dan mimpi burukmu. Kau bahkan bertanya-tanya, “Apa mereka tidak melihat diriku yang sebenarnya? Apa aku terlalu bodoh? Lalu kenapa para pendidik itu memberikan harga yang cocok setelah aku mengerjakan tugas mereka? Apakah aku tidak mengetahui nilaiku? Atau nilai para pendidik itu salah?” Kau semakin banyak bertanya-tanya tentang apa yang telah kau lalui. Kau bahkan mulai mempertanyakan orang lain yang berada dipihakmu, yang menilaimu, dan yang mengetahui perjuanganmu.

 

Dulu kau selalu melihat ketidakadilan ketika menempa pendidikan. Sekarang, kau semakin diperlihatkan apa itu adil dalam kedewasaan. Kau serasa tidak punya hak untuk berbicara. Belum lagi ketika kau mengingat betapa banyak lalat yang menunggu kau membusuk semakin dalam. Kau semakin lama semakin takut membusuk dan semakin tidak berdaya untuk tetap berdiri pada-Nya.

 

Kau juga semakin mempertanyakan bagaimana dirimu selama seperempat abad ini. Apakah jalan yang kau tempuh ini sudah benar? Atau kau seharusnya memulai semuanya dari awal? Namun, bagaimana kalau memang dunia ini yang kau inginkan? Kau akan melakukan apa lagi? (07)

close close