
Dikatakan
Mustaqim, LPS Smart merupakan tindak lanjut dari pelatihan jurnalistik SMA
sederajat yang digagas Keluarga Mahasiswa Jepara Semarang (KMJS) Cabang IAIN Walisongo Semarang tahun 2006 yang waktu itu diketuai Agus Umar, kini Wartawan
Wawasan. Smart adalah salah satu wujud tindak lanjut di zona timur yang sempat
bertahan 2 tahunan (2006-2008).
Putra
kedua pasangan H Mulyadi-Hj Sumari lantas membeberkan sejarah singkat Smart.
“Saya sebenarnya tidak punya basik jurnalistik. Di Smart waktu itu saya hanya
sebagai pendamping karena sudah ada pematerinya sendiri,” paparnya.
Karena
pemateri-pemateri yang ditunjuk KMJS terbentur kesibukan alhasil dirinya yang
mengambil alih pertemuan rutin yang rutin dilaksanakan setiap pekan tersebut.
“Jujur. Saat pemateri-pemateri yang ditunjuk mengundurkan diri saya kebingungan
antara meneruskan kegiatan atau menghentikannya,” urai Mustaqim.
Dari
kebimbangan itu akhirnya alumnus IAIN Walisongo Semarang ini memutuskan untuk ngangsu kaweruh dengan teman-temannya
penggiat pers kampus di IAIN. Sebelum menyampaikan materi kepada anak didiknya
terlebih dahulu ia bertanya kepada sejumlah teman.
“Maklum
karena masih blank tentang
jurnalistik materi-materi yang saya tanyakan kepada teman saya catat di buku.
Saat ketemu dengan anak-anak catatan yang ada di buku kusampaikan kepada
mereka,” ingatnya.
Dengan
cara itu lambat laun materi-materi jurnalistik dikuasainya. LPS Smart meski
bongkar pasang anggota namun sudah menerbitkan buletin bulanan 23 edisi dan 1
kumpulan artikel dan cerpen. Hal lain yang patut diapresiasi juga ialah kontributor
NU Online ini mempunyai semangat untuk menulis di media lantaran mereka juga.
“Saya
malu karena menyuruh anak-anak untuk menulis sedangkan saya tidak menulis
sendiri,” ungkap pengelola portal berita www.soearamoeria.blogspot.com.
Dari
itu juga guru Bahasa Indonesia SMK Az Zahra Mlonggo ini sedikit demi sedikit
latihan menulis dan karya-karyanya berupa opini, artikel tips, cerpen remaja
dan cerpen anak pernah dimuat di Suara Merdeka, Kompas Jateng, Wawasan, Radar
Kudus, Media Indonesia, Story dan LPM Paradigma STAIN Kudus.
Dampingi Jurnalis Pelajar
Berbekal
itu semua sejak 2008 dirinya yang tinggal di Margoyoso RT.02 RW.03 Kalinyamatan
makin dikenal lebih-lebih karena konsistennya membidangi jurnalistik pelajar.
Sejak tahun 2008-2013 juga ia dipercaya menjadi pembina ekskul Jurnalistik di
MA Walisongo Pecangaan.
Dalam
kurun waktu 6 tahun itu anak didiknya di Walisongo beberapa kali menyabet lomba
penulisan diantaranya di tingkat Kabupaten: Juara I Menulis Reportase, Juara I
Lomba Menulis Cerpen dan Lomba Menulis Sinopsis. Tingkat Karisidenan pernah
memenangi juara III Lomba Menulis Cerpen dan tingkat Provinsi juara II Lomba
Menulis Reportase.
Di
tahun 2008 juga ia mulai tertarik menulis berita dan bergabung dengan NU Online, situs resmi Pengurus Besar
Nahdlatul Ulama (PBNU) sampai sekarang. Dari NU Online pula ia diamanati sebagai pengurus PC IPNU Jepara bidang
pers dan jurnalistik dan Lakpesdam NU Jepara bidang media dan publikasi.
Melalui
kisah itu hingga kini ia kerahkan sebagian hidupnya untuk membidangi
jurnalistik. Mengisi pelatihan penulisan di (sekolah, pesantren dan kampus),
guru Bahasa Indonesia di SMK Az Zahra Mlonggo Jepara dan pembimbing jurnalistik
MTs Darul Ulum Purwogondo Kalinyamatan, pembina Karya Ilmiah Remaja (KIR) SMK
Walisongo Pecangaan dan pembina komunitas Sahabat Pena Az Zahra.
Baginya
ia juga sangat welcome terhadap
siswa, santri maupun mahasiswa yang tertarik menekuni tulis-menulis. Biasanya
mereka yang tertarik adalah peserta pelatihan menulis yang ia bimbing.
“Karena
keterbatasan untuk bertatap muka komunikasi kami lakukan via online. Kalo mereka benar-benar ada
kemauan mesti momen ini tidak mereka lewatkan,” katanya yang pernah menjadi
salah satu fasilitator Gerakan Nasional Santri Indonesia Menulis di Jombang
kerjasama Kemenag RI dan Komunitas Matapena Yogyakarta tahun 2012.
Hal
itu dilakukannya mengingat belum banyak guru Bahasa Indonesia maupun pembimbing
jurnalistik yang ngopeni anak-anaknya
meski sebenarnya mereka punya bakat terpendam. “Mendampingi mereka yang punya
keinginan menulis adalah sebagian dari nafas saya. Sehingga mereka perlu didampingi
agar kemauannya terwujud meski melalui jalan terjal dan proses panjang,”
pungkas Mustaqim. (Ipunk/ ms)