Notification

×

Iklan

Iklan

Mencintaimu dalam Sepi

Jumat, 06 Desember 2024 | 20:10 WIB Last Updated 2024-12-06T13:10:16Z

Ilustrasi : bangun-indonesia.com. 

Cerpen : Sherly Gratia Widyasari

 

Kau tidak pernah tahu bahwa mencintai bisa menjadi orang yang paling aneh di dunia. Kau bisa tersenyum dengan mudahnya hanya membaca pesan yang dia kirimkan. Padahal bukan pesan romantis yang diwujudkan dalam angan-angan manusia haus belaian. Hanya pesan biasa tanpa unsur apa-apa. Kau terlalu gila bukan?

 

Ketika mendengar dia tertawa di sebrang meja, kau pun ikut tertawa. Ketika dia bercerita kau pun ikut mendengarkan. Dia tidak tahu bukan perasaanmu ketika melakukan hal gila? Sampai pada akhirnya dia yang menyapa dan berkata, “Kau butuh tisu untuk mengelapnya? Aku memilikinya.”

Sosok yang kau puja-puja itu kembali ke tempat duduknya dan mengambilkan tisu dari kolong mejanya. Dia kembali ke hadapanmu dan memberikannya. “Sayang jika tidak terpakai. Kau pakai saja untuk mengelap airmu yang tumpah. Hemm, bukumu juga sangat disayangkan menjadi basah.”

 

Kau menerima tisu itu dengan diam tanpa ekspresi. Setelah lelaki itu pergi, kau baru tersenyum dengan senang. Kau seperti kehilangan duniamu sementara lalu kembali menapak tanah setelahnya.

 

“Mana tisunya, Ra. Biar bersih mejanya.” Sahabatmu menodongkan tangannya. Berharap tisu itu kau buka dan terpakai sebagaimana mestinya.

 

“Jangan! Aku akan membelinya. Kau tunggu di sini. Jangan sampai bukuku basah dibuatnya.” Kau lalu berlari keluar dan pergi ke toko alat tulis di dalam lingkungan sekolah. Berlari sambil tersenyum sumringah.

 

Sayangnya, kau justru menemukan laki-laki itu di sana, sedang mengantri sambil memegang bolpoin dan folio. Kau tercekat dan hanya bisa menyembunyikan tisu yang ada di sebelah tanganmu.

 

Laki-laki itu menoleh. Dia tersenyum ke arahmu. “Kau mau membeli buku?” tanya laki-laki itu. Kau gugup dan hanya bisa mengangguk. Laki-laki itu lalu mengambil buku yang terletak di rak sampingnya. “Ini untukmu. Karakter Loopy-nya bagus.” Dia menyerahkannya sambil tersenyum manis.

 

Jangan tanya duniamu sendiri. sekarang jantungmu sedang berdiskotik tidak tentu arah. Kau hanya bisa diam dan menerimanya. Tidak bisa tersenyum. Secepat mungkin kau mengambilnya dan memasukkan tisu tadi ke dalam sakumu. Kau tidak ingin dia melihatnya.

 

“Terima kasih,” katamu. Kau melirik kulkas yang ada di sampingmu. Terdapat berbagai minuman yang terlihat menarik. Kau mengambil dua, “Ini untukmu. Terima kasih telah memberikan tisu,” katamu dengan malu-malu. Namun, kau kembali mengambilnya, “Aku lebih baik membawanya dulu. Biar aku yang bayar.”

 

Laki-laki itu hanya tersenyum melihatmu. Kau tidak pernah mengira akan mendapatkan banyak keajaiban hari ini. Kau seolah tersadar akan imajinasi-imajinasi yang selalu kau bayangkan akhirnya terwujudkan. Kau tidak bisa menghentikan rasa senangmu.

 

Sekali lagi, kau hanya bisa menunduk sambil tersenyum malu. Kau bisa merasakan bahwa dunia sedang berputar tanpa dirimu karena kau sedang hanyut dalam putaran emosi perasaan. Perasaan yang berkembang semakin dalam.

 

“Bagaimana kalau kita balik ke kelas bersama?” kata laki-laki itu setelah membayar belanjaannya.

 

“Boleh. Kau tunggu di luar saja kalau begitu ya.” Beruntungnya laki-laki itu setuju, lalu kau mengambil tisu dan membayarnya. Tisu dari orang terkasihmu terselamatkan juga. Kau berjanji akan menyimpannya dalam museum kebangaanmu itu.

 

Kau berjalan beriringan ke kelas bersama dirinya. Kau tidak bisa untuk tidak tersenyum senang.

 

“Kau sudah mengerjakan tugas cerita?” tanya laki-laki itu.

 

“Sudah. Aku sudah mengerjakannya kemarin,” jawabmu.

 

“Kau menulis tentang apa?” Laki-laki itu bertanya kembali.

 

“Menulis tentang kisah cintaku.” Kau berkata dengan malu-malu.

 

“Kisah cintamu? Seperti apa itu ceritanya?”

 

“Tentang percakapanku denganmu melalui sebuah tisu.” Akhirnya kau pun bernapas dengan berat dan menatap layar monitormu. (08)

close close