Demak, soearamoeria.com
Bupati Demak, H.M Natsir
yang di dampingi Dandim 0716/Demak Letkol Inf Nanang T.T Wibisono S.A.P beserta
Jajaran Forkopimda lainnya dan segenap pejabat di lingkungan
Pemerintah Kabupaten Demak, masing-masing beserta istri/ suami, melaksanakan
Ziarah ke makam Sultan-Sultan Demak dan dilanjutkan dengan ziarah ke makam
Sunan Kalijaga di Kadilangu.
Kegiatan ziarah tersebut
dilaksanakan Kamis (25/08/16) kurang lebih 10 (sepuluh) hari menjelang tanggal 10
Dzulhijah.
Demak merupakan
kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa sekaligus menjadi pusat penyebaran agama
Islam saat itu oleh Walisongo.
Demikianlah
menurut tuturan tradisi. Salah satu wali yang bermukim hingga akhir hayatnya
dan dimakamkan di Kadilangu Demak adalah Sunan Kalijaga. Kadilangu sendiri
merupakan daerah pemberian Sultan Fatah selaku raja pertama kepada Sunan
Kalijaga atas jasa-jasanya memajukan kerajaan Demak dan mengembangkan agama
Islam melalui kebudayaan dan adat istiadat yang telah ada.
Tradisi
Grebeg Besar
Grebeg Besar dan Sejarah Kota Wali
tak bisa disangkal lagi jika membuat orang Demak akan membanggakan dirinya
sebagai warga Kota Wali. Catatan sejarah Kabupaten Demak memang tidak lepas
dari perjuangan para wali (walisongo) dalam kegiatan menyebarkan agama Islam
pada abad XV, yaitu keberadaan Demak sebagai pusat kerajaan Islam (Kasultanan
Bintoro) di Pulau Jawa dengan ”masterpieces”nya adalah Sunan Kalijaga dan
Sultan Fatah yang diakui merupakan tokoh-tokoh besar dan berpengaruh dalam
lintas sejarah Kabupaten Demak.
Tidaklah mengherankan jika kemudian
beragam acara ritual yang dimulai atau diperkenalkan oleh kedua tokoh tersebut
masih berlangsung sampai saat ini dan menjadi semacam upacara ritual yang
selalu dinantikan orang, tidak hanya oleh para warga kota wali sendiri tetapi
juga dari luar daerah.
Pada masa Sunan Kalijaga menjadi
penasihat spiritual Sultan Bintoro, khususnya pada masa emas kejayaan pemerintahan
Sultan Fatah. Beliau antara lain menyelenggarakan Grebeg Besar sebagai media
da’wah. Tradisi ini diselenggarakan tiap tanggal 10 Dzulhijjah bersama dengan
datangnya peringatan Hari Raya Idul Adha (Qurban).
Hanya saja sebetulnya Grebeg Besar
ini pada masa pertama kalinya mulai dilaksanakan di Demak, tidak hanya sekali
setahun pada saat Idul Adha. Tetapi memang menurut catatan sejarahnya, semula
tradisi Grebeg Besar ada empat, yaitu Grebeg Maulid, Grebeg Dal, Grebeg Syawal,
dan Grebeg Besar.
Adapun sampai kini masih berlangsung
di Demak adalah Grebeg Besar. Sementara di luar Grebeg besar yang kini masih
dilestarikan adalah di kerajaan Solo, Yogyakarta dan Cirebon.
Adapun Grebeg Besar sampai sekarang
masih menjadi bagian dari tradisi bernilai jual (selling point) yang rutin diselenggarakan,
tampaknya dipengaruhi oleh beberapa factor utama yaitu sosio-ekonomi-religi.
Tata
Cara Perayaan Grebeg Besar
Diawali dengan saling bersilaturahmi
antara pihak Kasepuhan Kadilangu dengan Bupati dan Wakil Bupati Demak, beserta
jajaran Muspida Demak.
Bupati Demak bersama rombongan
bersilaturahmi ke Kasepuhan Kadilangu yang ditempatkan di Pendopo Noto Bratan
Kadilangu Demak. Selanjutnya, sesepuh Kadilangu dan keluarga Kasepuhan
bersilaturhmi ke Kabupaten Demak dan biasanya mereka diterima Bupati di ruang
tamu Kadipaten Demak.
Setelah silaturahmi, Bupati, Wakil
Bupati, DPRD, Muspida Demak dan jajaran pemerintah Kabupaten Demak ziarah ke
makam-makam leluhur Sultan Bintoro di kompleks Masjid Agung Demak, dan
dilanjutkan ziarah ke makam Sunan Kalijaga. (Pendim 0716/ Demak)